Chapter 4 | Pemilihan

78 14 1
                                    

"Seburuk-buruknya rupa, ia masih pantas untuk dicintai. Tapi seburuk-buruknya perangai, ia menjadi pantas dibenci." -Ullah Pralihanta

Hari ini adalah hari keempat dalam masa pendidikan tahun baru. Sekarang tidak dibimbing oleh OSIS lagi. Tapi, dibimbing langsung oleh wali kelasnya masing-masing. Wali kelas Cino adalah seorang perempuan. Menurut rumor, katanya guru ini adalah guru yang paling judes. Entah itu bohong atau fakta. Yang pasti, itu membuat Cino dan teman-temannya deg-degan.

Di kelas Multimedia, suasananya sangat ricuh. Suaranya bahkan sampai membuat memekikan telinga. Ada yang menyetel lagu pakai speaker, memukul-mukul meja, teriak-teriak gak jelas, dan yang lainnya. Namun, suara tersebut berhasil dipadamkan oleh seorang guru. Ya, guru tersebut adalah wali kelas Cino. Para murid di kelas Cino sangat deg-degan saat mengetahui wali kelasnya tengah berjalan ke meja guru. Pada murid pun rusuh untuk duduk di bangkunya masing-masing.

"Assalamualaikum, selamat pagi, Anak-anak!" sapa guru tersebut.

Para murid pun menjawabnya dengan serentak, "Waalaikumsalam, selamat pagi juga, Bu!"

Canggung dan deg-degan, itulah yang dirasakan oleh para murid. Ada yang takut ke guru tersebut, ada yang berdoa supaya rumor tersebut bohong, ada yang santai, bahkan ada juga yang sampai meneteskan air mata gara-gara merasa tertekan. "Lho, kok kalian kayak ketakutan gitu? Ibu gak galak kok. Kalau kalian mendengar rumor itu, maka itu hanya sebuah kebohongan belaka. Itu cuma untuk menakut-nakuti kalian saja. Jadi, santai saja." Guru tersebut bingung dengan tingkah laku para murid.

Para murid pun merasa lega, kalau rumor itu hanyalah sebuah kebohongan belaka. Cino merasa bingung, kenapa wali kelasnya tahu tentang rumor itu. Apakah rumor itu sudah ada sejak lama? Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di kepalanya.

"Anak-anak, apa kalian sudah saling kenal dengan teman-teman baru kalian?" Bu Yuyun mencoba bersahabat dengan para muridnya. Para murid pun menjawabnya dengan malu-malu. "Belum, Bu."

Bu Yuyun pun menyuruh para muridnya untuk perkenalan diri. Setelah perkenalan diri, kemudian ada pemilihan ketua kelas dan seksi-seksi lainnya. Cino pun terpilih menjadi ketua kelas atas usulan Gerry dan voting dari para murid lainnya.

***

Kring ... kring ... kring

Tak terasa sudah waktunya untuk pulang sekolah. Hari ini hanya membahas perkenalan dan pemilihan saja. Dari tadi Cino terus mengantuk, gara-gara efek belum makan siang.

Cino sedang mempersiapkan sepedanya. Tak lama kemudian, Gerry datang menghampirinya. "Cino, main PS2 yuk!" ajak Gerry. Kebetulan, Cino sedang tidak sibuk. Jadi, Cino pun mengiyakan ajakan Gerry. "Yuk, tapi aku mau pulang dulu ya, soalnya aku mau makan siang. Sekalian, aku ganti baju dulu gitu."

"Yaudah, aku tunggu di rumahku ya. Nanti kita marathon main Harvest Moon, dikit lagi tamat soalnya," kata Gerry yang kemudian melangkah pergi meninggalkanku.

"Oke-oke," jawabku.

***

Cino pun sampai di rumahnya. Ia memarkirkan sepedanya dan kemudian pergi ke teras rumah. Di sana sudah ada Tiara dan seorang cowok.

"Eh, Kak Cino sudah pulang. Gimana tadi di sekolahnya?" sapa Tiara.

"Ya gitu deh," jawab Cino.

"Oh gitu," ucap Tiara.

Cino masih terfokus dengan seorang cowok yang di sebelah Tiara. "Tiara, dia siapa?" Cino berbisik ke Tiara dan sambil menunjuk ke cowok tersebut.

Tiara menyenggol tangan cowok tersebut. Dia bermaksud untuk memberi kode bahwa ada sesuatu hal yang mau dimongkan. "Apa sih!" Cowok tersebut nampaknya sedikit kesal kepada Tiara. Ia terus fokus untuk mengerjakan tugas, sampai-sampai dia tidak tahu kalau ada Cino yang sedang memperhatikannya.

"Uhuk." Cino pura-pura batuk supaya cowok tersebut sadar. Cowok tersebut tidak sengaja menoleh ke Cino dan dirinya langsung kaget. "Rajinnya," ucap Cino dengan tersenyum.

Setelah menyapa cowok tersebut, Cino langsung pergi ke kamarnya, dan langsung pergi lagi ke rumah Gerry untuk menuntaskan janjinya.

MochaccinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang