8.) Hanya Batu Kerikil

372 39 17
                                    

Setiap perjalanan pasti menemukan bebatuan.
Begitupun kehidupan, pasti selalu bertemu dengan ujian.

-Masa Lalu dan Takdirku!
-----------------

"Alisa!"

Suara teriakan itu menggelegar di seluruh penjuru kelas. Semua yang ada di kelas menoleh dengan raut wajah kaget.
Syakila dan Syafitri menunduk, wajahnya pucat pasi. Sama halnya dengan Alisa, pasalnya sebelum orang itu datang Alisa tengah mengangkat tangan untuk menampar Syakila. Tapi berhenti di udara karna suara itu.

Pertama kali, Alisa membuat kesalahan. Emosi yang ia tahan ternyata tidak sekuat yang ia kira. Kenyataannya ia terbawa juga.

"Kalian pikir karna kelas kosong kalian seenaknya bisa teriak-teriak seperti tadi?" Ucap orang itu seraya menatap satu persatu yang ada di kelas.

"Kalian! Kalian itu sudah sering dapat hukuman, tapi masih saja belum kapok." Orang itu menunjuk Syakila dan Syafitri. Lalu beralih menatap Alisa.

"Kamu juga! Kamu itu anak baru, sudah berani menampar. Mau jadi jagoan?" Nada tak suka jelas terdengar saat orang ini berbicara pada Alisa.

Syakila memang pandai membaca situasi. Dia menangkap raut aneh saat Ustadzah Lila berbicara pada Alisa. Iya, yang datang itu Ustadzah Lila. Ustadzah yang katanya paling tegas, ustadzah yang kalau berbicara suka seenaknya.

"Dia yang mulai Ustadzah!" Ucap Syakila setelah mengamati Ustadzah Lila, berbicara dengan nada lirih, seakan ia korban di sini.

Alisa tersentak kaget oleh ucapan Syakila itu,

"Iya dia Ustadzah, dia marah karna katanya kita yang nyebarin gosip tentang dia. Kan Ustadzah tau kalau kita sudah berubah." Syafitri ikut mengompori.
Alisa bungkam, ia tak tau harus bicara apa. Karna ia kalah jumlah, jelas suara ia tak akan di dengar. Belum lagi yang ada di kelas juga kebanyakan yang pro pada Syakila dan Syafitri.
Dan satu lagi, sepertinya Ustadzah Lila sangat tak menyukainya.

"Yang lain keluar, kalian bertiga tetap di sini."
Tersisa Syakila, Syafitri dan Alisa. Juga Ustadzah Lila yang menatap tajam pada Alisa.

Alisa semakin menunduk, kala mendapati tatapan tajam dari Ustadzah Lila.
Syafitri dan Syakila yang duduk di depan Alisa tersenyum miring, senyuman yang menyatakan kalau mereka merasa menang.
Kursi mengelilingi satu meja, Ustadzah Lila duduk di ujung meja tersebut.

"Maksud kamu apa ingin menampar Kila? Kamu santri baru di sini, sudah berani main tangan?"
Alisa tak menjawab, karna ia bingung harus berbicara apa.

Ustadzah Lila adalah salah satu senior santri di pesantren. Setelah jadi santri, ia memutuskan untuk mengabdi. Selama kuliah pun Ustadzah Lila tetap pulang ke pesantren, karna ia telah di percaya oleh Kyai untuk mengajar para santri junior. Setelah kuliahnya selesai, ia juga mendapat kepercayaan untuk mengajar di Madrasah Aliyah.

"Kamu pikir, kamu merasa kuat di sini? Kamu merasa menang dengan main tangan? Oh, atau kamu merasa akan ada yang melindungi?" Nada meremehkan tersirat di ucapan itu.

Alisa sadar,  di sini hanya ia yang di introgerasi. Syakila dan Syafitri justru menyiratkan raut kemenangan di wajahnya saat Alisa menatap sekilas tadi.
Dan lagi, kalimat terakhir Ustadzah Lila sangat mengganggu di telinga Alisa.

Masa Lalu dan Takdirku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang