"Kepribadianku itu cerminan dari kepribadianmu. Jika kepribadianmu buruk, maka aku bisa lebih buruk darimu. Dan jika kepribadianmu baik, maka diriku bisa lebih baik darimu."
-Mocha.***
Suasa dingin nan mencekam terus mendominasi. Emosi kekesalan terus bergejolak. Mocha, si perempuan pemberontak, hanya bisa meluapkan emosinya di dalam hati, saat Kak Ivanna terus mengoceh tentang masalah kedisiplinan. Cino hanya bisa menutup telinga dan Gerry berusaha menenangkan Mocha dengan mengiming-imingi segelas es pisang ijo.
"Ayolah, Mocha, mereka itu hanya sedang berakting saja. Jikalau kegiatan ini sudah selesai, maka kepribadian mereka bakal kembali semula," ujar Gerry.
"Akting maksudmu? Aku sudah bosan mendengar amarah mereka," ucap Mocha.
"Ya sudah, nanti kalau kegiatan ini sudah beres, aku traktir kamu segelas es pisang ijo deh."
"Janji, ya?"
"Iya."
Tiba-tiba terdengar suara sirine yang terus menggema, menandakan bahwa para siswa harus kumpul di tengah malam begini. Baru saja para murid itu tertidur nyenyak dan sekarang entah harus diberi tugas tentang apa.
"Dimohon gerakannya dipercepat!" perintah Kak Indra yang terus memperhatikan gerak-gerik para siswa.
Suara terus bergema di mana-mana. Para siswa terus berceloteh mengenai nasib mereka sekarang, akankah ada hukuman atau tantangan di malam yang suci ini. "Dimohon untuk diam." Kak Indra mencoba untuk menenangkan suara yang memekikkan telinga-para siswa sedari tadi mengobrol terus.
"DIAM!" Kak Indra sudah naik pitam. Ia sudah tidak kuat menahan emosinya. Para siswa langsung diam dan menunduk saat dimarahi oleh Kak Indra.
"Baik, terima kasih atas perhatiannya. Pertama, kegiatan malam ini adalah jurit malam. Kalian pasti sudah tahu apa itu jurit malam. Jika kalian belum tahu, silakan cari sendiri setelah apel ini selesai. Peraturan pertama, kalian harus membentuk kelompok dengan beranggotakan sebanyak tiga orang. Jikalau lebih atau kurang anggotanya, maka akan langsung diberi hukuman. Peraturan kedua, kalian diwajibkan berjalan secara bergiliran atau bersamaan, tidak diperbolehkan untuk meninggalkan anggota kelompoknya. Peraturan ketiga, kalian harus menyelesaikan misinya secara berurutan. Jika ketahuan berbuat curang atau kabur dari misi, maka kalian akan langsung diberi hukuman."
Astaga, capek sekali aku dengarnya, batin Cino.
"Dan peraturan keempat atau yang terakhir, semua hal yang bersifat kecelakaan atau hal yang tidak diinginkan, maka bukan tanggung jawab kami atau panitia. Apakah kalian mengerti?" Kak Indra menjelaskan segala peraturan yang ada dengan lantang.
"Mengerti, Kak!" jawab para siswa dengan serentak.
"Kak!" Seseorang tiba-tiba mengacungkan tangannya dan kemudian bertanya, "misinya apa dan kaya gimana?"
Suasana tiba-tiba berubah menjadi mencekam. Orang-orang bersumpah-serapah kepada seseorang yang bertanya tersebut. Mereka takut akan diberi hukuman gara-gara ada yang bertanya.
"Tak usah tegang dan tak usah ragu. Misi kalian hanyalah melewati pos-pos yang telah disediakan," jawab Kak Indra.
"Baik, Kak, terima kasih!" ucap seseorang tersebut.
***
"Berapa lama lagi kita sampai ke pos satu?" Mocha terus mengeluh mengenai perjalanannya yang tidak sampai-sampai ke pos satu. Jarak ke pos satu saja sudah jauh, apalagi nanti ke pos terakhir. Mocha dibuat bergedik ngeri saat membayangkan jarak tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mochaccino
Teen Fiction[Novel pertama dari Trilogi Kopi] "Kau sudah memiliki dia. Jadi, tolong jaga dia baik-baik ya. Mungkin, ini sudah menjadi takdir cintaku." Mocha Ayunindya Eri, seorang gadis yang suka protes, bawel, dan suka membuat animasi. Namun, ada saja laki-lak...