21.) Pulang

54 8 0
                                    

Setelah Ujian Akhir Semester selesai. Alisa memilih pulang, ia sudah sangat merindukan rumah, Ayah dan Bunda, juga kamarnya.

Usai salat zuhur berjamaah, semua santri kembali ke kamar. Untuk membenahi pakaian yang akan mereka bawa pulang. Jika Kia sibuk dengan tas yang penuh dengan rok dan gamis hingga membuat ransel yang besar itu sangat penuh. Berbeda dengan si kalem Ayu, dia hanya membawa dua rok dan dua atasan yang membuat tasnya terlihat sangat ringan.

Lain lagi dengan Alisa, dia justru tak sibuk mengepak. Dia hanya membereskan beberapa buku dan kitab yang perlu dia bawa.

"Kamu ngga masukin baju sekalian?" tanya Kia yang kebingungan melihat tas Alisa hanya berisi buku-bukuan.

Alisa menggeleng untuk pertanyaan itu, membuat Kia geram tak diberi alasan.

"Kenapa? Kepenuhan tasnya? Kekecilan kali tas yang kamu bawa, aku ada tas satu lagi. Kalau mau aku ambilkan, daripada ngga bawa baju kaya gitu." ujar Kia, yang membuat dua temannya mendelik.

"Berisik Zaskiaaaaaa," suara Ayu menginterupsi,

"Abisnya, orang nanya ngga ada jawaban. Kan kesel," gerutunya kemudian.

Alisa menaikan resleting tasnya, lalu duduk di pinggiran kasur, tersenyum dia melirik temannya yang bawel itu.

"Bajuku di rumah juga banyak, bisa aku pakai yang di rumah. Rok sama gamis juga ada punya Bunda yang sudah tidak terpakai, kan bisa aku gunakan," ujar Alisa memberi jawaban,

Kia mengangguk, sebagai tanggapannya.

"Lalu buku sama kitab itu?" kini Ayu yang bertanya.

"Em, gimana ya. Awalnya aku ngga mau pulang, mau disini saja. Pengin banyak belajar, kan banyak yang tertinggal. Tapi aku kangen rumah," Alisa terkekeh, merasa lucu dengan jawabannya,
"Jadi aku pilih cara ini, aku bawa semua kitab sama buku. Biar nanti aku belajar sama abangku di rumah," lanjutnya lagi.
Kedua temannya mengangguk.

Mereka akan pulang dengan angkutan umum. Tadinya Alisa mau minta jemput, tapi rasanya ia juga ingin merasakan pulang sendiri tanpa orang rumah.

Setelah acara packing selesai, mereka membersihkan kamar terlebih dahulu. Agar saat kembali ke sini, tak berantakan seperti sekarang.

"Abis Asar aja atau gimana?" Kia memecah keheningan yang sedari tadi terjadi,

"Kayanya jangan. Kasian Lisa, nanti kemalaman di jalan," Ayu melirik Alisa, dan yang dilirik mengangguk mengiyakan.

"Lalu? Ini sudah jam satu lewat, kalau mau jam duaan kita otw,"

"Boleh tuh, kalau gitu sekarang kita antre ke tempat penitipan kunci dulu. Sekalian ambil tugas rumah di Teh Ina," kata Ayu, sambil menyinduk sampah ke dalam pembuangan.

Mereka keluar dengan Kia yang membawa plastik berisi sampah dari kamar mereka. Alisa juga membawa plastik, yang isinya makanan. Kebetulan ada beberapa stok makanan yang tidak habis, lebih baik ia berikan pada pengurus.

Kunci kamar terbagi dua, biasanya dua-duanya dipegang oleh pemilik kamar tersebut. Namun, ketika pemilik kamar pulang dan kamar kosong. Kunci satunya akan dititipkan pada pengurus, agar nanti bisa dilakukan pengecekan.

Dan biasanya, santri yang akan pulang ke rumah mendapat PR, atau tugas mereka selama di rumah. Tugas itu biasanya hafalan, gunanya agar para santri tak melupakan talaran mereka selama di rumah.

Setelah semuanya beres, mereka pamit. Kepada pengurus, lalu pergi ke rumah Kyai. Pamit pada Umi Fatimah dan Ustadzah Sarah. Karena Kyai dan Ustadz Aziz sedang tidak ada. Jadilah mereka tak bisa bertemu.

Masa Lalu dan Takdirku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang