(02) Mulai terganggu

58 13 2
                                    

Kantin hari ini lumayan penuh. Banyak manusia kelaparan yang datang kemari. Termasuk juga Lian, Natasha, dan Naya. Mereka kini tengah asyik menikmati Bakso.

"Habis ini anterin gue ke loker ya? Kalau gak salah gue punya baju ganti deh di loker," ucap Naya sambil terus menikmati Baksonya.

"Baju gue aja udah kering, masak baju lo dari tadi belum kering juga sih?" tanya Natasha heran.

"Tanya aja noh sama seragam gue!" balas Naya asal-asalan. Mengapa juga Natasha menanyakan hal yang jelas-jelas Naya sendiri tak tau jawabannya. Dasar manusia!

Setelah itu mereka kembali disibukkan dengan mangkok bakso masing-masing.

Saat mereka sedang sibuk menyantap bakso, tiba-tiba kantin berubah menjadi ricuh, membuat ketiganya menoleh kesana kemari mencari tau ada apa sebenarnya? Ternyata kericuhan itu disebabkan oleh Alvaro. Murid baru yang menurut Lian genit banget.

"Kok dia ganteng banget ya? Mirip artis Hollywood gitu," komentar salah seorang gadis yang duduknya tepat berada di bangku sebelah Lian.

"Iya, Tapi kok gue baru kali ini liat muka dia? Apa dia murid baru?"

"Murid baru artinya gebetan baru dong!" Meja disebelah Lian dipenuhi oleh gelak tawa.

Lian hanya bisa menghembuskan napas pasrah. Menurutnya Alvaro itu biasa saja. Tidak se 'wow' yang mereka bicarakan. Malah menurut Lian, Alvaro itu akan menambah daftar biang kerok di kelasnya. Kerjanya membuat rusuh saja!

Natasha dan Naya saling tatap. Bisa ditebak. Pikiran mereka saat ini sama!

"Kayaknya Alvaro jadi tenar ya, padahal masih baru hari ini sekolah disini. Gue gak ikhlas dia tenar, nanti banyak yang suka sama dia lagi! Padahal gue kan udah ada niatan buat gebet dia dulu," ucap Naya dengan muka yang dibuat melas

"Sependapat. Gue juga gak ridho. Cewek-cewek disini ya, liat yang ganteng dikit aja langsung genit. Hii amit-amit," balas Natasha sambil bergidik ngeri, diikuti anggukan setuju oleh Naya.

Dalam batin Lian dia berpikir. Bukankah dua temannya ini juga sama? Liat yang ganteng dikit aja langsung genit. Langsung suka. Mereka ini kebanyakan micin atau kurang micin? Lian geleng geleng kepala melihat tingkah temannya itu.

***
Kurang lebih sudah satu bulan Alvaro bersekolah disini. Dia paling malas jika disuruh piket, suka cari gara gara dengan guru, suka datang telat. Benar benar biang kerok. Tapi tak bisa dipungkiri. Tiap hari selalu aja ada anak kelas lain atau nggak kakak kelas yang datang kemari hanya untuk memberi si Alvaro cokelat. Lian jadi sebal sendiri melihatnya, mana ada cewek ngasih cokelat ke cowok duluan? Kayak nggak punya kerjaan aja.

Sejak kedatangan Alvaro, dia jadi satu geng dengan Andra dan Carel. Alvaro duduk dengan Carel dan Andra duduk dengan Joni. Entah jampi-jampi apa yang dipakai Alvaro sehingga Andra merelakan dia duduk dengan Carel. Mereka itu benar benar satu geng yang cocok. Sama sama tampan. Bahkan mereka dijuluki geng tampanwan. Entah dapat ide dari mana.

Hari ini adalah waktunya pelajaran bahasa indonesia. Dan Bu Cici. Guru bahasa indonesia meminta Lian untuk menuliskan catatan di papan. Padahalkan ada sekretaris kelas yang menganggur. Kenapa jadi dia yang dipilih? Dengan setengah malas Lian beranjak dari bangku berjalan ke arah papan tulis.

"Poin A sampai E, kamu tulis di papan ya. Nanti ibu jelaskan, sekarang ibu mau ke kantor sebentar," pesan Bu Cici pada Lian sambil menyerahkan sebuah buku paket.

"Baik bu." Lian menerima buku tersebut lalu mulai menulis dipapan tulis.

Papan sudah separuh terisi dengan tulisan Lian. Tapi suara berisik anak laki-laki membuat Lian jadi terganggu. Lian menghentikan aktifitas menulisnya. Dia menoleh ke belakang mencari sumber keributan. Dan ternyata sumbernya adalah geng tampanwan. Mereka semua tidak ada yang mencatat. Malah sibuk bercanda sambil memakan kacang.

Menyebalkan bukan?

"Hei Kalian! Kalau tidak mau mencatat yasudah, jangan berisik. Ganggu saja!" seru Lian tegas.

Geng itu serempak menoleh ke arah Lian. Termasuk Alvaro. Alvaro mengernyitkan alisnya ketika melihat Lian terus mengomel di depan. Dia heran pada dirinya sendiri. Sejak kapan ada gadis seperti Lian di kelas ini? Padahal dia sudah satu bulan berada di kelas ini. Tapi tak pernah dia melihat penampakan gadis itu. Apa ini karena dia kurang memperhatikan teman-temannya. Ini sungguh mengherankan. Padahal Alvaro sudah mengenal seisi kelas. Bagaimana bisa dia melewatkan gadis di depan ini?

Alvaro menoleh ke arah Carel.

"Siapa dia?"

"Lilian Jane. Panggilannya Lian, orangnya dingin, irit bicara. Setau gue, selama gue satu kelas sama si Lian, setiap ada hujan turun mukanya jadi pucet kayak vampir. Nggak tau kenapa," jelas Carel pada Alvaro. Alvaro mangut-mangut mendengarnya.

Ini hal yang menarik bagi Alvaro. Baru kali ini dia satu kelas dengan gadis yang sikapnya dingin. Alvaro kembali melihat ke arah Lian. Gadis itu tengah melanjutkan menulis di papan. Lalu tiba-tiba dia membalik badannya.

"Tolong hapusin papannya!" ucap Lian pada teman temannya.

Entah kerasukan setan macam apa. Alvaro berdiri dari kursi menuju ke arah Lian. Teman teman Alvaro tak percaya melihat Alvaro pergi untuk menghapuskan papan tulis.seorang biang kerok menghapus papan tulis? Carel melongo dibuatnya. Sedangkan Andra dan Joni bersuit suit.

Alvaro mulai menghapus papan tulis. Papan itu dibagi menjadi dua bagian. Dan Alvaro tengah menghapus bagian kanan. Sedangkan Lian terus mengawasi kerja Alvaro. Takut takut dia berbuat kekacauan.

Hingga setelah bagian kanan telah selesai dihapus, Alvaro menaruh penghapus itu di meja guru lalu menatap Lian. Dia ingin membuktikan perkataan Carel tadi.

"Tidak ada terima kasih?" Tanya Alvaro.

"Hmm," balas Lian singkat.

Lian kembali mengambil spidol kemudian lanjut menulis di papan. Alvaro jadi semakin tertarik dengan sosok dihadapannya ini.

"Lucu," komentar Alvaro yang membuat Lian langsung menghentikan aktifitas menulisnya.

Apa dia tidak salah dengar? Setelah sekian lama baru kali ini ada yang memuji dirinya lucu? Boro boro ada yang bilang Lian lucu, yang ada juga biasanya mereka bilang Lian nyeremin.Lian jadi berpikir mungkin ini adalah salah satu jebakan buaya Alvaro.

Lian mendengus. Tak dipedulikanya Alvaro. Dia kembali menulis dipapan.

METAMORFOSIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang