"Jujurlah pada dirimu sendirimu sendiri. Ikutilah kata hatimu. Dan, jangan lupa bakatmu apa." -Cino Aksa Azri
Hari ini adalah hari ketiga masa MPLS. Dengan kata lain, sekarang adalah hari penutupan masa MPLS. Sekarang adalah hari yang paling ditunggu-tunggu. Karena apa? Karena sekarang ada penampilan dari setiap ekstrakurikuler.
Menurut Mocha, setiap hari itu sama saja. Lebih tepatnya sih, biasa-biasa saja. "Wah, tokoh utamanya pada pelukan." Mocha sibuk mengomentari novel yang sedang dia baca. Dirinya bingung mau masuk ekstrakurikuler mana. Dirinya belum tertarik masuk ekstrakurikuler apapun.
Tiba-tiba datang Kevin. Cowok yang bertinggi 175 cm itu datang dengan membawa perasaan marah. Entah kenapa tuh anak. Yang pasti, Mocha bingung dengan kedatangan Kevin. "Kamu bisa gak sih pergi ke lapangan?! Hargai dong kita yang mau tampil!" ujar Kevin dengan tegas.
Entah apa yang ada di pikiran Mocha. Namun, Mocha tak terima dengan perkataan Kevin. Mocha menganggap bahwa Kevin sedang PMS. "Kamu kenapa sih datang-datang sambil marah? Terus, PMS kayak cewek," kata Mocha yang tak terima.
Kevin merasa sedikit bersalah, karena dirinya sudah marah-marah gak jelas. Tapi, Kevin sudah terlanjur marah, karena merasa ekstrakurikuler teater sudah tidak dihargai. Padahal, kenyatannya tidak begitu. Mocha tidak bermaksud untuk tidak menghargai, tapi memang belum ada yang tertarik.
"Makanya, kamu hargain dong kita yang mau tampil. Aku tak suka kalau ada seseorang yang sibuk mementingkannya sendiri. Sedangkan, kita semua berusaha mati-matian untuk menampilkan yang terbaik." Mocha semakin kesal dengan perkataan Kevin. Dia merasa bahwa dia adalah yang paling salah. Emosinya sudah tak tertahankan lagi. Akhirnya, Mocha melemparkan penghapus papan tulis ke kepala Kevin. Dirinya tak peduli apakah Kevin kesakitan atau apa. Mocha pun pergi meninggalkan Kevin yang terlihat pusing gara-gara lemparan tadi. Dan, sepertinya kepala Kevin benar-benar kesakitan.
Awalnya, Mocha ingin melempar kursi yang sedang dia duduki. Namun, dia tahu kalau dia tidak punya uang untuk menggantinya nanti. Akhirnya, Mocha lebih memilih penghapus papan tulis, karena penghapus papan tulis tersebut tepat berada di atas meja guru.
☕
Cino terlihat bahagia saat melihat penampilan ekstrakurikuler futsal. Dia terlihat sibuk menghitung berapa gol yang sudah dicetak oleh para pemain. Di sisi kanannya, sahabatnya itu sedang sibuk makan. Gerry namanya. Cowok yang beda beberapa cm dengan Cino ini, doyan makan bakso. Sudah hampir lima piring yang dia lahap. Dia tidak peduli dengan penampilan ekstrakurikuler apa. Yang penting, dia harus makan bakso. Dan, nanti masuk ekstrakurikuler seni. "Dari tadi kamu sibuk makan terus, gak kenyang napa?" tanya Cino. Gerry pun melahap bakso yang terakhir. Dan, kemudian Gerry menjawab pertanyaan Cino, "Aku itu tipe orang yang suka makan, tapi gak gendut-gendut. Entah ini anugerah atau kutukan."
Tak lama kemudian, Mocha datang ke lapangan dengan memasang muka yang masih kesal. Dia masih teringat tentang kejadian yang tadi di kelasnya. "Kamu kenapa sih, datang-datang sambil kesal kaya gitu? Coba cerita," tanya Cino. Mocha pun lantas duduk di sebelah kiri Cino terlebih dahulu. Kemudian, dia mulai cerita tentang kejadian tadi ke Cino. "Tadi tuh, Kevin tiba-tiba marah gak jelas. Suruh minta hargain katanya. Kan aku kesel tuh. Lagi enak-enak baca, eh malah diomelin."
Cino paham, tapi dia gak kenal siapa itu Kevin. "Kevin itu siapa? Kok kamu bisa kenal?" Mocha sadar, bahwa dirinya baru pertama kali melihat Kevin. "Sebenarnya, aku gak kenal. Aku tahu nama dia juga kan lihat tulisan yang ada di sebelah kanan dasi dia tuh. Kan terpampang jelas tuh nama dianya.
"Dia kelas berapa?" tanya Cino.
"Entah, kayaknya kakak kelas kita," jawab Mocha.
"Hati-hati, takutnya kamu nanti dijadikan sebagai bahan bully-an mereka," saran Cino.
Namun, tak lama kemudian terdengar informasi dari pemandu acara. Pemandu acara tersebut ialah Kak Indra & Kak Ivanna. "Baiklah, sekarang adalah penampilan ekstrakurikuler terakhir. Yaitu, dari ekstrakurikuler teater, yang akan membawakan cerita yang berjudul Unpredictable. Selamat menyaksikan!" Kak Indra yang mengumumkan informasi tersebut.
Gemuh riuh ricuh dari para penonton. Para penonton tak sabar untuk menonton penampilan dari ekstrakurikuler teater. Cerita yang akan dibawakan ini, bercerita tentang mahasiswa dan mahasiswi yang sedang KKN. Mereka mengobservasi tentang kegiatan-kegiatan yang ada di pasar tradisional. Ada yang berjualan pakaian, berjualan sayuran, kakak-kakak SPG motor, ada juga pengamen, dan yang lainnya.
Adegan demi adegan terus saja membuat para penonton heboh. Di cerita tersebut, ditambahkan sedikit bumbu-bumbu romantis. Mocha, Cino, Gerry, dan para murid yang lainnya, hanya bisa terkesima melihatnya. "Huaaa, aku pengen masuk ke ekstrakurikuler ini," teriak Gerry. Orang-orang pun menatap tajam ke Gerry. Orang-orang menganggap bahwa Gerry itu sebagai pengacau. "Berisik kau ini," tegur Cino.
Penampilan dari ekstrakurikuler teater pun sudah selesai. Riuh ricuh tepuk tangan yang bergemuruh menyertainya. Ada yang bahagia, baper, dan yang lainnya. "Mocha, kamu sudah memutuskan untuk masuk ekstrakurikuler mana?" tanya Cino. Mocha pun masih bingung mau masuk ekstrakurikuler mana. "Entah, aku masih bingung nih. Belum ada pilihan juga," jawab Mocha.
"Yasudah, jujurlah pada dirimu sendiri. Ikutilah kata hatimu. Dan, jangan lupa bakatmu apa," saran Cino.
"Iya," jawab Mocha.
Para murid pun disuruh baris, karena akan melakukan upacara penutupan masa MPLS. Rasa bahagia yang terus nampak di wajah para murid. Akhirnya, sebentar lagi akan masuk ke pembelajaran. Dan, para murid sudah tidak sabar mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mochaccino
Teen Fiction[Novel pertama dari Trilogi Kopi] "Kau sudah memiliki dia. Jadi, tolong jaga dia baik-baik ya. Mungkin, ini sudah menjadi takdir cintaku." Mocha Ayunindya Eri, seorang gadis yang suka protes, bawel, dan suka membuat animasi. Namun, ada saja laki-lak...