"Apabila engkau memiliki seorang sahabat yg membantumu dalam ketaatan kepada Allah, maka genggam eratlah ia, jangan engkau lepaskan. Karena mendapatkan seorang sahabat yang baik adalah perkara yang sulit, sedangkan melepaskannya adalah perkara yang mudah" (Imam Syafi'i)
Masa Lalu dan Takdirku!
Depok, 24 Agustus 2019.•••••
Alisa masih terisak, bahunya pun masih bergetar. Ayu dan Kia sudah mencoba menenangkan, akan tetapi tak kunjung berhasil.
Saat mereka melewati Masjid dan mulai memasuki pesantren, suara seseorang menyambutnya."Habis kemana kalian jam segini baru sampai pesantren?" Allah, apalagi ini? Ayu melirik jam digital di pergelangan tangannya. Lewat satu jam, seharusnya mereka pulang satu jam yang lalu. Kendala tadi menguras waktu, sia-sia sudah mereka meladeni Eka CS. Dan sekarang mereka harus menghadapi masalah pesantren yang ada di depan mata.
Suara lelaki tadi sudah sangat mereka hafal, ia pasti keamanan Pondok. Yang bertugas berkeliling saat kajian dimulai. Dan jam kajian mereka sudah hampir terlewat, juga Salat Asar berjamaah pasti sudah terlambat. Keamanan di asrama wanita pasti sudah melapor pada ketua keamanan ini.
Wallahu Alam, sebentar lagi mereka akan mendapat hukuman.
Seseorang itu menghampiri tempat mereka berdiri, Kia sudah panas dingin, pasalnya ia baru kali ini terlambat pulang. Alisa sudah berhenti dari tangisnya, bahunya masih bergetar. Ayu masih dengan sosok kalemnya.
"Lihat, sekarang jam berapa?" Ustadz Hasan, Ustadz yang bertugas dalam keamanan pondok. Alisa, Ayu dan Kia menunduk. Mereka tau, mereka salah.
"Pulang sekolah jam berapa? Kenapa kalian baru sampai jam segini? Kalau ada keperluan, izin pada pihak pondok terlebih dahulu. Saya yakin kalian sudah cukup dewasa untuk menghapal semua peraturan disini," berbagai rentetan pertanyaan dilontarkan oleh Ustadz Hasan.
Mereka hanya bisa bergeming, menjawab pun tidak akan berguna. Karena mereka memang bersalah. Baru selesai mengurus masalah di sekolah, sekarang masalah di pondok.
Memang kebahagiaan selalu satu paket dengan kesedihan. Setiap ada tawa, pasti selalu diiringi tangisan. Mungkin Alisa kurang bersyukur atas pencapaiannya dalam Olimpiade kemarin. Makanya Allah dengan kontan menjatuhkan masalah setelah ia mendapat bahagia.
Setiap kita mendapat kebahagiaan, harus selalu diiringi dengan rasa syukur. Bersyukur atas kenikmatan Allah, telah mengizinkan kita mencicipi kebahagiaan tersebut. Pun saat kita mendapat kesedihan, harus tetap bersyukur. Barangkali lewat kesedihan itu, Allah mengangkat derajat kita.
Apapun yang kita alami, harus diiringi dengan rasa syukur. Menjadi manusia yang pandai bersyukur akan selalu tenang dan akan selalu merasa bahagia.Misalnya, ada dua keluarga yang rumahnya berdampingan. Namun sangat beda keadaannya. Yang satu rumah mewah dengan dua lantai. Yang satu lagi rumah sederhana, dengan tembok yang kusam. Kedua keluarga tersebut sama-sama memiliki dua anak. Ayah dari rumah yang mewah adalah seorang pengusaha disebuah kantor pemasaran. Ayah di rumah sederhana hanya seorang pedagang. Ibu di kedua rumah itu sama-sama Ibu Rumah Tangga. Anak-anak mereka sekolah di sekolah yang sama. Bedanya, setiap harinya di rumah mewah itu selalu ada keributan, entah si anak yang nakal, ibu yang tidak bisa berdiam diri di rumah, atau ayah yang tidak memiliki waktu.
Berbeda dengan rumah yang sederhana itu, mereka hidup dengan penuh ketenangan dan hari-harinya selalu damai. Karena apa? Mereka tidak lupa bersyukur, apapun yang mereka punya akan selalu mereka syukuri. Bukan hanya rezeki berupa uang, memiliki kesempatan menghirup oksigen dipagi hari saja itu sudah menjadi alasan mereka bersyukur.
Bergelimang harta tidak menjamin akan hidup bahagia. Hidup sederhana, tapi memiliki rasa syukur setiap harinya, itu lebih baik daripada mereka yang hanya bisa menghamburkan harta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Lalu dan Takdirku!
Teen Fiction"Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (seb...