2.) Memulai Hal Baru

892 65 28
                                    

Bismillahirohmanirrahim,
Tolong cek typonya teman🤗

Pembaca lama harap baca dari awal, daripada pusing yekan?

Silahkan baca dulu part awalnya, karna alur berbeda dengan yang lama.

Selamat membaca❤

•••••

Sepanjang perjalanan menuju Pesantren, Alisa selalu menghela nafas berat. Seperti memiliki beban.
Bundanya hanya menggeleng, ia tau Putrinya tengah gelisah. Berpisah itu hal paling enggan untuk mereka lakukan, jika Alisa jarang sekali bertemu sang Ayah karna urusan bisnisnya yang mengharuskan Ayahnya pergi ke luar kota untuk waktu lama. Berbeda dengan Bundanya, ia selalu bersama sang Bunda kemana pun perginya. Bundanya tak pernah meninggalkannya.

Diusapnya lengan sang Istri yang nampak cemas itu, tersenyum ia mendapati raut gelisah di wajah Istrinya. Senyuman itu menyiratkan, bahwa 'dia akan baik-baik saja' lalu mengangguk.
Sang Bunda percaya, di Pesantren pasti Alisa sangat dijaga. Hanya saja ia khawatir, Alisa tak pernah jauh darinya. Sekali pun ada kegiatan di sekolahnya, Alisa tak pernah mengikuti kegiatan itu sampai malam yang menghatuskan menginap. Ia akan pulang malam itu juga, karna memang ia tak pernah tidur di luar tanpa Bundanya.

"Sudah sampai sayang, ayo turun," ucapan sang Ayah menyadarkan Alisa dari lamunannya.

Pondok Pesantren Nurul Hasanah

Pesantren ini adanya di kaki Gunung Salak, tepatnya di Kota Bogor.
Alisa menghirup udara sebanyak mungkin.

Sejuk. Itu sudah menggambarkan betapa asrinya tempat ini.
Pondok yang indah dengan halaman yang luas, gedung-gedung dua tingkat yang banyak sekali di sekitar pesantren ini, dan belakang gedung terhampar sawah luas, juga sejauh mata memandang gunung-gunung nampak terlihat berjejer.
Alisa yakin ia betah dengan suasana ini, hanya saja, ia akan risau jika tidur tanpa Bundanya. Ah, Alisa rindu Bundanya. Kan belum berpisah saja sudah rindu.

"Ayo sayang, kita masuk dulu." Bunda Aqila menuntun Alisa masuk, merengkuh hangat pundak Alisa. Rasanya ingin berlama-lama seperti ini, padahal ia jelas tau ini tanda perpisahan.

"Assalamualaikum warahmatullah," salam menggema di ruangan luas yang di karpeti berwarna hijau. Ruangan ini biasa disebut sebagai ruangan serba guna, selain ruangan pertemuan terkadang ruangan ini dipakai untuk banyak kegiatan.

"Walaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," itu suara kyai, Kyai Haji Abdul Hasan. Lelaki yang sudah paruh baya itu menyambut keluarga Nugraha dengan antusias. Kelihatannya saja sudah paruh baya, kenyataannya ia masih sangat sehat dan bugar,

"Alhamdulillah sampai juga, silahkan duduk pak Adi," beliau menyambutnya dengan ramah, "Inayah, tolong bawakan minuman untuk keluarga pak Adi," perintahnya kepada santri yang kelihatannya sedang ada disekitar sini.

"Bagaimana perjalanannya pak Adi?" Beliau kembali bertanya, Kyai Abdul Hasan ini pemilik pesantren yang akan Alisa tempati.

"Alhamdulillah lancar kyai, hanya macet di sekitaran Gadog, biasa besok Minggu jadi banyak yang berlibur," jawab Ayahnya dengan kekehan renyah.

Kyai pun ikut terkekeh sekilas, "Jadi bagaimana? Putri bapak yang ini bukan yang akan masuk pesantren?"

"Iya kyai, yang mana lagi? Saya kan punya anak gadis cuma satu. Ini saja satu-satunya," ucap Ayah Alisa kembali bergurau.

Masa Lalu dan Takdirku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang