Chapter 2 | Pertemuan

142 18 0
                                    

"Jangan terlalu berlebihan mencintai seseorang, nanti kalau berpisah malah enggak bisa melupakan seseorang itu." -Cino Aksa Azri

Keesokan harinya.

Cino datang lebih pagi ke sekolahnya. Dengan kebahagiaan yang Cino bawa, maka Cino terus bersemangat untuk menjalani hidupnya. Kebetulan, Cino membawa makanan spesial. Cino memasak makanan tersebut. Makanan ini akan diberikan kepada seorang gadis kecil yang menemaninya dulu. Ya, itu adalah Mocha, yang sekarang dipanggil perempuan si pemberontak.

Namun, Mocha sudah terlebih dahulu datang ke sekolah. Mocha ingin cepat-cepat meminjam buku di perpustakaan, daripada nanti bukunya kosong gara-gara banyak yang dipinjam sama orang lain.

"Lho, dia datang pukul berapa sih? Kok cepet amat," kata Cino yang tidak percaya melihat Mocha yang tengah bersandar di pintu perpustakaan. Mocha sadar, bahwa dia sedang dimata-matai oleh Cino. "Woi, Cino!" panggil Mocha, "Ngapain kamu ngelihat aku dari jauh?"

Cino sadar, bahwa dirinya ketahuan sedang memperhatikan Mocha. Daripada kabur, lebih baik Cino menemui Mocha saja. "Eh, gak ada apa-apa kok," jawab Cino yang canggung. Sudah biasa, jika Cino berkata tidak apa-apa, maka ada apa-apa. Padahal, biasanya perempuan yang suka ngasih kode. Eh, ini malah cowok yang suka ngasih kodenya.

Mocha teringat, bahwa dia tidak melihat Cino di kelasnya. Gara-gara tak pernah melihat Cino, Mocha berpikir kalau Cino suka bolos sekolah. "Eh, kok aku gak pernah ngelihat kamu di kelasku ya? Apa jangan-jangan kamu suka bolos ya?" tanya Mocha. Cino kesal, karena dirinya difitnah. "Enak banget ngomongnya. Kan aku anak Multimedia lah, kamu anak apa?" ujar Cino dengan tegas. "Pantesan gak kelihatan, akunya anak Animasi. Tapi, kelas kita saling berhadapan loh," ucap Mocha.

Kring ... kring ... kring

Bel tanda masuk pelajaran pun berbunyi. Waktu yang harus memisahkan Mocha dan Cino di pintu perpustakaan. "Eh, aku masuk ke perpustakaan dulu ya. Soalnya takut kena marah sama penjaga perpustakaan. Kan kamu tahu sendiri, kaya gimana penjaga perpustakaan," ujar Mocha.

Cino paham apa yang dikata Mocha. Lagipula, jam pelajaran sudah dimulai. Dan, Cino pun mengiyakan perkataan Mocha. "Yasudah, aku ke kelas dulu ya, Markonah," kata Cino yang sambil melangkah pergi ke kelasnya. Mocha tertawa saat mendengar panggilan itu lagi. "Mulai lagi dah, Bambang."

"Main games yok!" ajak Kak Indra. Para murid di kelas Multimedia pun semangat dengan ajakan Kak Indra. Namun, mereka bingung dengan permainan apa yang akan dimainkan oleh mereka. "Mau main apa, Indra?" tanya Kak Ivanna yang bingung.

Setelah beberapa menit berpikir, akhirnya ada seorang murid yang mengusulkan tentang permainan apa yang akan dimainkan. Ya, itu adalah Cino. Cino berpikir, bahwa dia akan mempermainkan Kak Ivanna dan Kak Indra yang bertugas di kelasnya. "Kak, bagaimana kalau main surat rahasia saja," usul Cino.

Semuanya pun bersepakat untuk memainkan surat rahasia. Para murid disuruh membuat surat untuk Kak Ivanna dan Kak Indra. Mereka dibebaskan untuk membuat surat keluhan, surat penyemangat, surat cinta, atau yang lainnya. Dan, dilarang menuliskan nama penulisnya.

**
Untuk Kak Ivanna dan Kak Indra.

Halo, Kak!
Sebelumnya, aku mau minta maaf ke Kak Indra. Karena, pas kemarin aku datang terlambat. Aku juga mau minta maaf ke Kak Ivanna. Karena, pas kemarin berantem sama perempuan si pemberontak. Sebagai hadiahnya, aku mau kasih sebuah quotes entah puisi. Soalnya, aku tidak tahu mana yang benar.

Senja Padam

Aku mengagumimu, namun orang-orang malah tak peduli dengan kehadiranmu.

Kau begitu indah, namun hanya sementara.
Kau datang dikala sang surya pergi.
Kau hadir untuk menunjukkan kebahagiaan.
Kebahagian yang mungkin tak terbayangkan.

Sayang, orang-orang sudah tak peduli dengan kehadiranmu.
Sayang, orang-orang sudah terfokus dengan dunia mereka sendiri.

Aku mohon, tolong janganlah pergi.
Aku mohon, kau jangan padam.
Aku mohon, kau jangan meninggalkanku.

Aku hanya luput dari kesedihan.
Kesedihan yang tak ada kebahagian.
Kebahagiaan senja, akan terus terukir di hatiku.
**

Cino pun mengumpulkan suratnya ke meja guru yang tepat berada di depan tempat duduknya. Para murid yang lain juga mengumpulkan suratnya ke meja guru. Setelah semua murid mengumpulkan suratnya, barulah surat tersebut diacak. Setelah itu, beberapa surat akan diambil, dan kemudian dibacakan oleh Kak Ivanna atau Kak Indra.

"Baiklah, aku akan membacakan surat yang pertama ini," ucap Kak Ivanna. Kak Ivanna senyum-senyum sendiri saat membacanya. Sedangkan, Kak Indra malah bahagia saat mendengarnya. Dia tidak percaya, kalau ada seseorang yang menyukai sastra.

Kring ... kring ... kring

"Yah, waktunya sudah beres. Yasudah, silahkan kalian pulang," kata Kak Indra. Para murid pun satu persatu pulang. Sebelum pulang, Cino mau menanyakan sesuatu. "Kak Indra, kalau ekstrakurikuler ada apa saja?" Kak Indra pun menjawabnya, "Ada paskibra, basket, futsal, dan lainnya. Kamu bisa lihat di mading sekolah ya." Setelah mendapatkan jawaban tersebut, Cino pun langsung pergi untuk pulang.

MochaccinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang