Chapter 9 | Kopi Mochaccino

38 7 0
                                    

"Masa lalu bisa jadi tolak ukur kesedihanmu atau kebahagiaanmu. Itu hanya bergantung oleh bagaimana caranya kamu memainkannya."

Suasana pagi yang cerah, menyambut kebahagian seorang bocah kecil. Hari ini adalah hari spesial baginya. Hari di mana ia akan wisuda dan sebentar lagi akan melanjutkan pendidikannya ke yang lebih tinggi. Bocah tersebut diantar oleh seseorang yang sangat berarti baginya. Ialah ayahnya. Ayah bocah tersebut sedang cuti dari pekerjaannya. Memang, kebersamaan dengan ayahnya itu sangat langka. Karena ayah tersebut harus berpergian ke luar kota demi menyelesaikan pekerjaannya. Bisa dibilang, demi mengabdi kepada negara.

Tentunya bocah tersebut tidak diantar oleh ayahnya saja. Tetapi ibunya juga mengantarkannya. Sedangkan kakaknya, ia harus membereskan segala urusan yang berkaitan tentang kuliahnya. Waktu terasa cepat. Akhirnya mobil yang dikendarai ayahnya pun sudah sampai di sekolahan bocah tersebut. Sesudah menyimpan mobil tersebut, turunlah bocah tersebut dari mobil itu. Tampan nan imut, bocah tersebut memakai jas berwarna hitam. Bocah tersebut langsung berlari menemui temannya. Dan nama bocah tersebut ialah Cino Aksa Azri.

Saat di aula sekolah, terlihat semua orang memakai pakaian yang rapih. Proses demi proses wisuda tersebut dimulai. Pada akhirnya, dimulailah acara penutupan. Acara penutupan tersebut ialah foto bersama. Semua teman-teman Cino berkumpul. Cino masih curi perhatian dengan seorang bocah perempuan. Bocah tersebut yang menemani Cino di suatu taman. Bocah tersebut juga yang menenangkan Cino dari kesedihannya. Bocah tersebut ialah Mocha Ayunindya Eri.

Acara wisuda pun selesai. Setelah tak ada kegiatan lagi, para teman-teman Cino pun pulang ke rumahnya masing-masing. Hanya menyisakan beberapa orang saja yang ada di aula sekolah, termasuk Cino dan Mocha. Mereka berdua tengah berbincang tentang imajinasi masa depan mereka. Mereka juga tak lupa untuk menanyakan di mana sekolah pendidikan selanjutnya yang akan mereka raih. Saat di tengah pembicaraan, Cino tak sengaja meneteskan air mata. Air mata kebencian yang ia tahan. Ia sangat membenci yang namanya perpisahan. Untuk menenangkan dirinya, ia pun memilih lari ke suatu taman. Taman yang akan menjadi saksi bagi Cino. Tak lupa, Mocha pun menyusul Cino ke taman tersebut.

Terasa dejavu bagi Cino. Saat ia sedih, pasti ia datang ke tempat ini dan bangku yang sama. Ia kesal, kenapa harus ada yang namanya perpisahan. Selang beberapa menit, Mocha pun datang dengan membawa secangkir kopi. Entah kopi apa dan untuk apa ia membawa secangkir kopi. Tetapi itu dapat membuat Cino mulai merasa tenang.

"Kamu jangan nangis mulu dong," pinta Mocha. Tak kuat merasa malu, Cino pun mengusap-usap wajahnya. Ia tak mau kelihatan bersedih lagi. "Iya-iya, tapi untuk apa kamu bawa kopi? Kayak orang tua aja."

Mocha terkekeh saat mendengar kata 'orang tua'. Padahal ia masih imut nan cantik tapi kenapa disebut kayak orang tua. "Ini tuh untuk simbol perjanjian kita." Mocha mencoba untuk menjelaskan kenapa ia membawa secangkir kopi.

"Simbol perjanjian?" Cino mengernyit saat mendengarnya.

"Iya, ini tuh untuk simbol perjanjian. Kamu tahu gak, kalau nama kopi ini itu Mochacino. Nah, namanya kaya gabungan dari nama kita kan?" ujar Mocha.

Cino takjub saat mendengarnya. Ia tak menyangka ada sebuah kopi yang namanya itu gabungan nama mereka. Tak butuh waktu lama, Mocha meminta Cino untuk memegang cangkir kopi ini. Ia dan Cino akan membuat perjanjian, bahwa mereka berdua akan selalu bersama. Tak peduli sebuah tantangan atau halangan.

"Kita akan selalu bersama," ucap Mocha.

"Kita akan selalu bersama." Cino mengulang pernyataan Mocha.

Mereka berdua pun sudah membuat perjanjian. Akhirnya mereka meminum kopi tersebut berbarengan.

***

Keesokan harinya, tragedi pertama pun terjadi. Kabar baik bagi kakaknya namun kabar buruk bagi Cino. Kabar baiknya, kakak Cino diterima di salah satu universitas di Jakarta. Dan kabar buruknya, keluarga mereka harus pindah ke Jakarta untuk menyesuaikan tempat kuliah kakak Cino, supaya letaknya tidak jauh. Cino tak bisa melawan, ia hanya bisa pasrah dengan keputusan tersebut.

Keputusan sudah ditentukan, bahwa nanti sore itu keluarga Cino akan langsung pergi ke Jakarta. Cino tak mau membuang banyak waktu. Ia pun memilih untuk pergi ke rumahnya Mocha.

Saat di rumah Mocha, ia berbincang dengan keluarga Mocha. Keluarga yang terdiri dari Ayah Mocha, Ibu Mocha, dan juga Mocha sendiri. Keluarga Mocha tersentak kaget saat mendengar pernyataan dari Cino. Mereka sangat sedih saat mengetahui bahwa keluarga Cino akan pergi ke Jakarta nanti sore. Ayah dan Ibu Mocha pun pamit untuk masuk ke dalam rumah. Hanya tinggal Cino dan Mocha saja yang ada di ruang tamu. Setelah cukup mengobrolnya, Cino pun memberikan suatu barang ke Mocha. Barang tersebut adalah kopi satu dus yang isinya kopi Mochacino. Cino menjelaskan bahwa barang ini akan menjadi barang kenang-kenangan mereka. Waktu sudah menunjukkan bahwa sudah sore. Cino pun pamit, dan Mocha tiba-tiba memeluk Cino. Mereka masih tak terima dengan tragedi pertama ini. Namun mereka harus tetap tegar karena mereka yakin bahwa mereka akan bertemu kembali di suatu hari.

Keluarga Cino pun pergi ke Jakarta dengan menggunakan pesawat terbang. Cino merasa ini hanyalah sebuah mimpi. Kakak Cino merasa tidak enak karena harus memisahkan persahabatan Cino dan Mocha. Tapi harus bagaimana lagi, tragedi ini sudah berjalan.

***

Sudah tiga tahun keluarga Cino menetap di Jakarta. Sebentar lagi Cino akan masuk ke dunia pendidikan yang lebih tinggi. Cino memilih untuk masuk ke SMK, karena ia berpikir bahwa masa depannya lebih cerah saat masuk ke SMK.

Seperti biasa, keluarga Cino tetap berdiskusi untuk mencari jawaban dari permasalahan ini. Cino ingin sekolah di Bandung. Namun keluarga Cino tidak memungkinkan untuk pindah kembali ke Bandung, dikarenakan kakak Cino sebentar lagi wisuda dari kuliahnya.

Keputusan sudah ditentukan, Cino akan bersekolah di Bandung. Tetapi, ia akan tinggal di bibi Cino. Cino pun merasa bahagia dengan keputusan keluarganya. Akhirnya Cino bisa kembali ke kota kesayangannya.

Setelah pendaftaran sekolah, akhirnya hasil pendaftaran tersebut diumumkan. Cino diterima di SMK Jatidharma Bandung. Cino memilih untuk masuk ke jurusan Multimedia. Dan pada akhirnya, Cino bisa mendapatkan kembali kebahagiannya. Ia bisa bertemu kembali dengan sosok yang ia kagumi. Sayangnya, sosok tersebut sudah berubah. Sepertinya ada sesuatu hal yang merubahnya. Mungkin tragedi sudah kembali muncul.

MochaccinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang