TUJUH BELAS

7.7K 388 11
                                    

"Menangislah, Adina" ucapku,

Aku, tidak tega melihat Adina menumpahkan tangisnya didepanku. Adina, kamu menangis seperti ini, hatiku teriris.

"Menangislah sampai merasa lega, Adina"

Pagi tadi, Adina menghubungiku ingin bertemu dan berbagi cerita. Mumpung aku masih di Jakarta, aku mengiyakan ajakannya. Aku pikir, Adina akan berbagi cerita tentang kehidupannya pasca menikah dengan Billy yang selalu diliputi kebahagiaan, namun nyatanya Adina menceritakan mengenai hal yang sama sekali tidak terpikirkan olehku sebelumnya.

"Kendra, aku gagal menikah dengan Billy" katanya, membuka pembicaraan kami disini.

Aku diam, lalu mencoba mencerna, "Maksudnya?"

"Billy menghilang di hari H pernikahan kami, sampai saat inipun aku dan keluarga tidak tahu Billy ada dimana. Kendra, aku malu" keluhnya, lalu diikuti dengan isakan.

"Lalu, bagaimana dengan keluarga Billy?"

"Orangtua Billy pun sampai hari ini tidak tahu Billy ada dimana, Kendra. Aku malu, keluargaku, keluarga Billy, dan tamu dari kedua belah pihak sudah berdatangan, tapi nyatanya pernikahan kami gagal" Adina semakin terisak, membuatku ikut merasakan kesedihannya.

"Kendra, aku malu ketika orang-orang bertanya tentang apa yang terjadi, sedangkan akupun tidak tahu kenapa ini semua bisa terjadi" lanjutnya.

Aku sampai tidak bisa berkata-kata lagi mendengar cerita Adina.

"Kendra, kamu tau? Psikisku terguncang, dan sekarang aku masih melakukan terapi di psikiater. Aku trauma kalau bertemu orang banyak, aku merasa mereka mentertawakanku akibat kegagalan ini"

"Adina, dengar aku. Hidup harus terus melangkah walaupun masalah atau musibah sedang menimpa. Adina, mungkin ini adalah takdir Allah yang maha baik, mungkin Billy bukanlah orang yang tepat untuk menjadi suamimu, atau bahkan belum saatnya kamu dan Billy bersatu. makanya dengan cara inilah Allah memisahkan dulu kalian berdua. Kuat Adina, kamu harus kuat"

"Aku tidak habis pikir kenapa Billy menghilang begitu saja. Apa salahku, Kendra??? Apa salahku sampai Billy seperti ini" katanya, sambil terus menangis.

"Adina, sudah. Ikhlas, itu kuncinya. Mungkin Allah sudah menyiapkan yang lebih baik untukmu kedepannya. Jangan terlalu berlarut dalam kesedihan, Adina. Kalaupun kalian jodoh, kalian pasti akan bersatu kembali"

Sudahlah, Adina. Aku semakin tidak tega melihatmu dalam keadaan seperti ini. Aku marah, Adina. Aku marah pada Billy yang tanpa tanggung jawab meninggalkan kamu begitu saja di hari yang seharusnya menjadi hari bahagia kalian. Adina, apa aku boleh menyalahkanmu diatas keegoisanku? Andai saja kamu memilihku, mungkin keadaanmu tidak akan seperti ini. Walau aku tidak bisa menjamin 100% kamu akan bahagia ketika menikahku denganku nantinya, setidaknya aku tidak akan pergi begitu saja dihari pernikahan seperti Billy, pria yang dipilih olehmu untuk menjadi pendampingmu.

Billy, kalau saja aku berhak marah padamu, mungkin saja kalau kita bertemu aku akan marah sejadi-jadinya padamu. Billy, seharusnya kamu beruntung menjadi pria yang dipilih Adina, sedangkan aku? Tentu saja tidak dipilih oleh Adina, padahal sebelumnya aku dan Adina pernah menyusun rencana pernikahan dan akan menjalani hari-hari berikutnya bersamaan. Tapi, lenyaplah sudah. Jalanku mungkin bukan dengan Adina.

Tapi Billy, bisakah kamu bertanggung jawab atas semua rasa sakit hati dan batinnya Adina? Kini, Adina menderita. Menanggung semua malu atas kejadian ini sendirian. Apakah kau tidak punya Nyali untuk kembali, Billy? Setega itu membiarkan wanita yang mencintaimu menanggung malu sendirian akibat ulahmu yang sampai kini tidak diketahui apa alasan sebenarnya?

Adina, doaku agar kamu bisa menjadi Adina yang seperti sedia kala aku kenal. Menjadi Adina yang lebih kuat, juga lebih berjuta-juta kali mendapatkan kebahagiaan atas rasa sakit ini. Kamu bisa, Adina.

***

Semenjak pertemuan dengan Adina, aku kembali bersedia untuk menjadi tempat berbagi keluh kesahnya menghadapi masalah ini. Tujuannya hanya satu, aku tidak ingin Adina memendam semuanya sendirian. Dalam kasus seperti ini, sangat diperlukan tempat untuk berbagi, semoga saja Adina tidak salah persepsi.

Entah kenapa Om Herry akhir-akhir ini terus menerus menghubungiku, juga berkali-kali membicarakan dan menawarkan hal yang sama. Ya, Om Herry menawarkanku untuk menikahi Adina.

Dulu, menikahi Adina memang menjadi salah satu yang akan aku lakukan. Tapi, semenjak kejadian ini rencana itu lenyap begitu saja. Alasannya, aku tidak mungkin menikahi wanita yang tidak mencintaiku. Kemudian, untuk apa pernikahan antara aku dan Adina misalnya terjadi, namun hati kami tidak bisa bersatu? Aku ini pria yang pernah menjalani sebuah pernikahan. Pernikahan memang tidak semudah yang orang-orang bayangkan, sangat butuh cinta juga kasih sayang didalamnya, bukan hanya sekedar status saja.

Akupun pria yang pernah menjalani sebuah pernikahan dengan wanita yang sepenuhnya aku cintai dan sepenuhnya mencintaiku. Jadi, tidak bisa untukku menjalani pernikahan tanpa cinta didalamnya. Memang sih, dulu aku mencintai Adina, tapi semenjak kejadian itu lenyap entah kemana rasa cinta itu, dan hanya ada rasa kasih sayang terhadap sahabat didalamnya, tidak lebih.

Lagi pula, fokusku kali ini hanya pada Aghnia, putri semata wayangku yang sedang lucu-lucunya. Semenjak kejadian itupun, aku harus menjadi pria yang selektif memilih pasangan. Karena dengan siapapun aku menikah nantinya, wanita itu harus siap juga menerima Aghnia dalam hidupnya.

Dengan maaf beribu maaf, aku menolak permintaan Om Herry. Bahkan, Tante Wanda yang dulu amat sangat tidak menerimaku, kini memintaku untuk menikahi putrinya.  Alasan penolakan itu sama sekali bukan karena sakit hati, melainkan aku yang harus lebih selektif memilih calon pendamping juga ibu sambung untuk Aghnia.

Akupun yakin, setelah melewati semua cobaan ini, Adina akan menjadi wanita yang lebih dewasa juga kuat. Dan, aku yakin Adina akan mendapatkan jodoh yang paling terbaik untuk menemani sepanjang hidupnya.

Semangat, Adina. Sebagai sahabat aku pasti akan mendukung juga membantumu. Aku janji, tidak akan meninggalkanmu dalam keadaan yang seperti ini. 

***

Haaaai, Assalamualaikum semua! 💕

Minal Aidin Wal Faidzin ya, Mohon Maaf Lahir Dan Bathin.. ❤️❤️

Selamat lebaran, selamat menikmati ketupat, opor, rendang, dan hidangan khas lebaran lainnya. Selamat berkumpul dengan keluarga tercinta ya ❤️❤️

Part 17 ini singkaaaat, maafkan ya hihi 🤭 semoga suka, dan secepatkan part 18 akan aku UP, tungguin ya! 😘

Kisah Arkendra, Si Duda Anak Satu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang