"Apa? Adik Indra meninggal?" Kak Ivanna tak percaya mendengarnya. Sontak saja Mocha kaget apa yang terjadi sebenarnya. Ia bingung kenapa hari ini berubah menjadi hari duka. Adiknya Kak Indra meninggal? Apa yang sebenarnya terjadi? batin Mocha bergejolak akan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya tak percaya.
Mocha mematung di depan cermin toilet. Menatap atas tragedi apa yang sedang terjadi. Tak lama kemudian Kak Ivanna muncul dan kaget karena melihat Mocha sedang berdiam diri. "Loh, kok belum balik lagi ke tenda? Belum bisa tidurkah?" Kak Ivanna berusaha untuk menutupi apa yang sedang terjadi. Mocha menoleh. Dirinya hanya bisa bergumam dan mematung saja. Belum siap untuk menahan kebenaran atas informasi ini. "Biasa, Kak, melakukan aktivitas sebelum tidur. Kak Ivanna sendiri kok belum tidur? Emang kalau jadi panitia tuh gak boleh tidur ya?" Mocha hanya berujar, berharap tak ada pembahasan mengenai tragedi itu.
"Panitia mana boleh tidur. Yang ada nanti kena tampol para atasan," jawab Kak Ivanna, "dari tadi di toilet?"
"Iya, dari tadi. Bahkan aku tahu ada permasalahan apa yang sedang terjadi sekarang."
"Jadi kamu dengar pembicaraanku tadi?" Kak Ivanna berusaha mengonfirmasi mengenai keberadaan Mocha. Alih-alih menjawab, Mocha lebih memilih untuk menganggukan kepalanya, tanda bahwa dia setuju dengan pertanyaan yang Kak Ivanna lontarkan. "Hm, tolong kasih tahu ke teman-temanmu untuk persiapan acara selanjutnya, sebelum subuh kita ada acara api unggun," sambung Kak Ivanna.
Mocha pun mengangguk dan izin untuk kembali ke tenda. Meninggalkan Kak Ivanna yang pergi untuk menenangkan Kak Indra. Yang lain harus tahu berita ini. Mocha dengan yakin menguatkan tekad untuk memberitahu berita ini. Berita yang membuat dirinya bersalah. Dan Mocha pun pergi ke tenda laki-laki, untuk menemui Cino dan Gerry.
***
"Benarkah? Aku kenal loh sama adiknya Kak Indra, soalnya kita satu manajemen yang sama, cuma beda nama ekskulnya doang," ujar Gerry. Gerry bertemu pertama kalinya dengan adik Kak Indra itu saat dirinya masih SMP. Dia bertemu saat festival teater yang diikuti oleh ekskul teater Gerry dan ekskul teater adiknya Kak Indra.
"Emang yang mana sih? Kok aku gak tahu ya? Anak jurusan mana?" Cino terus bercerocos mengenai kekepoannya terhadap adik Kak Indra. Tak ada hal lain yang ia pikirkan kecuali adik Kak Indra. Lagipula mereka tak bisa berbicara keras-keras, para murid yang lain masih tertidur pulas, capek sehabus jurit malam. "Itu loh anak mesin. Namanya Hairin Cantika Putri. Karena ada pagelaran di teaternya, jadinya dia izin untuk gak ikutan LKS kali ini," jawab Gerry. Memang sih kalau urusan cewek tuh nomor satu bagi Gerry. Semua cewek yang ada di SMKN Jatidharma pasti ia hafal namanya. Entah bagaimana caranya ia bisa menghafal seluruh murid cewek di sekolah.
Di saat mereka tengah berbincang asik mengenai adiknya Kak Indra, tiba-tiba suara sirine memanggil para murid untuk berkumpul. Acara terakhir akan segera dimulai. Mereka langsung terburu-buru ke lapangan, berusaha untuk bersikap seperti para murid yang lain, tak tahu mengenai berita tersebut.
"Aduh ... kok disuruh kumpul lagi sih?"
"Aku masih pengin tidur ih."
"Bisa ditunda dulu nggak sih acaranya?"
Hanyalah pembicaraan itu saja yang dilontarkan oleh para murid yang lain. Suara protes pun bergema. Malas sekali mereka untuk mengikuti acara yang terakhir ini. Ada sesuatu hal yang menarik bagi mereka, kali ini pembicaranya bukan Kak Indra, melainkan Kak Ivanna. Permasalahan itu yang membuat mereka bergosip satu sama lain. Curiga akan apa yang terjadi.
"Sudah-sudah jangan berisik. Kali ini ada berita duka yang menimpa Kak Indra. Adik beliau meninggal dunia tadi sekitar pukul tiga pagi. Dimohon untuk berdoa bersama bagi mendiang adik beliau. Berdoa dipersilakan." Mereka langsung berdoa. Nampak tetesan-tetesan air mata jatuh dari kedua kelopak mata Kak Ivanna. Tak sanggup menahan kesedihan yang Kak Indra rasakan. Tangan kanannya ia gerakkan untuk menghapus air mata yang ia curahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mochaccino
Teen Fiction[Novel pertama dari Trilogi Kopi] "Kau sudah memiliki dia. Jadi, tolong jaga dia baik-baik ya. Mungkin, ini sudah menjadi takdir cintaku." Mocha Ayunindya Eri, seorang gadis yang suka protes, bawel, dan suka membuat animasi. Namun, ada saja laki-lak...