YOU READ MY HEART

2 1 0
                                    













Sehabis dari kamar mandi Bu Seno, gue langsung ganti baju pake baju yang tadi gue beli di mall.

Dan saat itu juga gue mendengar sebuah nyanyian. Nyanyian yang... nggak asing ditelinga gue.

Buru-buru gue berlari kecil ke dapur. Dan bener aja, Anisa dan Bu Seno lagi masak di dapur. Dan yang buat gue lari-lari ke sini adalah... lagu itu.

Anisa nyanyiin lagu bikinan gue sambil ngaduk kuah soto. Lagu yang belum gue kasih judul itu, dinyanyiin Anisa. Gue belum bikin susunan lagunya, tapi Anisa berhasil menyenandungkan lagu itu dengan susunannya sendiri, bahkan dia kayaknya menambah beberapa lirik tanpa keluar dari nada asli.

Going in 12 aclock'🎶

I can't honest🎶

Maybe we have lot of similarities🎶

Even when you like my hobby🎶

You read my heart🎶

Lantunya.

Nggak nyangka dia pinter nyanyi juga. Suaranya membuat gue larut sekaligus kagum.

"Ekhm...," Gue berdehem yang mengakibatkan Anisa dan Bu Seno ngliatin gue.

Bahu Anisa terlonjak sebelum dia berbalik dan melihat gue bersender di ambang pintu dapur.

"Ups,"


😄😄😄








Anisa menyantap makanannya lebih lahap dari pada tadi siang.

Soto ini rasanya emang enak parah. Harusnya Bu Seno buka warung soto bukanya jualan manggis.

"Oh iya buk, nanti kamarnya dimana, ya? Saya nggak sekamar sama Kak Arif, kan?"

Uhuk huk... Gue terbatuk-batuk. Dan cepat-cepat meminum segelas air putih disamping gue.

"Eh eh kenapa, Kak?"

Anisa ngomong seenak jidat kampret. Sebagai cowok normal, gue kan jadi mikir yang enggak-enggak.

"Gapapa." Gue melanjutkan makan.

Bu Seno justru terkekeh. "Ya nggak sekamar lah... Nanti Anisa tidur sama Ibu dikamar Ibu. Terus Arif tidurnya di kamar anak ibu...,"

"Ibu punya anak? Dimana?" tanya Anisa sebelum Bu Seno menyelesaikan kalimatnya.

Seketika wajah Bu Seno nampak murung. "Anak laki-laki Ibu kuliah diluar kota. Udah 5 tahun kuliah di Jogja, tapi dia nggak balik-balik."

"Trus suami Ibu?" Gue ikut bertanya.

"Udah meninggal. Karna itu sekarang Ibu tinggal sendirian. Makanya Ibu senang kalian ada disini."

Kasian Bu Seno. Dia pasti sedih banget. Tapi kalo dipikir-pikir, gue sama menyedihkannya kaya Bu Seno sih.

Anisa dan gue sama-sama mengangguk-angguk.







😄😄😄




Bu Seno udah tertidur pulas. Gue bisa tau karna dari ruang tengah, suara dengkurannya terdengar jelas.

Anisa bisa tidur disamping orang yang ngedengkur sekenceng itu? Gue yang kebagian tidur di kamar sebelah aja harus bangun lagi. Belum juga gue tidur, Bu Seno udah ngedengkur duluan.

Jadilah gue memutuskan untuk keluar rumah. Mau cari angin.

Gue membuka gagang pintu.

Dan,

Ada Anisa yang sedang terduduk di tiga anak tangga.
Dia sempet menoleh ke gue sebelum akhirnya menghadap lurus ke depan lagi.

Ternyata dia juga belum tidur toh.

Gue ikut duduk disampingnya.

"Belum tidur kak?"

Gue cuma menggeleng dan ikut memandang lurus ke depan. Memperhatikan jalan kecil komplek yang kini udah nggak ada orang maupun kendaraan berlalu lalang. "Lu sendiri kenapa belum tidur? Nggak bisa tidur gara-gara dengkurannya Bu Seno, ya?"

Kini Anisa yang menggeleng. "Nyari udara segar aja. Lagian ini juga masih jam 11, masih belum ngantuk."

"Oh..., lu biasa begadang? Gue pernah baca di buku perpustakaan sekolah, begadang nggak baik buat cewek."

Anisa tersenyum sekilas. "Nggak baik buat cowok juga kali."

"Iyasih,"

"Kak,"

Gue menengok ke Anisa, "Napa?"













Saya mencium aroma-aroma rendang.

SINGING AT 12 ACLOCK'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang