(04) Dihukum

51 12 4
                                    

Pukul 21.00

Lian masih berkutat dengan buku-bukunya. Dia masih harus menyelesaikan PR Fisika. Kurang 1 nomer. Tapi itu susahnya minta ampun.

Lian menghela napas berat. Dia mengambil kertas yang penuh oleh coretan. Lian mulai memasukan rumus, menghitung ulang. Sudah tiga kali dia mengulang cara tapi belum ketemu juga hasilnya. Lian jadi kesal sendiri, dibantingnya pensil itu kuat kuat. Dia menyerah!

Lian menoleh ke arah handphone yang tergeletak tak jauh darinya. Dia membuka-buka pesan. Hingga dia menemukan sebuah pesan dari nomer tak dikenal. Lian membuka pesan itu.

0812749***** : Besok berangkat sekolah bareng aku!

Lian mengernyitkan alisnya. Siapa lagi orang aneh yang mengirimi pesan seperti itu? Kenal saja tidak. Dengan cepat, Lian segera mengetik pesan balasan.

Lilian Jane : Siapa?

Tak kurang dari satu menit, pesan balasan dari orang itu muncul.

0812749***** : Orang yang punya hubungan jelas sebagai teman sekelas kamu. Save jangan lupa!

Lian kini mengerti. Orang ini pasti Alvaro. Lian mengabaikan permintaan Alvaro untuk mengesave nomernya, gak ada gunanya juga.

Setelah membaca pesan itu tanpa membalas maupun mengesave. Lian menaruh ponselnya kembali. Dia mencoba fokus untuk mengerjakan PR Fisikanya lagi.

Namun saat sedang serius mengerjakan soal. Ponsel Lian berdenting panjang. Lian melirik ke arah ponselnya. Ada panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Lian memutuskan untuk menolak panggilan tersebut. Namun tak lama kemudian nomor yang sama kembali menelepon Lian. Lian jadi kesal sendiri. Dengan terpaksa, Lian menggeser tombol hijau lalu mendekatkan ponsel itu ketelinganya.

"Kenapa telponnya nggak diangkat hmm?" gumam orang diseberang sana.

Menilik dari suaranya. Lian tahu bahwa orang ini adalah Alvaro. Entah apa yang dia mau. Hari ini dia sudah cukup mengganggu Lian. Dan selamat! Lian sudah merasa terganggu.

"Ada apa?" tanya Lian datar. Hari ini benar benar melelahkan baginya.

"Aku hanya mau ngingetin kamu jangan lupa untuk tidur. Hehe."

"Makasih."

"Oh ya, boleh gak aku nyampein pesan terakhir aku hari ini?"

"Semoga tenang dialam sana," balas Lian acuh tak acuh.

"Kok ngaco sih bicaranya. Maksud aku itu pesan terakhir dari aku saat telponan." Alvaro berdecak heran.

"Hmm." Lian menguap lebar.

"Save nomerku. Alvaro ganteng. Dan tunggu aku besok yaa! Selamat malam." Tut.

Telepon diputus sepihak oleh Alvaro. Lian menghela napas kasar. Sepertinya dia harus mengesave nomer Alvaro atau Alvaro akan terus menerornya. Dengan berat hati, Lian menambahkan nomor Alvaro ke daftar kontaknya.

***

"Kamu naik angkot dulu ya,
Sepedanya masih belum keluar dari bengkel," ucap mama Lian sambil membereskan piring-piring di meja makan. Sedangkan Lian sibuk mengikat tali sepatunya. Setelah selesai, Lian menyambar tasnya lalu berjalan mendekati sang mama.

"Kalau gitu Lian berangkat dulu ya Ma!"

"Hati-hati." Lian balas tersenyum kemudian berjalan keluar rumah. Namun ketika sudah diluar rumah. Sesuatu yang mengejutkan sedang menantinya. Siapa lagi kalau bukan si biang kerok itu. Ya! Dia Alvaro. Dia sedang duduk diatas motor hitam ninjanya sambil mengupil. Begitu menyadari kedatangan Lian. Dia langsung menghentikan aktivitas mengupilnya lalu tersenyum tanpa dosa kearah Lian.

METAMORFOSIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang