(08) Ada hati yang terluka

31 8 5
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Lukman baru saja kembali dari kelas tetangga. Saat Lukman memasuki kelasnya, pemandangan yang pertama kali dia lihat adalah Lian yang tertawa bersama Natasha. Sungguh, Lukman jarang sekali melihat Lian tertawa, apalagi sampai seperti itu. Dan juga baru Lukman sadari, Lian terlihat sangat cantik ketika dia tertawa.

Lukman tanpa sadar pandangannya terpanah menatap Lian tanpa henti.

"Woy, minggir, jangan berdiri di tengah jalan." hardik seseorang yang mau keluar kelas. Dan orang itu adalah Dina si tukang gosip.

"Eh? Iya maaf." Lukman meningkir ke tepi.

"Lo liatin apaan sih?" Dina menatap kearah dimana pandangan Lukman tadi mengarah. Dan yang ia lihat adalah pandangannya mengarah pada Elis yang tempat duduknya berada dibelakang bangku Lian. Elis adalah anak yang pandai, dia bersaing ketat dengan Lian. Hanya saja, Elis selalu berpenampilan cupu dengan kacamata besarnya.

"Lo suka sama Elis?" Dina membesarkan suara TOA nya sehingga membuat semua orang didalam kelas menoleh kesumber suara. Dan mampuslah Lukman. Dia benar-benar tidak tau harus menaruh mukanya dimana.

"Nggak nyangka ya Man, kalau lo bisa suka sama Elis," komentar salah satu teman sekelas Lukman. Sedangakan disisi lain Elis menatap Lukman dengan malu-malu. Pipinya sampai merona merah.

"Apaan sih lo!" Karena kesal, Lukman berbalik arah. Dia tidak jadi masuk ke kelas. Bisa-bisa dia akan ditanyai macam-macam oleh teman-temannya.

Lukman memilih untuk duduk di kursi panjang didepan kelasnya. Dia memandang orang yang berlalu lalang dihadapannya. Dan tiba-tiba saja Lukman menjadi kesal. Terutama kepada dirinya sendiri.

"Apa gue suka sama Lian?" Lukman mengusap wajahnya dengan gusar.

"Kalau gue suka sama dia, terus apa yang harus gue lakuin. Gue takut dia terpengaruh sama ucapan Dina tadi. gue takut dia jadi mikir yang enggak-enggak tentang gue tapi..." Lukman menggantung perkataannya. Dia menatap kelangit-langit dinding koridor kelas. "Gue bukan siapa-siapanya Lian. Jadi buat apa gue harus jelasin ini semua?" Lukman mendebat perkataannya sendiri.

"ISHH!" Dengan kesal, Lukman bangkit dari duduknya. entah mengapa ada dorongan dalam hatinya untuk mengatakan kepada Lian tentang semua perasaannya. Lian harus tau. Lukman tidak peduli dengan konsekuensinya.

Sedangkan di dalam kelas, Natasha menguap lagi, dia menoleh ke arah Lian. Gadis itu masih asyik dengan ponselnya. Pasti sedang membaca wattpad. Jika sudah begini Natasha akan jengkel, karena Lian pasti tidak mau diajak ke kantin. Emang baca tulisan bisa bikin kenyang?Natasha mendesah berat, padahal tadi mereka baru saja bercanda. Tapi ketika ponsel Lian berdenting. Lian segera membuka ponselnya. Ada notif disana. Bukan notif dari Lukman ataupun Alvaro. Tapi notif dari cerita wattpad kesukaan Lian yang baru saja up. Bahkan double up. Dan beginilah nasib Natasha sekarang, dia hanyalah kaleng-kaleng yang tidak berguna.

"Lian!" Lukman menghampiri Lian. Lalu duduk dihadapan Lian, atau lebih tepatnya duduk dibangkunya Naya.

"Hmm?" Lian menatap ke arah Lukman.

"Gue mau ngomong sesuatu. Ini penting," ucap Lukman dengan sungguh-sungguh, bisa dilihat dari ekspresinya.

"Apaan?" Lian mengalihkan pandangannya kearah Lukman.

Lukman bersiap-siap untuk bicara. Dia mengambil napas berat, namun ucapannya keduluan oleh suara seseorang yang baru datang dari luar. Anak itu langsung berteriak heboh.

"Woy. Alvaro berantem di kantin." Lian awalnya tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Alvaro. Tapi perkataan anak itu yang selanjutnya langsung membuat mata Lian membulat seketika. "Dia keluar banyak darah dari sudut bibirnya, bahkan sampai giginya copot satu." Mendengar itu, Lian langsung bergegas berdiri. Pernyataan bahwa gigi Alvaro sampai copot satu sudah berhasil membuat Lian khawatir. Bukankah itu termasuk perkelahian yang sangat parah?

METAMORFOSIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang