Chapter 14 | Mocha dan Teater

5 2 0
                                    

"Hati-hatilah jikalau bermain dengan sebuah kesalahpahaman, karena sekecil apapun itu dapat meruntuhkan kepercayaan yang sudah kamu bangun lamanya." -Gerry.

***

Masa-masa melewati hari duka memanglah berat. Di mana biasanya orang yang meninggalkan kita itu sering menemani kita, namun sekarang mereka telah pergi ke tempat kedamaian. Hari ini para murid SMKN Jatidharma sedang antusias dalam menjalankan hari-harinya. Hari ini sebagai memperingati bahwa telah selesainya PAS ganjil-penilaian akhir semester ganjil. Namun di sisi lain pula, hari ini tuh sebagai peringatan satu bulannya atas kematian adik dari Kak Indra dan ayah dari Mocha.

Pekan Seni se-SMKN Jatidharma biasa digelar saat satu hari setelah hari terakhir ujian. Kegiatan ini pula sebagai penyemangat bagi para murid yang mengikuti remedial atau susulan nantinya. Biasanya ada acara perlombaan seni maupun unjuk bakat, kelas terbaik, bahkan ada pertunjukan seni maupun konser nantinya. Anak-anak yang mengikuti ekstrakurikuler-terutama ekstrakurikuler seni-biasanya diwajibkan untuk menjadi pengisi acara. Biasanya pula mereka akan mendapatkan nilai tambah di pelajaran seni budaya dan keterampilan.

Seiring Sang Surya sudah mulai meninggi, Mocha membantu menata riaskan Gerry dan Nanda. Mereka berdua sama-sama mengikuti ekstrakurikuler teater. Mocha membantu bukan atas nama teater, namun atas nama sahabatnya sendiri, dirinya masih kesal dengan Kevin.

"Mocha, nanti kamu jangan lupa tonton kita ya!" Nanda mengingatkan tentang tampilnya Dramatic Theater-nama teater SMKN Jatidharma-nanti saat siang. Sebagai teman sebangku sekaligus salah satu sahabat dari Mocha, Nanda sendiri sangat menginginkan Mocha untuk melihat dia di depan panggung. Acara ini sebagai pengalaman pertama Gerry dan Nanda tampil unjuk diri di depan banyak orang, sebelum mereka nanti akan tampil di luar sekolah-pagelaran maupun perlombaan.

Kali ini Dramatic Theater akan menampilkan sebuah kisah yang diadaptasi dari film bertema sirkus. Nanda mendapatkan peran sebagai pemilik sirkus saat masih remaja. Dengan menggunakan french dress shirt berwarna coklat susu, ditambah suspender berwarna coklat, dan tak lupa pula celana jeans abad kesembilan belas. Kedua sisi mulut Nanda menarik ke atas, menandakan dirinya bahagia memakainya. Mocha membantu Nanda dalam tata rias wajahnya. Dirinya harus membuat Nanda terlihat tampan, walaupun sebenarnya dirinya tak tahu standarisasi ketampanan di masyarakat saat ini.

Di saat Mocha tengah sibuk menyelesaikan tata rias wajah Nanda, ada sebuah panggilan telepon yang berdering di handphone-nya. Mocha pun segera menyelesaikan tata rias wajah Nanda, kemudian izin untuk mengangkat telepon dari seseorang yang dia anggap spesial. Cino.

"Nan, aku izin ngangkat telpon dari Cino dulu ya," kata Mocha yang kemudian menggeser tombol warna hijau ke atas.

"Iya, Cha, silakan." Mocha pun mengangguk dan kemudian pergi menjauh meninggalkan Nanda.

["Halo, No, ada apa? Ini aku baru beres menata rias wajahnya Nanda."]

["Oh gitu. Ini aku nungguin kamu di depan panggung. Bentar lagi pembukaan acara dimulai soalnya. Jangan telat ya!"] Cino sudah menanti kehadiran Mocha di depan panggung. Bahkan hanya dirinya yang sedang asik menunggu pembukaan acara pentas seni ini. Orang-orang kebanyakan masih pada di kantin, menghabiskan uangnya untuk membeli makanan, maklum saja ini masih waktunya untuk sarapan.

["Iya-iya, aku bentar lagi ke sana kok. Ini masih di belakang panggung."] Mocha pun pergi ke depan panggung. Mau tak mau dirinya harus memutar jalan. Di panggung aula sekolah ini tidak boleh ada yang berkeliaran sembarangan, bisa-bisa pertunjukan gagal hanya karena kecerobohan seseorang.

[Oke, Sayang, aku tunggu kamu ya. Tenang saja, aku sudah siapkan kursi khusus untukmu."] Kedua pipi Mocha memerah layaknya kepiting rebus. Antara menahan malu atau menahan bahagia saat dirinya dipanggil "Sayang" oleh Cino.

MochaccinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang