(09) Seseorang dari masa lalu

43 8 5
                                    

Lian dan Natasha berjalan beriringan menuju halaman. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, hari ini Lian diantar-jemput mamanya.

Tadi pagi mama Lian sudah mengatakan bahwa nanti dia akan telat untuk menjemput Lian, dan kebetulan hari ini sepulang sekolah Lian berencana untuk mampir ke toko buku dulu untuk membeli novel, dan Lian sudah memberitahu mamanya untuk menjemput kesana saja.

"Natasha, gue nebeng ke toko buku ya," ucap Lian pada Natasha, memang biasanya Natasha membawa sepeda motor sendiri ke sekolah.

"Toko buku itu kan beda jalur sama rumah gue."

Lian mendengus kesal mendengarnya. "Sekali doang lah Nat." Lian masih terus berusaha untuk membujuk Natasha.Tapi tiba-tiba muncul sebuah suara yang tidak asing lagi di telinga Lian.

"Aku anter." Alvaro mensejajarkan langkahnya dengan Lian. Ya, orang itu adalah Alvaro.

"Gue bisa naik ojek."

"Alah, gausah malu-malu kucing gitu dong, siapa sih yang gak mau dibonceng cowok cakep." Alvaro menyisir rambutnya dengan tangan, membuat Lian semakin bergidik ngeri.

"Amit-amit."

"Gausah nolak!" Alvaro menatap Lian tajam, Lian merasa ngeri sendiri melihat tatapan Alvaro barusan. Dan tanpa aba-aba, Alvaro menarik tangan Lian menuju parkiran. Membuat Lian mau tak mau harus menuruti kemauan Alvaro.

Setelah Alvaro mengeluarkan sepeda motornya, dia berhenti tepat di sebelah Lian.

"Ayo naik!" Tapi Lian hanya menatap Alvaro datar. Dia takut Alvaro malah mengajaknya jalan-jalan seperti kemarin. Dan seolah bisa membaca pikiran Lian. Alvaro menambahkan,

"Beneran deh kita pergi ke toko buku, ayo naik, atau kamu minta aku gendong buat naik ke atas?" Alvaro menaik-turunkan alisnya, Berniat menggoda Lian. Tapi sejujurnya, Lian malah merasa muak melihat hal itu. Dan dengan sangat berat hati Lian naik ke boncengan sepeda motor Alvaro.

"Peluk dong," ucap Alvaro setelah Lian berada diatas boncengannya.

"Gue cubit lagi mau?" balas Lian ketus.

"Mau lah hehe." Alvaro terkekeh. Hal itu malah membuat Lian kesal, dicubitnya pinggang Alvaro dengan sangat kuat, lebih kuat dari yang kemarin, sampai-sampai Alvaro meringis kesakitan.

"Aduh ampun-ampun iya deh gak genit hari ini sumpah." Lian melepaskan cubitannya lalu tersenyum puas melihat Alvaro meringis kesakitan.

"Emang ya, yang suka nyubit cowok ganteng itu cuma cabe-cabean." Lian melotot mendengar komentar Alvaro barusan. Dia tidak terima dirinya dibilang cabe-cabean.

"Gue turun nih!"

"Yaudah kita berangkat." Alvaro melajukan sepeda motornya, meninggalkan parkiran sekolah.
Setelah perjalanan beberapa menit, akhirnya mereka sampai di toko buku. Lian turun dari atas sepeda motor, begitu pula Alvaro.

"Ngapain ikut turun?" Lian mengernyitkan alisnya. Bingung.

"Nemenin kamulah."

"Gue bisa sendiri."

"Nanti kalau ada yang macem-macem sama kamu di dalam gimana?"

Lian memutar bola matanya malas."Jangan aneh-aneh deh, yaudah terserah lo, tapi jangan nyesel!" Lian berbalik badan. Berjalan masuk ke dalam toko, tak lama setelah itu Alvaro juga menyusul Lian masuk ke dalam toko.

Lian melihat-lihat ke bagian rak berisi novel-novel, matanya langsung membulat. Dilihatnya novel disana satu per satu. Senyum mengembang langsung terpancar dari bibir Lian ketika melihat judul novel yang dia cari selama ini. Lian membalik sampul novel dan melihat sinopsisnya. dan benar, itulah novel yang dia cari. Lian bersorak gembira dalam hati.

METAMORFOSIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang