Bu Rahma usai menerangkan pelajaran hari ini, beliaupun duduk di bangkunya. Menatap muridnya dengan tatapan tenang.
"Anak-anak, ibu mau mengadakan tugas kelompok untuk kalian, tugasnya yaitu kalian harus mempresentasikan bab hari ini, kalian juga harus membuat makalah sama power pointnya. Satu kelompok berisi enam orang. Nah, untuk pemilihan kelompoknya ibu ingin agar ibu yang memilihkan sendiri nama-nama dalam satu kelompok, tujuannya adalah agar kalian tidak hanya akrab dengan teman segeng kalian. Tapi juga akrab dengan teman yang kita sendiri meskipun satu kelas tapi tidak pernah saling bicara. Ibu ingin agar kalian punya solidaritas yang tinggi."
"Tapikan jadinya gak seru bu," protes salah satu anak.
"Kita juga sudah besar bu, kita bisa menentukan pilihan kita sendiri." Yang lain ikut mengomentari. Tidak setuju dengan keputusan Bu Rahma.
"Ini tidak ada salahnya toh, kalian jadi bisa lebih akrab satu sama lain." Bu Rahma dengan sabar menanggapi berbagai macam penolakan dari muridnya.
"Saya setuju dengan ibu. Tapi saya dipilihkan sama yang cantik-cantik aja ya bu hehe," komentar Alvaro yang sontak langsung mendapat teriakan dari teman-temannya.
Sedangakan bu Rahma hanya geleng- geleng kepala sambil mulai membuka jurnal kelas.
"Baiklah, kelompok satu adalah Alvaro Wahyu Winata, Andra Saputra, Mira Nur Aulia, Lilian Jane, Lukman Farhan Arandi, dan Sisil Nabila." Mendengar penuturan Bu Rahma barusan, membuat Lian langsung mengeluh dalam hati. Dia ingin protes agar tidak satu kelompok dengan Alvaro, tapi Lian mana berani protes? hingga akhirnya bu Rahma telah selesai mengumumkan nama-nama kelompok.
"Baiklah, Minggu depan harus sudah selesai ya."
"Baik bu!" Bu Rahma beranjak meninggalkan kelas. Tak lama setelah itu, bel istirahat berbunyi nyaring. Hal yang paling dinanati-nanti oleh warga saentro sekolah.
"Ke kantin?" ajak Natasha.
"Oke." Mereka berdua pergi ke kantin berdua. Sesampainya di kantin, mereka memilih bangku paling pojok. Paling aman untuk ngerumpi. Tapi Lian toh tidak suka ngerumpi. Biarlah, suka-suka mereka.
"Pesen apa?" tanya Natasha pada Lian.
"Samain aja."
"Gak ada niatan buat traktir sahabat terbaikmu ini?"
"Gak ada, lo kebanyakan utang."
"Gak ada hubungannya kali," balas Natasha kesal. Dia paling tidak suka jika masalah utangnya mulai disebut-sebut.
Natashapun beranjak pergi untuk memesan makanan sambil terus mengomel. Tapi Lian tak memperdulikan omelan Natasha yang unfaedah. Bilang katanya Lian gak pernah mentraktir, Lian sama saja dengan Naya dan apalah. Tapi Natasha sendiri tidak pernah mentraktir Lian. Dasar!
Saat Lian sedang asyik melamun. Tiba-tiba seseorang duduk dihadapan Lian. Lian mendongakkan kepala untuk melihat siapa orang itu. Dan ternyata orang itu adalah Alvaro. Lian langsung mendengus kesal.
"Besok kan hari Minggu, tadi aku sudah berunding sama temen-temen sekelompok, kalau kita bisa langsung mengerjakan tugas dari bu Rahma besok. Ngerjainnya dirumah Lukman. Gimana? Nanti kamu aku jemput deh." Alvaro tersenyum genit pada Lian.
"Gue bisa pergi sendiri!"
"Kamu kan nggak tahu alamat rumah si Lukman?" Lian terdiam, perkataan Alvaro ada benarnya juga. "Gimana?" Alvaro terus mendesak.
"Oke."
Alvaro langsung tersenyum ceria. Tangannya tak tinggal diam, tangan Alvaro mulai mencubit-cubit pipi Lian gemas lalu mulai mengusap kepala Lian sehingga membuat rambutnya menjadi berantakan. Lian langsung tersulut emosi seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORFOSIS
Novela JuvenilLian sangat tidak menyukai kedatangan Alvaro si anak baru yang tiba-tiba datang dan mengusik kedamaian hidupnya. Satu persatu kejadian pun silih berganti sejak Lian mengenal Alvaro. Mulai dari Alvaro yang suka membuntuti Lian, mengganggu Lian denga...