17.) Kakak Kelas

309 17 11
                                    

"Percayalah, dibalik kesuksesanmu
selalu ada orang yang ingin menjatuhkan mu."
Depok, 27 Juli 2019.
Masa Lalu dan Takdirku!

•••••

Setelah beberapa hari kemarin Alisa mendapat kabar baik dan menemukan jawaban atas rasa penasarannya. Alisa semakin bersyukur, akhirnya ia bisa mengharumkan nama sekolah. Menjadi juara 1 dalam Olimpiade Matematika kemarin, juga Alisa tak lagi penasaran pada sosok yang membantunya saat masalah menerpa kala itu, walau hanya satu kalimat.

Pengumuman pemenang Olimpiade telah sampai ke telinga seluruh murid di sekolah. Nama Alisa mendadak jadi bahan perbincangan setiap murid seantero sekolah. Banyak yang mengaguminya, banyak yang memujinya, dan ada saja yang menghujatnya.

Dekatnya Alisa dengan Rizki juga menangnya ia dalam Olimpiade, membuat beberapa murid perempuan iri padanya. Mengapa tidak? Rizki yang dikenal sangat pendiam namun memiliki nilai lebih dimata para perempuan. Rizki yang tampan, ketua osis yang selalu jadi dambaan. Dan lagi, jarang sekali ada wanita yang bisa membuat si Ketua Osis ini mau berlama-lama didekatnya. Alisa, berhasil membuat Ketua Osis ini mencair.
Dan Alisa sukses membuat semua murid perempuan mendadak patah hati.
Ada yang mendukung hubungan mereka agar lebih serius, ada juga yang menjatuhkan.

"Kemarin ogah-ogahan ikut Olimpiade, taunya ikut juga," cibir salah satu murid perempuan yang sengaja berbicara lantang ketika Alisa sedang lewat didepannya. Mereka adalah geng, yang katanya sangat disegani di sekolah ini. Selain senior dari seluruh kelas, mereka juga pernah menjadi bagian dari anggota OSIS.

"Pasti maulah, kan ada ketua Osis ganteng. Siapa yang ngga mau sih ya dekat sama si ganteng itu, dianya saja munafik," Alisa tak menggubris, karena memang tak merasa.

Tak hanya sekali dua kali, kejadian itu terjadi beberapa kali. Alisa yang memang tak merasa, jadi tak perlu bersusah payah menanggapi semua itu. Beda dengan Kia, dia yang super cerewet selalu tak betah jika Alisa sudah dihujat seperti itu.

"Sudah, anggap saja angin berlalu. Toh, aku ngga merasa sama sekali," ucap Alisa ketika Kia mulai terpancing emosinya.

Kia paling tak suka, jika sahabatnya sudah diusik. Selagi dia bisa membantu, Kia akan berdiri paling depan. Melindungi sahabatnya.
Beda dengan Ayu, berbanding terbalik. Ayu yang kalem ini, lebih tenang. Dia lebih bisa menahan emosi, perbedaan yang sangat jauh. Tapi mereka bisa bersahabat lama. Walaupun sering berdebat karena berbeda pendapat, itu tak masalah. Ibarat sayur, perdebatan itu adalah bumbunya. Persahabatan tanpa debat itu hambar.
Terlepas dari itu, mereka akan tetap saling melindungi. Begitulah sahabat yang seharusnya. Berani menampar saat kita salah, daripada memeluk membenarkan yang salah. Itu hanya menjerumuskan secara perlahan.

Alisa beruntung memiliki Ayu dan Kia, dua insan yang selalu berbeda paham. Tapi, selalu memiliki tujuan sama. Yaitu, mengingatkan dalam kebaikan.

"Kamu yakin biasa saja?" Tanya Ayu pada Alisa yang tengah memakan baksonya. Mereka sedang berada di kantin, dan seperti biasa, selalu saja ada sindiran yang menuju pada Alisa.

Alisa menatap Ayu. Lalu tersenyum, "Insyaa Allah, Allah always with me," ucapnya dengan tulus,

Ayu yakin, Alisa tak baik seperti yang ia ucapkan. Hanya saja, Alisa tak mau masalah ini melebar. Ayu salut, Alisa kuat. Alisa telah berubah dewasa, tak emosi, dan tak gegabah dalam menghadapi masalah. Tapi, jika setiap harinya selalu ada sindiran seperti hari ini. Ayu tak yakin Alisa akan tetap bertahan dan mampu mengontrol emosinya.

"Doakan saja aku, semoga Allah senantiasa menguatkan hati si lemah ini. Aku tidak sesabar Sayyidah Asiyah yang mampu menghadapi Fir'aun. Aku juga tak sekuat Sayyidah Hajar yang mampu berlari bolak-balik di bukit Shafa dan Marwah demi mendapatkan air untuk anaknya. Aku hanyalah aku, wanita akhir zaman yang sedang mencari Ridho ilahi. Wanita akhir zaman yang bercita-cita menjadi Shalihah. Aku butuh kalian untuk menguatkan diri, butuh kalian sebagai tempat bersandar. Doa, doa kalian yang bisa membantuku. Maka dari itu, doakan aku." Alisa tersenyum setelah berbicara. Ia percaya, Allah selalu bersamanya. Seberat apapun masalahnya, Allah akan selalu meringankan beban hambanya. Sebesar apapun masalahnya, Allah lebih besar, Maha Besar.

Masa Lalu dan Takdirku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang