Arkendra Megantara, sosok pria yang penyayang, pekerja keras, dan seorang Ayah yang baik juga bijak itu sudah resmi menjadi suamiku 2 bulan yang lalu. Pria yang berhasil membuatku sepenuhnya yakin untuk menjadi teman hidupnya dalam rasa suka maupun duka.
Menikahi seorang Duda Beranak Satu memang sudah menjadi pilihanku sejak 2 bulan yang lalu. Aku menerima Mas Arkendra sepaket dengan Aghnia—bocah berusia 5 tahun yang begitu cantik, pintar, periang, juga penyayang. Aku malah merasa wanita paling bersyukur karena dapat diterima penuh oleh Aghnia walaupun sebagai Ibu sambung untuknya.
Mungkin diluar sana banyak anak yang nasibnya sama dengan Aghnia, ditinggal oleh Ibunya ketika baru saja dilahirkan ke bumi, Aghnia pun belum sempat melihat wajah Ibunya seperti apa. Namun ada rasa bangga ketika aku bertemu Aghnia. Seorang anak yang begitu tegar dan mengerti keadaan. Dan aku yakin, ini semua berkat didikan Mas Arkendra yang begitu luar biasa. Bisa menciptakan seorang Aghnia yang mempunyai sikap dewasa dan pengertian yang tinggi walaupun hidupnya sudah tidak lengkap ketika Ibunya harus meninggal dunia.
Selama 2 bulan ini, aku diterima dengan baik oleh Mas Arkendra, Aghnia, Keluarga Besar Mas Arkendra, bahkan Keluarga Besarnya Almh. Nafisa. Mereka adalah contoh keluarga yang menjadi panutanku saat ini, tetap akrab dan berhubungan baik walaupun kenyataannya Nafisa itu sudah tidak ada disisi mereka. Bahkan orangtunya Almh. Nafisa pun kini menganggapku seperti anaknya sendiri, bahagia sekali bukan?
Menikahi seorang Duda aku pilih untuk menjalani takdirku dan jodohku. Memang, perkenalanku dengan Mas Arkendra tidak terlalu banyak cerita. Kami awalnya dikenalkan dengan Faldy—adik Mas Arkendra yang notabene nya adalah sahabatku sewaktu kuliah dulu. Pertemuan kami diawali ketika Faldy secara tidak sengaja mengajakku berkunjung kerumah kakaknya, dan begitu sampai sana aku bertemu dengan Mas Arkendra sekaligus anak cantik yang berusia sekitar 1 tahun itu. Awalnya aku bertanya-tanya, dimanakah Istri sekaligus Ibu dari Aghnia? Namun dalam perjalanan pulang, Aghnia bercerita mengenai istri dari Mas Arkendra yang sudah meninggal dunia sesaat habis melahirkan Aghnia ke dunia.
Dan berlanjut ketika Mas Arkendra memilih Aghnia untuk bersekolah jenjang Pre-School disekolah yang aku pimpin, kami bertemu kembali dan menjalin hubungan baik sebagai pihak sekolah dengan orangtua murid. Setahun berlalu, kami dipertemukan kembali diacara pernikahan Faldy dan Nycta. Aku memang akrab dengan Aghnia semenjak Aghnia menjadi muridku. Lalu semesta menyatukan kami, Mas Arkendra datang kerumah untuk melamarku pada Bapak dan Ibu. Memintaku untuk menjadi istri sekaligus Ibu sambung untuk anak semata wayangnya. Bapak dan Ibu dengan senang hati menerima Mas Arkendra, namun tetap tergantung pada pilihanku, mereka tidak memaksakan kehendaknya.
Saat Mas Arkendra melamar ke rumah, aku tidak langsung memberikan jawaban diterima atau ditolak. Aku meminta pengertian Mas Arkendra agar aku diberikan waktu untuk memikirkan ini semua secara matang. Dan aku baru memberikan jawaban atas lamarannya tepat 1 minggu setelah Mas Arkendra melamarku ke rumah. Dan ketika kami sudah resmi melangsungkan prosesi lamaran antar keluarga, aku diajak Mas Arkendra untuk mengunjungi makam Almh. Nafisa—mendiang istrinya.
"Ini makan mendiang istri saya" kata Mas Arkendra.
Aku memperhatikan Mas Arkendra, terlihat menitikan air mata ketika kami selesai mengirim doa untuk Almh. Nafisa. Aku tidak berani bertanya apapun, aku hanya mengusap pundak bidang Mas Arkendra sebagai tanda kalau aku menguatkannya,
"Nafisa, ini Alaya. InshaAllah dalam 2 bulan ke depan akan menjadi istri Mas dan Ibu sambung untuk Aghnia" katanya, memperkenalkanku didepan pusara Almh. Nafisa.
Aku tersenyum, melihat pemandangan yang sebetulnya benar-benar membuatku ingin menangis. Terlihat jelas kalau Mas Arkendra itu orang yang tulus menyayangi mendiang istrinya, namun mau bagaimana lagi? Takdir Allah lah yang menentukan, mereka harus terpisah walau sebenarnya mereka saling menyayangi hingga detik ini.
Aku berusaha mengerti akan posisiku, secara utuh aku tidak bisa menggantikan posisi Almh. Nafisa di dalam hidup Mas Arkendra. Namun, aku mempunyai peran baru untuk membuka lembaran baru dengan Mas Arkendra juga Aghnia. Aku berjanji akan selalu menghargai dan tidak akan membuat mereka lupa begitu saja kepada Almh. Nafisa. Aghnia harus tetap mengetahui siapa Ibu Kandung yang melahirkannya, aku berhak mengenalkan Almh. Nafisa pada Aghnia walaupun aku memang belum mengenalnya semasa hidupnya, tapi aku akan menceritakan apa yang Mas Arkendra ceritakan tentangnya padaku untuk Aghnia.
Kemarin pagi aku dibuat terkejut dengan hasil testpack yang menunjukkan kalau aku positif hamil. Tanda dua garis merah itu menunjukkan kalau didalam perutku sudah ada jabang bayi yang akan tumbuh dan lahir ke dunia beberapa bulan lagi. Awalnya, aku belum kepikiran sama sekali soal kehamilan ini karena aku masih begitu menikmati peran seorang Istri sekaligus Ibu untuk Mas Arkendra juga Aghnia. Tapi saat aku mendapati sudah telat menstruasi selama 6 hari, mau tidak mau aku harus melakukan test kehamilan karena tidak biasa menstruasiku telat seperti itu.
Kebetulan sekali, kemarin Mas Arkendra sedang berulang tahun yang ke 30. Aku langsung memberikan kabar bahagia ini pada malam harinya ketika kami sedang menghabiskan waktu untuk menonton film berdua. Aku memberikan testpack yang bertanda dua garis merah itu kepadanya. Dalam lubuk hatiku paling dalam, aku begitu takut untuk memberikan kabar ini. Aku takut Mas Arkendra malah terkesan keberatan dengan kehamilanku, dan masih banyak lagi ketakutan yang terngiang-ngiang di otakku.
Dengan memanfaatkan sisa keberanian, aku memberikan kotak itu sebagai hadiahnya. Dan respon Mas Arkendra benar-benar diluar dugaanku, Mas Arkendra terlihat bahagia atas kehamilanku dan mengajakku secepatnya untuk memastikan kehamilan ini ke dokter kandungan.
Tadi pagi, kami mengecek ke dokter kandungan yang berada di rumah sakit dekat rumah. Keadaan calon anak kami sangat baik dan kuat, usia kehamilanku sudah berjalan 4 minggu. Kami menangis haru ketika dokter menunjukkan suara detak jantungnya. Aku masih tidak menyangka kalau didalam rahimku sudah ada jabang bayi sebesar biji kacang didalam sana.
Dan aku sudah merasa dilanda rasa lemas, mengantuk, pusing, bahkan mual akibat kehamilan di trimester pertama ini. Bahkan Mas Arkendra pagi ini cerita kalau semalaman aku ingin selalu dipeluk, kalau dilepas sedikit saja aku terbangun dan merengek minta dipeluk. Aku heran, dan tertawa dengan tingkahku yang mulai aneh ini. Tapi untungnya, Mas Arkendra memakluminya karena ini adalah bawaan bayi. Aku begitu menikmati peranku sebagai Ibu sekaligus Ibu hamil ini.
"Sayang, kalau kamu ngidam apapun telepon Mas ya. Nanti Mas carikan dan bawakan pas jam pulang kantor" kata Mas Arkendra sambil mengerjakan tugas kantornya diatas kasur.
"Iya, Mas. Aku belum pengen apa-apa. Cuma pengen cium badan kamu terus, wangi soalnya"
Mas Arkendra terlihat bingung, "Wangi? Sayang, aku belum mandi sore loh. Terakhir mandi tadi sebelum antar Aghnia ke sekolah, sudah berkeringat dan bau"
Aku mendekat ke tubuh Mas Arkendra, menciumi bagian ketiak Mas Arkendra yang terasa wangi dan memabukkan ini. "Wangi, Mas. Kamu gak usah mandi ya?"
Mas Arkendra makin menatapku dengan tatapan bingung, "Masa iya sih aku gak mandi?
Bau sayang, nanti tubuh Mas gatel-gatel gimana?""Pokoknya jangan mandi Mas, nanti Mas malah bau kalau mandi. Please ya Mas" aku merengek seperti anak kecil sambil bersender pada lengan kanan Mas Arkendra.
"Iya sayang, Mas gak mandi deh... Tapi temenin Mas ngerjain tugas kantor ya? Mumpung Aghnia lagi sama Mama"
"Siap 86 Mas sayang!"
****
Triple update buat hari ini 🤪💕
Komen dan vote yg banyak doooonggggg❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Arkendra, Si Duda Anak Satu
Roman d'amour-On Going- Hampir 1 tahun yang lalu, takdir benar-benar mengoyak hatinya. Arkendra harus menerima ketika dokter berkata, "Maaf pak Arkendra, dengan berat hati saya harus mengatakan bahwa istri bapak tidak bisa kami diselamatkan, dari lubuk hati yang...