19.) Bersyukurlah

181 11 0
                                    

Kurangi keluhan mu,
Nikmati kehidupanmu,
Syukuri keadaanmu.
Maka bahagia akan mengikutimu.

Masa Lalu dan Takdirku!
18 November 2019
•••

Roda kehidupan selalu berputar. Bila saat ini dirimu ada di kehidupan paling bawah, maka suatu saat kamu akan merasakan adanya di atas. Bila kamu mengalami kesusahan, maka nanti kamu akan merasakan segala kemudahan.

Begitupun Alisa, perjalanan hijrahnya tak mudah. Kesulitan sering ia dapatkan, masalah selalu menimpanya. Tapi Alisa yakin, jika semua ia lakukan karena Allah. Semuanya akan terasa mudah.

Tergantung usaha dan doa. Jika hidup hanya diiringi keluhan tanpa berusaha dan doa, mustahil untuk mendapatkan kemudahan. Pun dengan kebahagiaan, bila sehari-hari hanya tau mengeluh tanpa bersyukur, bagaimana bahagia bisa menyambangi kehidupan?

Bersyukurlah, maka kamu akan bahagia.

Alisa termenung di pinggiran kasurnya, menatap jendela yang menyuguhkan langit mendung. Beberapa hari ini perjalanannya tengah dirundung berbagai bebatuan. Jika iman Alisa seperti dulu, mungkin ia akan menyerah. Alisa bersyukur, sekarang, hari ini tepatnya. Ketika ia ditimpa berbagai macam masalah, imannya tetap kuat. Pendiriannya tetap kokoh. Alisa yakin, ia bisa melewatinya. Terlebih banyak orang-orang disekitar yang mendukungnya, menyemangatinya.

Setelah hukuman kemarin, Alisa semakin yakin. Kunci kehidupan adalah ikhlas, sabar dan terakhir harus pandai bersyukur.

Ustadzah Sarah pernah bilang, "Jalani hidup dengan ikhlas, lakukan suatu hal dengan sabar, syukuri apapun yang kamu dapatkan."

Wejangan itu pernah Alisa abaikan, tapi kini wejangan tersebut jadi pondasi Alisa.

Alisa sadar, selama di pesantren, ia banyak mengalami perubahan. Dari cara berpakaian, cara berbicara, cara bersikap, dan caranya bertingkah.

Lagi, Alisa mengucap syukur. Allah memberikannya hidayah untuk berhijrah. Seandainya hingga saat ini ia terjebak dalam hubungan terlarang, lalu Allah mencabut nyawanya. Naudzubillahi min zalik.

Memang, kehidupan harus selalu diiringi perubahan. Jika hari ini kita memiliki satu satu pohon yang indah dan bermanfaat, harusnya di hari berikutnya kita bisa memiliki dua atau tiga pohon lagi. Agar pohon tersebut bisa memberikan keindahan juga manfaatnya untuk banyak orang.

Begitupun kehidupan, jika hari ini kita melakukan kesalahan. Jangan sampai hari esok atau di kemudian hari, kita melakukan kesalahan yang sama.

•••••

Ujian semester tinggal beberapa hari lagi. Setelah pengumuman tadi, banyak murid yang mengeluh. Karena Ujian Akhir Semester pasti akan sangat ketat. Guru yang ramah pun akan menjadi pengawas yang garang. Bahkan teman yang baik juga mendadak menjadi pelit.

Keluhan demi keluhan sangat terdengar, ternyata masih banyak temannya yang membudayakan 'bekerja sama' dalam ujian atau istilah lain, 'menyontek'.

"Kamu tenang-tenang aja, ngga ikut panik kaya mereka?" Suara yang sangat Alisa kenali, Alisa menoleh pada sumber suara. Lalu tersentak kaget dan langsung membenahi duduknya.

"Aku mengagetkan mu ya?" tanya Rizki. Ya, suara itu milik Rizki. Si ketua OSIS yang menjadi dambaan kaum hawa.

"Emh, ng-ngga kok." Alisa gugup, setiap kali kedatangan si Ketua OSIS ini, Alisa mendadak panas dingin. Entah karena apa.

Rizki tak mempermasalahkan Alisa yang selalu gugup saat bersamanya. "Pertanyaanku belum kamu jawab lho,"

"Ah, iya." Alisa mengatur nafasnya, ketara sekali dia tengah menahan kegugupannya.

"Buat apa panik? Ujian Akhir Sekolah kan pelajarannya tentang apa yang kita pelajari,"

"Wesss, sombong yaa anak pinter," Rizki bergurau, terkekeh di tengah ucapannya.

"Ngga gitu juga, tapikan yaaa memang benar adanya, bukan begitu?" Rizki mengangguk menanggapinya. Setelah itu keduanya hening, tak ada lagi percakapan.

Suara Rizki berdeham, menghancurkan keheningan.

"Aku mau bilang sesuatu, boleh?" ucapnya, dengan pandangan ke bawah menatap kaki yang tengah ia mainkan.

Alisa menoleh sebentar, hanya sekilas, "Boleh, bilang aja."

Rizki menarik nafasnya, "Sebenarnya..."

"Alisa ngapain sih, ayo ah!" ucapan Rizki pun menggantung karena Kia yang tiba-tiba datang dan menarik tangan Alisa untuk ikut dengannya.

Alisa menatap Rizki tak enak, dan hanya ditanggapi senyuman oleh si Ketua OSIS itu.

Sepulang sekolah, saat Alisa melintas di parkiran, ia melihat Rizki. Baru saja ingin menghampiri untuk meminta maaf, lagi lagi Kia menahannya.

"Ada apa sih, kamu narik-narik aku mulu lho,"

Kia jengah, Ayu yang ada di samping Kia hanya diam.

"Alisa Cintya Nugraha, kamu tau belum lama kita dapat masalah karena siapa? Kita di labrak kakak kelas karena siapa? Kita di tegur keamanan pesantren karena siapa?" Kia mencoba menahan suaranya agar tidak meninggi,

Alisa beristighfar, memegangi dadanya dan menutup mata.

"Astaghfirullah, hamba khilaf lagi yaa Allah," rintihnya pelan,

Nafsu memang membutakan segalanya, dan setan selalu menjadi makhluk paling bahagia saat manusia terbawa oleh nafsunya.
Lagi, Alisa merasa gagal dalam perjalanannya.

"Jangan menyerah, kamu belum gagal. Masih bisa diperbaiki," ucapan Ayu memang mujarab, selalu menenangkan.

"Terimakasih," ucap Alisa pada Ayu, lalu menatap Kia yang tengah merajuk karena kesal dengan sahabatnya itu.

"Terimakasih, Kia. Jangan bosan mengingatkan aku, saat aku salah ya," Alisa berucap dengan senyuman paling manis, berharap bibir Kia tak lagi melengkung ke bawah.

Lalu dia mengangguk, dan Alisa memeluknya. "Jangan cemberut lagi, senyum dong."

Sesampainya di depan kamar, mereka langsung bersiap untuk salat Asar.

Kegiatan Akhir tahun untuk santri yang bersekolah memang semakin padat, selain banyak hafalan untuk mereka yang akan berlibur di rumah, ada juga ulangan lisan. Belum lagi ulangan di sekolah.
Seperti Alisa, Kia dan Ayu. Mereka semakin di sibukan dengan ulangan. Karena mereka berniat pulang saat liburan nanti. Satu minggu liburan pesantren, dua minggu liburan sekolah. Tidak akan mereka lewatkan.

"Mulai priper priper nih," teriak Kia saat selesai kembalinya mereka ke kamar.

"Hah? Priper téh apa?" Ayu melongo, menanggapi teriakan Kia.

"Itu lho, yang rapihin baju di masukin koper buat pergi pergi gitu." Alisa tertawa mendengar jawaban Kia.

"Itu pre-pa-re Zakiahhhhhhh," jawabnya di sela tertawanya.

"Dibacanya apa sok? Priper kan?" Kia tak ingin kalah,

Plak!
Ayu memukul kepala Kia dengan sikat gigi yang tadi ada di depannya.

"Malah mukul," Kia cemberut,

"Lagian, kalo dibenerin suka ngeyel!"

Alisa selalu tersenyum jika mereka sudah berdebat.
Hiburan tersendiri bagi Alisa melihat dua temannya itu. Walau sudah terlampau sering, saat berdebat selalu ada pelajaran terselip.

"Kebiasaan, suka bengong! Ada yang nyariin noh,"













Update!
Bantu cek typo yaaaaaa 🤗

Salam sayang,
Meli 💙

Masa Lalu dan Takdirku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang