23.) Curhatan Abang Azka

39 8 4
                                    

Bismillah.
Selamat membaca ❤️

-----------

"Abang," rengek Alisa sembari mengguncangkan tubuh Azka yang sudah terbalut selimut tebalnya.

"Abang, jahat banget, ya."

"Abang, aku cuma mau nanya,"

"Abang, tau kan kalau aku ngga bisa dibuat penasaran?"

"Abangggggggg!" Suara Alisa meninggi, kesal karena Azka tak kunjung berbicara.

Alisa tersenyum jahil, cara ampuhnya yaitu ...

"Dek, dek, geli hey!" Racau Azka kegelian, sebab Alisa menggelitiknya tepat dibagian pinggang.

"Okey okey, sudah, cukup?" Azka angkat tangan, tak tahan lagi.

Alisa tersenyum penuh kemenangan. "Nah, bangun dari tadi kek. Kan ngga bakal kaya gini jadinya,"

Azka memicing, menatap kesal pada sang Adik yang kelewat menyebalkan.

"Mau tanya apasiiiiiiiiihhh?"

Alisa tersenyum senang, sang Abang sudah duduk manis bersandar pada kepala kasurnya.

"Jadi, gimana?" Tanya Alisa, senyum jahil jelas terlihat di bibirnya.

Azka menautkan kedua alisnya... "Hah? Gimana apanya?" Heran.

Iya, heran dengan pertanyaan adiknya.

"Ah, itu lho yang tadi."

"Dek, to the point bisa ga?" Semakin kesal Azka dibuatnya.

"Masalah jodoh, Abang!" Alisa gemas sendiri jadinya.

Mata Azka melotot sempurna. Apa-apaan sang adik juga ikut memojokkannya begini.

"A-abang?" Panggil Alisa pelan, sebab perubahan raut wajah Azka yang sangat terlihat.

"Abang, gapapa?" Tanyanya hati-hati,

"E-eh, em..." Azka menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Abang?" Sekali lagi, Alisa memastikan.

"I-iya, dek. Abang baik," tapi wajahnya justru terlihat sebaliknya.

"Cerita sama Alisa, mau?" Alisa jelas paham, ada perasaan risau yang sedang Abangnya rasakan.

"H-hah? A-abang gapapa, dek. Serius," ucap Azka tergagap.

"Alisa ngga gampang dibohongin, ingat?" Mencoba menatap mata Azka yang sedari tadi terus menghindar. "Alisa bahkan sangat mengenal Abang lebih dari siapapun,"

Memang, mereka berdua sangat, amat dekat. Azka yang sangat menyayangi adiknya ini, selalu berada di sekitar Alisa.

Mulai dari Alisa kecil lahir, Azka berjanji pada dirinya sendiri, akan selalu melindungi adiknya walau nyawanya sendiri taruhannya. Dan itu benar, sedari kecil Alisa tak pernah lepas dari jangkauannya.
Tapi penyesalannya datang saat ia mengambil pendidikan di negeri orang. Azka mengira adiknya akan bisa menjaga diri, dan menjadi remaja yang taat. Ternyata tidak, sepulangnya Azka dari Kairo, ia justru mendapat kabar adiknya terlibat hubungan dengan lelaki. Azka paham, ia pernah merasakan.
Tapi Azka egois, ia tak ingin Adiknya dimiliki lelaki lain sebelum waktunya.

Sampai akhirnya Alisa harus dipindahkan di pesantren. Azka berat hati, di satu sisi ia tak ingin jauh lagi dengan adik kesayangannya itu. Tapi disisi lain, jalan terbaiknya ya memang itu.

"Abang ada apa?" Suara Alisa membuyarkan lamunannya.

Azka menatap langit-langit kamar, bingung mau berbicara apa.

Masa Lalu dan Takdirku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang