"Kau tidak boleh melakukannya. Kau sudah menyelamatkanku dari percobaan pemerkosaan yang dilakukan Daniel, dan sekarang kau mau merendahkan dirimu dengan melakukan hal yang sama?"
V berdecak, "Aku membunuh Daniel bukan untuk menyelamatkanmu dari pemerkosaan. Aku membunuh Daniel karena dia berani-beraninya menyentuh kau yang sudah menjadi milikku." Matanya menyipit dingin, "Siapa pun yang berani menyentuhmu akan kubunuh."
Tubuh Tzuyu gemetar. Lelaki ini Iblis. Iblis yang tidak punya jiwa. Tzuyu salah mengira lelaki ini punya sedikit kebaikan dalam jiwanya ketika lelaki itu menyelamatkannya dan dengan lembut mengobati luka-lukanya. Ternyata lelaki itu melakukannya bukan untuk Tzuyu, tetapi untuk kepuasan egonya sendiri yang menakutkan.
"Aku akan bunuh diri kalau kau memperkosaku."
"Memperkosamu?" V mengerutkan keningnya, "Waktu itu kau sama sekali tidak menolakku." Suaranya rendah merayu, "Kau ingat malam itu? Ketika kau bercinta denganku semalaman, berkali-kali, penuh gairah? Kau sepertinya menikmatinya, kau mengerang puas ketika mencapai orgasmemu dengan aku tenggelam dalam-dalam di tubuhmu."
"Hentikan!" Tzuyu berteriak, "Waktu itu aku mengira kau adalah Taehyung!"
"Taehyung atau aku bukankah sama saja?" V mengangkat bahunya, "Jangan lupa Tzuyu, kami ini satu tubuh. Kau bercinta dengan Taehyung berarti kau bercinta denganku. Begitu pun sebaliknya..." lelaki itu melangkah makin dekat, "Tidakkah kau merindukan tubuh ini? Tubuh yang pernah memelukmu?"
"Tidak! Mundur V! Jangan dekati aku." Mata Tzuyu melirik ke segala arah, "Aku tidak mau."
"Kenapa kau mau bercinta dengan Taehyung tetapi tidak mau bercinta denganku?" V mengabaikan ancaman Tzuyu, dengan kasar direnggutnya tangan Tzuyu dan disentuhkan ke dadanya, "Lihat ini, rasakan ini, kami ini orang yang sama bukan?"
Tzuyu berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman V, tetapi lelaki itu menahannya dengan kejam, membuat Tzuyu meringis kesakitan, matanya terasa panas dan dia menatap V dengan menantang, "Kau iblis kejam yang tidak punya hati. Aku sangat membencimu. Dan kau tidak bisa disamakan dengan Taehyung. Taehyung jauh... Jauh lebih baik dari dirimu."
Kata-kata Tzuyu rupanya menyulut kemarahan V sampai batas kesabarannya. Lelaki itu mencengkeram kedua tangan Tzuyu dan mendekatkan wajahnya dengan marah, "Kau bilang Taehyung lebih baik dariku? Mari kita lihat!"
V mendorong Tzuyu ke atas ranjang, secepat kilat Tzuyu melenting hendak bangun, tetapi V sudah menindihnya dengan tubuhnya yang kuat. Kedua tangannya mencengkeram tangan Tzuyu dan mengangkatnya ke atas kepalanya.
Wajah mereka berdekatan. Tzuyu bisa melihat betapa tajamnya mata lelaki itu, betapa banyaknya amarah yang terkumpul di sana. V mendekatkan bibirnya, mencoba mengecup bibir Tzuyu, tetapi Tzuyu menggeleng-gelengkan kepalanya menjauh sehingga bibir V hanya menyentuh pipi dan rahangnya. Dengan gemas V menurunkan tangannya, menggenggam kedua tangan Tzuyu hanya dengan satu tangan. Tangannya yang satunya mencengkeram rahang Tzuyu agar tidak bergerak, bibirnya lalu memagut bibir Tzuyu, membuat Tzuyu mengerang dan menolak sekuat tenaga.
V mengangkat bibirnya dan mengamati, "Sepertinya luka di sini sudah sembuh." Lelaki itu mengacu kepada luka bekas tamparan Daniel kepadanya malam itu.
Luka itu memang sudah tidak bengkak dan hampir tidak terasa lagi. V lalu menekankan tubuhnya dan memperdalam ciumannya sehingga berhasil membuka bibir Tzuyu dan melumatnya makin dalam. Disesapnya bibir bawah Tzuyu dengan penuh gairah, seolah ingin mencicipi keseluruhan rasanya.
Tzuyu merasakan bibir itu. Bibir yang sama dengan bibir Taehyung yang pernah melumat bibirnya dengan lembut. Tetapi kali ini berbeda, ciuman V sangat kasar dan tidak tanggung-tanggung, lelaki ini melumat bibir Tzuyu seolah ingin menggilasnya. Seluruh kemarahannya tertumpah di ciuman itu, Tzuyu masih meronta, tetapi kemudian dia menyadari, bahwa semakin dia meronta, semakin V marah dan kasar kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAETZU]; ℘ʂყƈɧɛ🔐
RomansaSynopsis! Ketika dia masuk, didapatinya pemandangan indah terpampang jelas di depannya. Tzuyu, gadis itu tertidur di kursi santai dengan sebuah buku terbuka di pangkuannya, sebelah lengannya lunglai di sandaran kursi dan kepalanya miring setengah t...