Leo membawaku duduk di ranjang. Dia berlutut dan mengambil sebuah senapan dari tasnya. Aku otomatis langsung mundur ketakutan melihatnya mengeluarkan senapan. Dia menaruh senapan itu di depan kami. Dia menatapku yang sudah pucat menatapnya.
Leo :"sebenarnya aku pembunuh bayaran. Mungkin kau pernah mendengar The Rose, itu aku. Setiap korbanku akan melihat mataku berubah seperti yang kamu lihat. Aku selalu meninggalkan bunga mawar di tubuh mayat itu. Itu sebenarnya tandaku berkabung untuk korban yang aku bunuh."
Citra :"jadi kau berbohong kalau aku ini takdirmu!"
Leo :"aku tidak berbohong. Guruku pernah mengatakan wanita yang bukan targetmu dan dia bisa melihat perubahan matamu maka dia akan menjadi takdirmu. Awalnya aku tidak percaya tapi nyatanya aku melihatmu."
Citra :"atas dasar apa gurumu mengatakkan itu? Dan kenapa kau menjadi pembunuh?"
Leo :"karna guruku tahu asal usul mataku. kedua orang tuaku mati di bunuh saat aku berumur 3 tahun. Guruku adalah sahabat orang tuaku. Mereka berpesan untuk terakhir kalinya pada guruku untuk menjagaku. Guruku berusaha melatihku menjadi seorang pembunuh bayaran untuk membalas dendam. Awalnya aku tidak pernah mengerti mengapa mataku berbeda. Guruku bilang aku rengkarnasi dari seseorang legenda dari inggris yang di kutuk memiliki mata yang aneh sepertiku. Namanya leonard davichi, bangsawan Inggris yang di kutuk karna mempermainkan seorang wanita penyihir. Dia harus mencari takdirnya demi mengembalikan warna matanya. Sayangnya sebelum menemukan takdirnya dia meninggal. Guruku pernah bilang leonard sebenarnya leluhurku. Anehnya hanya aku yang memiliki mata ini. Ini yang harus kamu rahasiakan."
Citra :"mengapa kau percaya padaku?"
Leo :"aku sudah bilang bukan? Karna kau takdirku."
Leo membelai lembut pipiku. Mendadak wajahku memerah karna perlakuan lembutnya.
Citra :"apa kau sudah menemukan pembunuh orang tuamu?"
Leo :"belum."
Leo merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Dia menerawang ke langit - langit kamarku.
Citra :"jadi bisa kau singkirkan dulu barang ini? Aku takut ini meledak."
Leo terkekeh menatapku. Dia bangkit dari tidurnya dan menatapku tajam.
Leo :"ambil senapan itu."
Citra :"ti..."
Leo :"lakukan!"
Aku terkejut mendengar bentakkannya. Dengan tangan yang gemetar aku mengambil senapan itu. Leo mengarahkan tepat di jantungnya. Aku terkejut dengan
apa yang dia lakukan.
Citra :"kau?"
Leo :"tembak."
Citra :"tidak."
Leo :"TEMBAK!"
Aku tersentak kaget dan langsung menekan platuk senapan itu. Senapan itu tidak berfungsi sama sekali. Leo hanya diam menatapku.
Leo :"senapan ini hanya bisa berfungsi kalau aku mengaturnya dari jam tanganku."
Aku melepaskan senapan itu buru - buru. Aku pergi keluar tanpa mempedulikan panggilan leo. Dia
keterlaluan karna menyuruhku untuk menembaknya. Dia fikir aku tidak shok. Leo menghentikkanku dan menarik tanganku. Aku berusaha sekeras mungkin menahan air mataku. Aku menghapus kasar air mata yang sudah mengalir di pipiku. Leo menangkup wajahku dan menghapus air mataku dengan lembut. Dia memelukku erat untuk menenangkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rose
Romancesebuah cerita tentang cinta terlarang yang di pertemukan oleh sebuah takdir yang di lahirkan oleh leluhur sang tokoh....