Back to school.
Jam menunjukkan pukul enam kurang sepuluh menit. Ini terlalu pagi untuk sampai di sekolah. Padahal gerbang baru saja dibuka oleh satpam beberapa menit yang lalu.
Lian memasuki kelas yang pintunya sudah terbuka. Tumben, siapa yang datang ke sekolah pagi-pagi begini? Lian berhenti melangkah saat matanya tak sengaja menangkap sosok Alvaro yang tengah duduk manis di kelas sepagi ini.
“Lian, ada yang mau gue omongin sama lo.” Alvaro berdiri dari kursi dan berjalan menghampiri Lian.
“Ikut gue.” Alvaro menarik tangan Lian dan megajaknya pergi. Tapi Lian hanya diam tak berkutik ditempatnya.
Alvaro membalik badan dan menatap Lian dengan tatapan heran. “Ayo Li!” seru Alvaro memaksa. Alvaro menarik tangan Lian lagi, tapi sedetik kemudian, Lian menghempaskan cekalan tangan Alvaro dengan kasar.
“Gue udah pernah bilang kan sama lo buat jangan ganggu hidup gue lagi, apa pesan gue waktu itu kurang jelas?” tanya Lian sinis.
“Gue cuma mau ngomong sebentar Li, ini penting. Luangin waktu sebentar aja buat kita bicara.”
“Kenapa gue harus meluangkan waktu buat lo?” Lian menatap Alvaro tajam. “Lo sendiri aja gak bisa meluangkan waktu buat gue dan malah pergi sama cewek lain!”
Alvaro mengernyitkan alisnya mendengar pernyataan Lian. Tapi setelah itu dia angkat bicara. “Jadi, lo kesel sama gue karena gue gak bisa nganterin lo kemarin? Gue minta maaf deh. Tapi hari ini gue bener-bener pingin ngomong sesuatu ke lo. Plis, ikut gue.” Dengan cepat, Alvaro menarik tangan Lian. Awalnya Lian berontak, tapi karena genggaman tangan Alvaro yang terlalu kuat. Lian tidak bisa melakukan apa-apa selain pasrah mengikuti kemana Alvaro akan membawanya pergi.
Akhirnya mereka sampai di halaman belakang sekolah yang sepi. Alvaro melepaskan genggaman tangannya pada Lian.
“Lo gak bisa paksa gue seenaknya! lagian ngapain kita disini, bentar lagi upacara!” ucap Lian kesal sambil mengibaskan pergelangan tangannya yang terasa sakit karena cengkeraman tangan Alvaro tadi.
“Hari ini nggak upacara, lapangannya becek!” Memang benar, semalam hujan turun dengan sangat deras bahkan sempat terjadi banjir. Dan jika sudah seperti itu, biasanya upacara akan ditiadakan.
Lian terdiam. Sedangkan Alvaro ganti menatap Lian lamat-lamat. “Gue udah tau masa lalu lo Lian.”
Lian terperanjat mendengar penuturan Alvaro barusan. Alvaro tau masa lalunya? Ah, Alvaro pasti membual.
“Ma... maksud lo?”
“Gue tahu siapa sebenarnya Aldi.”
“Hah? Lo tau darimana? Pasti lo bohong kan?”
Alvaro menghembuskan napas berat. Dia tahu Lian tidak akan percaya padanya semudah itu. “Waktu itu gue lagi di kantin sama Carel. Tiba-tiba aja Lyn ikut nimbrung sama kita, gue ajak aja dia bercanda bareng. Hingga tiba-tiba, Carel bilang dia mau pergi dulu sebentar. Lalu tinggallah gue berdua sama Lyn. Mumpung gue lagi berdua sama Lyn, gue memutuskan buat nanya ke dia tentang siapa Aldi. Entah kenapa sejak perkataan Lyn di kelas waktu itu, gue jadi penasaran dengan siapa sebenarnya Aldi, dan apa peranannya dalam hidup lo sampai dia bisa ngeubah hidup seorang Lian.”
“Lalu Lyn mulai menceritakan masa-masa SMP lo."
Flasback on.
"Lian sewaktu SMP dulu adalah seorang bad girl. Lo pasti nggak nyangka kan kalau Lian seorang bad girl haha. Gue dulu itu teman sekomplotannya Lian. Kita bertiga, Lian, gue, sama Ninda. Dan yang bad girlnya paling parah dari kita adalah Lian. Lian suka banget datang terlambat waktu pelajaran Pak Munid, tanpa sopan santun, Lian masuk kedalam kelas tanpa mengucap salam dan langsung duduk dikursinya. Melihat itu, Pak Munid jadi kesal."
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORFOSIS
Teen FictionLian sangat tidak menyukai kedatangan Alvaro si anak baru yang tiba-tiba datang dan mengusik kedamaian hidupnya. Satu persatu kejadian pun silih berganti sejak Lian mengenal Alvaro. Mulai dari Alvaro yang suka membuntuti Lian, mengganggu Lian denga...