"Kamu tuh jangan terlalu manis deh, nanti aku makin suka loh." -Cino Azka Azri
***
"Kalian tahu kan iklan layanan masyarakat itu seperti apa? Nah, tugas kalian adalah membuat iklan layanan masyarakat dan dikumpulkannya Minggu depan ya!" ucap Bu Yuyun. Cino merasa senang saat mendengarnya. Ia berencana untuk bekerjasama dengan Mocha.
Kring ... kring ... kring
"Oke, Anak-anak, kalian boleh istirahat." Bu Yuyun pun kemudian pergi meninggalkan kelas Cino. Sorak gembira terus bergemuruh di kelas Cino. Sekarang adalah waktunya untuk makan-makan, berpacaran, tidur, mengerjakan tugas, dan lain hal.
Kelas Cino pun sudah mulai sepi, karena orang-orang sudah pergi meninggalkannya. Lain hal dengan Cino, ia justru pergi ke kelas Mocha. Di sana nampak seorang perempuan yang rambutnya diikat dan telinganya sedang dipakaikan earphone itu, tengah mengobrol dengan kawan-kawannya.
"Boleh minta waktunya sebentar? Aku mau ngomong sama Mocha." Teman-temannya Mocha pun mengiyakannya dan segera pergi ke kantin. "Ada apa?" tanya Mocha. "Aku dan kawan-kawan diberi tugas oleh Bu Yuyun untuk membuat iklan layanan masyarakat. Nah, aku berencana untuk bekerja sama dengan kamu. Nanti kamu cuma buat ilustrasi doang kok," jawab Cino.
"Hmm, ada bayarannya gak nih?"
"Tenang, ada kok tentunya. Mau uang atau martabak manis nih?"
Wajah perempuan tersebut langsung menunjukkan kebahagian. Tampak bercahaya wajahnya. Itulah pertanda bahwa Mocha sangat tertarik dengan pekerjaan tersebut. "Aku mau martabak manis ya! Biar sama-sama manis kayak aku. Eh, jangan lupa martabak manisnya itu rasa green tea, soalnya aku sangat suka sama rasa itu!"
"Siap, Bos! Deal ya?"
"Deal."
"Oke-oke, aku tunggu di parkiran sehabis pulang sekolah ya, Markonah."
"Siap, Bambang!
***
"Ngapain muter-muter di kantin? Mendingan sini duduk." Cino daritadi terus muter-muter di kantin. Ia kebingungan untuk memilih berhutang atau tidak jajan.
"Kenapa bingung begitu? Bentar, aku mau ramal kamu dulu," ucap Gerry, "menurut ramalan, kamu lupa bawa uang ya?" Cino pun tersentak kaget. Ia tak percaya bahwa Gerry bisa meramal. "Lho, kok kamu tahu?" tanya Cino. "Ya iyalah, aku tuh Gerry Sang Peramal." Cino berasa ingin muntah saat mendengar perkataan Gerry.
Cino kepikiran untuk mendiskusikan tentang tugas layanan masyarakat ini. "Eh, tugas layanan masyarakat kamu gimana?"
"Yaelah, santai aja kali. Kata kakak kelas, tugas yang kaya gitu tuh gak bakal dikasih hadiah apapun sama guru," jawab Gerry.
"Tetep aja, gua mau dapat nilai yang baik di tugas ini," ucap Cino.
Mereka berdua pun berdiskusi tentang bagaimana konsep yang akan dibuat di tugas layanan masyarakat ini. Hingga pada akhirnya, mereka berhasil membuat rancangan konsep tugas layanan masyarakatnya. "Jadi, Mocha sebagai pembuat animasinya, aku sebagai editor, dan kamu sebagai tokohnya. Gitu?" ujar Cino.
"Iya."
"Oke-oke, aku kerjainnya mulai hari ini."
"Sip."
***
"Cino tunggu!" Mocha berlari. Cino lupa, kalau Mocha belum naik di jok motornya. Pantas saja rasanya itu ringan, ternyata hanya membawa angin belaka. "Eh, aku kira udah naik. Tadinya aku mikir kalau kamu jadi kurusan, ternyata aku cuma bawa angin dong. Kesal, itulah yang dirasakan Mocha. "Sekali lagi ngomong gitu, kutampol kau!"
"Cup ... cup ... cup, sudah-sudah mendingan kamu cepet naik. Atau mau aku tinggal?"
"Iya-iya."
Dunia serasa berdua. Mereka berdua baru saja sampai di rumah Mocha. Mocha sendiri yang meminta kalau nanti beresin tugasnya di rumahnya. Tak lama kemudian, tiba-tiba ada suara yang mengagetkan mereka berdua.
"Suara apa itu?" tanya Cino.
"Gawat, ini pasti ulah Ayahku," jawab Mocha.
Mocha pun buru-buru masuk ke rumahnya. Ia berfirasat bahwa Ayahnya sedang mabuk. Memang, ternyata Ayahnya sedang mabuk.
"Ayah kenapa ngelakuinnya lagi? Kan sudah janji sama Mocha, kalau Ayah gak bakal mabuk lagi," ujar Mocha sambil membereskan pecahan-pecahan kaca dari botol minuman keras.
Ayah Mocha hanya bisa tertidur pulas di sofa. Dan Cino? Dia hanya menganga tak percaya dengan yang dilihatnya. Untuk menenangkan suasana, Mocha menyuruh Cino untuk membeli martabak manis-sesuai perjanjian di awal. "Cino, kamu mau beli martabak manis sekarang? Itu di seberang rumahku ada yang jual kok. Kan sekalian menuntaskan janjimu."
Cino mengangguk. "Iya, aku beli dulu ya."
Cino pun pergi meninggalkan Mocha yang sibuk mengurusi Ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mochaccino
Teen Fiction[Novel pertama dari Trilogi Kopi] "Kau sudah memiliki dia. Jadi, tolong jaga dia baik-baik ya. Mungkin, ini sudah menjadi takdir cintaku." Mocha Ayunindya Eri, seorang gadis yang suka protes, bawel, dan suka membuat animasi. Namun, ada saja laki-lak...