(12) Alvaro berubah.

7 2 3
                                    

Lian merasa bosan, sudah sejak setengah jam yang lalu dia menonton acara televisi. Tapi acaranya itu-itu saja. Tidak ada yang menarik.

Lian menguap lebar. Dia bergegas mematikan televisi tersebut kemudian berjalan menuju kamarnya.

Begitu memasuki kamar, pandangan Lian langsung tertuju pada ponsel yang sejak kemarin dia matikan. Entah kenapa Lian merasa bahwa dirinya sudah jahat kepada Alvaro dengan mengetikkan kalimat
itu. Rasa menyesal membuat Lian merasa tidak tenang.

Lian segera mengaktifkan ponselnya, kemudian mulai menyalakan data seluler. Entah mengapa jantung Lian jadi berdetak kencang. Sebenarnya Lian merasa takut melihat pesan balasan Alvaro. Bagaimana jika Alvaro beneran marah?

Lian menarik napas panjang, Berusaha menenangkan diri. Setelah itu jarinya mulai menekan aplikasi WhatsApp. Tapi anehnya, tidak ada notifikasi pesan selain dari beberapa grub tidak penting dan pesan dari Natasha yang meminta jawaban PR matematika. Nothing back massage from Alvaro.

Lian mengernyitkan alisnya heran saat pesan Lian kemarin hanya dibaca saja? Centang dua biru? Lian mengucek matanya beberapa kali, siapa tau dia salah lihat. Tapi ini nyata. Alvaro benar-benar tidak membalas chatnya. Lian menghela napas pelan, dia tersenyum. Tersenyum bingung antara senang dan sedih.

“Syukurlah, mungkin Alvaro udah capek dan berhenti ngegangguin gue lagi.” Lian tersenyum kecut.

“Tapi kenapa hati gue rasanya nggak terima? Kenapa rasanya seperti ada yang hilang. Apa yang terjadi sama gue sebenarnya sih?” Lian mengacak rambutnya frustasi.

***

Novel yang Lian beli bareng Alvaro waktu itu sudah selesai dibaca. Dan mumpung hari ini tanggal merah, Lian memutuskan untuk membeli novel baru selagi uang tabungannya masih ada.

Lian segera mengambil ponsel untuk menghubungi Natasha.

Lilian Jane

Nat, anterin gue ke toko buku.

Selang lima menit, masih tidak ada balasan dari Natasha. Natasha masih centang satu. Tumben.

Lian jadi berpikir siapa yang bisa diajak untuk membeli buku selain Natasha. Sempat terlintas dipikirannya untuk mengajak Naya, tapi Naya pasti tidak bisa karena rumahnya jauh dari rumah Lian. Lian berpikir lagi, dan kali ini nama Alvaro yang muncul dipikiran Lian.

“Masa iya gue harus minta temenin Alvaro? Tapi akhir-akhir ini sifat Alvaro nggak seperti biasanya. Gue nggak yakin tapi gimana ya?” Lian bergumam sendiri.

“Nggak ah! Ntar yang ada malah canggung lagi, tapi... daripada dimarahin mama gara-gara berangkat sendiri? Duh!” Lian menghela napas pelan. Dengan terpaksa Lian menepiskan rasa gengsinya dan mengirim pesan kepada Alvaro. Lian akan mencoba saja, jika ternyata Alvaro tidak membalas pesannya. Itu bukan masalah.

Beruntung, Alvaro ternyata sedang online.

Lilian Jane

Var, temenin gue ke toko buku! (delete)

Lilian Jane

Gue nggak punya temen buat pergi ke toko buku, lo bisa anter gue? (delete)

Lilian Jane

Bisa anterin gue ke toko buku sebentar? (send)

Tak sampai satu menit, pesan balasan dari Alvaro muncul. Lian mendesis dalam hati, kemarin saja pesan Lian tidak dibalas dan hanya dilihat. Sekarang, pesan Lian langsung dibalas.

METAMORFOSIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang