The Rose part 16

3.6K 127 0
                                    

Aku membuka mata saat merasakan sentuhan lembut di rambutku. Aku mencoba membiasakan penglihatanku pada cahaya yang menerpaku. Aku melihat wajah mamaku yang tersenyum menatapku. Aku meraih pipi mamaku dengan lembut.

Mama :"bangunlah nak."

Aku menatap mamaku takjub. Perlahan aku bangun dan melihat papa yang duduk di sebelah mamaku. Aku menghambur dan memeluk mereka.

Citra :"aku merindukan kalian."

Aku merasa tenang dan damai di pelukkan orang tuaku. Mama melepaskan pelukkanku dan menghapus air mataku.

Mama :"jangan menangis sayang. Sekarang kami di sini bersamamu."

Papa :"wah anak papa sudah besar sekarang. Lihat pipinya semakin menggemaskan."

Aku tersenyum saat papa mencubit lembut pipiku. Mama memakaikan mahkota bunga di kepalaku. Dia merapihkan rambutku.

Mama :"nah sudah cantik sekarang."

Citra :"berjanjilah jangan tinggalkan aku."

Papa :"kami akan selalu di sisimu."

Aku tersenyum menatap kedua orang tuaku.

Aku merasa senang di sini. Papa selalu mengajakku bermain dengan beberapa binatang di taman ini. Aku bahkan melupakan semua masalah saat bersama mereka.

Mama :"hey berhenti bermain sekarang makan dulu."

Citra :"yaah sebentar lagi ma aku sedang asik main layangan. Papa ayo kalahkan aku."

Papa :"hahah lihat layangan papa sudah lebih tinggi."

Mama :"sayang kamu wanita tidak boleh bermain mainan laki - laki."

Papa :"princess dengarkan mamamu kalau tidak dia akan ke sini dan menjewer kita berdua."

Aku akhirnya menyetujui usul papa dan berhenti bermain.

Rasanya aku ingin selalu bersama mereka. Tidak ada rasa lelah atau sedih. Aku menyukai taman ini karna aku bisa bertemu dengan kedua orang tuaku.

Citra :"papa ayo kejar aku."

Papa :"nak tunggu."

Aku berhenti saat merasakan sesuatu yang aneh. Aku seperti merasakan tarikkan yang aneh. Aku melihat sekelilingku dan tidak menemukan kedua orang tuaku.

Aku berusaha mencari ke penjuru taman tapi tidak berhasil. Sampai aku melihat sebuah bayangan hitam yang menghampiriku. Entah mengapa aku menerima uluran tangannya dan berjalan mengikutinya. Bayangan hitam ini membawaku menembus sebuah cahaya yang menyilaukan. Aku menutup mata saat melewati cahaya itu.

Aku membuka mataku. Samar - samar aku melihat langit - langit sebuah ruangan. Aku menutup mata kembali untuk membiasakan penglihatanku. Aku menoleh sedikit saat merasakan sentuhan di tanganku. Aku menatap seseorang yang nampak sedih menatapku. Aku tidak tahu mengapa laki - laki ini nampak sedih menatapku.

Laki - laki :"sayang akhirnya kamu sadar."

Aku menngerutkan dahi menatap laki - laki di depanku. Aku berusaha berfikir siapa dia. Aku mencoba menggerakkan tubuhku tapi entah mengapa tubuhku tidak bisa di gerakkan. aku menatap laki - laki itu yang menjauh saat dokter datang.

Aku masih diam menatap sekeliling kamarku. laki - laki itu masih diam menggenggam tanganku. Dia sesekali mengusap kepalaku dengan lembut. Aku mencoba menarik tanganku. Dia menatapku bingung saat aku berhasil melepaskan tanganku.

Laki - laki :"sayang."

Citra :"anda siapa?"

Laki - laki itu menegang menatapku yang menanyakan siapa dirinya. Aku benar - benar tidak mengenal laki - laki itu.

Laki - laki :"aku leo, aku calon suamimu."

Citra :"apa?calon suami? Paman jangan bercanda ya aku baru berumur 18 tahun jadi tidak mungkin! Mana orang tuaku!"

Leo :"citra aku serius dan kamu bukan berumur 18 tahun tapi sudah berumur 25 tahun. Kamu mengalami koma selama 3 tahun. Orang tuamu sudah lama meninggal."

Citra :"apa! Kau berbohong! Orang tuaku masih hidup."

Aku menepis tangan laki - laki ini. Aku berusaha meraih bel untuk meminta pertolongan pada suster. Laki - laki ini menatapku bingung.

Citra :"suster tolong panggil orang tuaku dan usir paman ini aku tidak mengenalnya."

Leo menatap suster yang menatapku. Suster :"saya akan panggilkan dokter. Tuan sementara bisa tinggalkan nona citra?"

laki - laki aneh itu masih diam menatapku. Aku merasa takut dengan tatapannya. Aku hanya bisa menunduk takut.

Citra :"suster jangan tinggalkan aku."

Suster :"tuan."

Leo :"aku yang akan memanggil dokter. Suster temani citra."

Leo berjalan pergi.

Aku menatap bingung pada sosok wanita yang memelukku sambil menangis. Aku melepaskan diriku dari pelukkan wanita ini. Aku jadi semakin takut karna aku di kelilingi oleh orang - orang yang aku tidak kenal.

Wanita :"aku sulli eonni, ini minho. Kau ingat kami?"

Aku menggeleng kepala menatap wanita di depanku heran. Tiba - tiba minho mendekat dan menjitak kepalaku dengan keras.

Citra :"aaahhh sakit paman ampun."

Sulli :"oppa apa yang kau lakukan!"

Minho :"biasanya kalau amnesia dia harus sering di pukul agar segera sembuh."

Leo memukul kepala minho dengan koran yang dia pegang. Minho nampak kesakitan dan mengusap kepalanya yang di pukul leo.

Leo :"ini obat untuk otakmu yang bodoh itu."

Citra :"eonni aku mohon panggilkan orang tuaku. Aku mau bertemu mereka."

Sulli :"mereka ada di inggris ingat? Mereka mustahil pulang karna aku dengar mereka sedang mengurus sesuatu yang penting. Kau tidak ingin membuat mereka cemaskan?"

Citra :"benarkah eonni?"

Sulli :"iya benar, chaa sekarang kau harus istirahat. Percayalah padaku. Aku akan menjagamu."

Aku menatap 2 laki - laki di depanku yang menatapku. Aku merengut ketakutan melihat mereka berdua.

Sulli :"jangan takut minho oppa memang galak tapi dia sangat menyayangimu seperti saudaramu. Kalau leo oppa juga baik dia menyayangimu sebagai wanita. Dia sangat mencintaimu."

Citra :"apa?"

Aku menatap sulli yang tersenyum lembut padaku. Lalu menatap leo yang tersenyum menatapku.

Citra :"eonni temani aku di sini."

Leo :"sulli kami akan keluar, aku titip citra."

Sulli :"iya oppa."

Minho tiba - tiba mencium bibir sulli. Aku berteriak histeris karna melihat adegan itu. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Aku menatap mereka bertiga yang menatapku aneh.

Citra :"ja..ja..jangan melakukan... Itu di depanku..."

Minho :"apa! Ahahahhahahh yak citra kau ini seperti pe..."

Tiba - tiba leo memukul kepala minho dengan koran. Minho langsung terjatuh dan tidak bisa bicara apapun. Aku hanya meringis memegangi kepalaku yang merasa ngilu melihat minho yang kesakitan.

Leo :"kau baik - baik saja?"

Citra :"minho oppa kau baik?"

Leo :"dia sudah kebal, kami keluar dulu."

Leo langsung menyeret minho keluar. Sulli hanya bisa tertawa melihat kelakuan mereka.

TBC


The RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang