The Rose part 15

3.7K 138 0
                                    

Siwon mencium bibirku dengan lembut. Aku mendorongnya saat aku tersadar. Siwon nampak kecewa dengan sikapku. Aku melihat di pintu ada seseorang yang aku kenal berdiri mematung menatap kami. Tiffany hanya bisa menutup bibirnya melihat kami.

Tiffany :"oppa?"

Siwon menengok ke arah pintu dan menatap tiffany. Dia menarik tiffany yang nampak marah padaku. Aku berusaha untuk bangkit dan berjalan mengikuti mereka.

Tiffany :"oppa tega menghianatiku!"

Siwon :"aku tidak pernah punya hubungan denganmu."

Dengan sempoyongan aku berjalan menuju pintu keluar apartement ini. Aku sempat mendengar suara panggilan siwon, tapi tidak aku gubris. Aku terjatuh saat tiffany menarik rambutku. Dia menjambakku dengan keras dan menamparku beberapa kali. Aku hanya diam tidak membalas perlakuannya. Aku sempat meringis saat dia memukul bahuku. Siwon menahan tiffany dan samar - samar aku melihatnya menampar tiffany dengan keras. Semua mulai buram saat siwon membawaku pergi.

Saat aku bangun, aku meringis kesakitan pada seluruh tubuhku. Aku melihat siwon yang sudah duduk di sampingku. Dia menatapku dengan cemas. Dia memberikan obat penghilang rasa sakit padaku. Aku menolak obat itu. Aku mencoba mengumpulkan kesadaranku. Perlahan aku bangkit untuk pergi.

Siwon :"kau tidak usah ke kantor. Keadaanmu memprihatinkan."

Citra :"jangan pedulikan aku."

Siwon :"itu tidak mungkin karna aku mencintaimu."

Aku terdiam mendengar kata - kata siwon. Aku menatapnya dengan tajam.

Siwon :"kau fikir untuk apa aku berusaha menjadi paling atas? Aku hanya ingin kau melihatku. Aku merasa marah dan sakit saat aku mendengar kau membiarkan manusia terkutuk itu mengambil kesucianmu. Aku sakit saat melihatmu tersiksa melihat manusia itu di kurung. Aku terluka saat melihatmu menangis untuknya. Aku yang pertama bertemu denganmu tapi kenapa harus dia!"

Citra :"lupakan."

Siwon :"kenapa? Apa ini salah?"

Citra :"aku tidak bisa membalas perasaanmu. Lebih baik lupakan semua."

Aku meninggalkan siwon yang mematung mendengar jawabanku.

Aku menatap ruangan leo yang kosong. Minho dan taemin hanya diam menungguku bicara di belakangku. Aku hanya mendesah pasrah melihat kekacauan di sini. Leo kabur dan aku merasa ini tidak aneh karna kalau dia mau bisa saja dari kemarin dia kabur. Entah apa yang dia tunggu.

Taemin :"ketua.."

Citra :"siapa yang memonitoring ruangan ini setelah aku pergi?"

Taemin :"saya."

Citra :"apa kau tidak melihatnya kabur?"

Taemin :"ada yang memukulku sampai aku tidak sadarkan diri."

Citra :"selidiki, aku yang akan menghadapi tuan choi."

Taemin dan minho memberi hormat dan pergi.

Siwon nampak murka mendengar kabar kaburnya leo. Dia marah bahkan meneriakiku untuk memanggil taemin. Aku hanya diam melihatnya yang murka. Saat dia mulai tenang aku hanya bisa mendesah lemah menatapnya. Sesekali dia memijat keningnya yang mungkin pusing.

Citra :"aku sudah menyuruh mereka menyelidiki ini bila nanti ada kemajuan akan saya laporkan."

Siwon :"beri hukuman pada taemin."

Citra :"aku tidak bisa melakukan itu karna..."

Siwon :"kalau kau tidak bisa, aku yang akan memberinya hukuman."

Citra :"anda tidak bisa karna..."

Siwon :"aku bisa citra. Ingat aku atasan kalian."

Citra :"kalau begitu hukum aku yang lengah sebagai ketua."

Siwon :"citra."

Citra :"hukuman apapun yang anda layangkan pada taemin, aku yang akan melakukan hukuman itu."

Siwon :"kalau aku menghukummu menjadi asisten pribadiku bagaimana!"

Citra :"itu bukan hukuman tuan choi. Aku tahu apa yang anda fikirkan."

Aku meninggalkan siwon tanpa hormat.

Aku menatap leo yang berada di kamarku. Dia berjalan mendekatiku dan memelukku. Aku hanya diam merasakan kehangatannya. Perlahan leo melepaskan pelukkannya dan pergi. Aku terbangun dan melihat sekelilingku yang ternyata masih berada di ruang monitoring. Aku mendesah lemah menatap kamar leo yang kosong. Perlahan aku merasa ada sesuatu yang tiba - tiba aku fikirkan. Aku bergegas pergi dari ruangan ini.

Benar dugaanku leo menungguku di rumahku. Dia tersenyum menatapku yang baru masuk. Dia menarik tanganku dan memperlihatkan makanan di meja makanku.

Leo :"aku sengaja memasakkan ini untukmu tapi mungkin sudah dingin."

Leo memelukku dari belakang. Dia mencium pundakku yang terluka. Aku hanya menatap datar makanan yang ada di meja makan. Perlahan aku melepas pelukkannya.

Citra :"kau kabur untuk ini?"

Leo :"ini satu - satunya jalan agar aku bisa bertemu denganmu. Kau selalu menolak mengunjungiku."

Citra :"leo kau.."

Leo :"aku tidak peduli walaupun kau membunuhku. Aku sudah bilang apapun yang kau lakukan padaku, aku akan menerima."

Aku semakin terpuruk dalam rasa bersalahku. Leo membelai pipiku lembut. Aku menariknya dan mencium bibirnya. Leo membalas ciumanku dan membawaku ke kamar. Dengan lembut dia menurunkanku di tempat tidur dan mulai menjilati leherku.

Leo :"aku merindukanmu."

Leo membuka bajuku dengan cepat. Tanpa sadar tubuh kami sudah bersatu. Aku merasa sesuatu yang hilang pada diriku kembali saat kami bersatu. Leo memelukku dengan erat.

Leo :"aku mencintaimu."

Air mataku pecah saat mendengar suara lembutnya menyelimuti hatiku.

Aku terbangun saat mendengar suara ribut di luar kamarku. Aku bergegas memakai bajuku dan berjalan keluar kamar. Aku melihat siwon dan beberapa pengawal mengepung rumahku. Leo masih bertahan melawan mereka sampai aku panik melihat ada yang mengarahkan senapan pada leo. Aku berlari dan mencoba melindungi leo. Aku menjadi tamengnya untuk menjadi sasaran tembak pengawal siwon. 3 peluru menghantam tubuhku. Aku yang sudah tidak punya tenaga untuk berdiri hanya bisa pasrah saat tubuhku hampir jatuh. Leo memelukku untuk menahan tubuhku. Aku menatap leo yang meneriaki namaku. Perlahan semua penglihatanku menghilang. Aku masih mendengar suara lirih leo memanggilku tapi aku yang sudah tidak punya tenaga untuk bangun hanya bisa mengikuti kegelapan yang menyelimutiku.

                            

                               TBC


The RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang