Sebelum lanjut ke cerita, aku mau mengucapkan terima kasih yang amat dalam untuk kalian yang sudah setia ikutin cerita ini dari awal. Aku sangat tidak menyangka sebelumnya kalau readersku sudah mencapai 21k dan 1,89k votes 😭😭 menurutku itu banyak bangeeettt, Alhamdulillah 🙏🙏 makasih ya teman-teman ku zheyang❤❤
Harapanku, semoga aku tidak mengecewakan kalian sampai titik ini. Doakan aku ya biar ide ini selalu muncul walaupun terkadang mumet tapi selalu aku usahakan yang terbaik klean ❤ luv u😍
***
Adina, aku turut bahagia kembali melihatmu yang kini mulai ceria dan tersenyum kembali seperti biasanya. Aku bahagia mendengar kabar dari orangtuamu kalau Billy kembali, dan berusaha memperbaiki semuanya. Dari situ aku melihat kalau kamu dan Billy saling mencintai satu sama lain.
Aku begitu terpukul melihat keadaan Adina satu tahun terakhir ini. Depresinya semakin parah, dan hanya bisa berkomunikasi dengan orang-orang tertentu dan hanya dikenalnya saja, kalau dengan orang asing terutama laki-laki, Adina akan berteriak histeris dan ketakutan. Dengan segala kegigihan kedua orangtuanya untuk menyembuhkan Adina, akupun turut membantu mereka untuk mendapatkan dokter terbaik yang aku tau. Alhamdulillahnya, ketika Adina berada di tahap akhir therapy dan pengobatan, kehadiran Billy lah yang justru menjadi obat jitu untuk kesembuhan Adina.
Aku, yang memang menghindari bertemu dengan Adina 1 tahun terakhir ini justru sengaja melakukan itu karena satu dan lain hal, tapi aku tetap melakukan komunikasi yang lumayan sering dengan orangtua Adina untuk menanyakan sejauh mana perkembangan kesehatan Adina.
Dan beberapa hari yang lalu, Om Herry menghubungiku. Mengatakan kalau Billy datang kerumah untuk meminta maaf atas kesalahannya, dan meminta Adina untuk melanjutkan hubungan yang sempat terputus itu. Menurut cerita dari Om Herry saat itu, dari lubuk hatinya yang paling dalam Om Herry tidak ingin menerima kedatangan Billy yang secara tiba-tiba lagi kedalam hidup Adina beserta keluarganya. Namun, melihat Adina yang terlihat bahagia, sumringah ketika melihat Billy datang saat itu, Om Herry dan Tante Wanda tidak dapat mencegahnya.
"Ar, sebetulnya Om dan Tante belum bisa menerima Billy lagi. Billy menghilang begitu saja dengan seenaknya saat hari pernikahan itu tiba. Dan sekarang, ketika Om dan Tante mencoba kembali menata hidup kami dengan keadaan Adina yang seperti ini, Billy malah datang tiba-tiba. Meminta maaf atas kesalahan fatal yang diambilnya saat itu"
"Kalau saja Om dan Tante boleh egois dan mengedepankan emosi, mungkin saat itu kami mengusir Billy mentah-mentah dihadapan Adina. Tapi Ar, coba kamu bayangkan.. Begitu Adina mengetahui Billy datang, Adina menangis. Adina menangis sambil memeluk Billy yang masih berdiri diambang pintu, dan berkata kalau Adina yakin kalau Billy akan kembali disaat yang tepat. Dan saat itulah, merupakan waktu yang diyakini Adina untuk Billy kembali. Dan yang membuat kami kaget adalah Billy meminta kembali untuk menata hubungan yang sempat terputus akibat keegoisannya saat itu. Ketika kami bertanya kepada Adina mau atau tidak, dengan cepat dan yakin Adina mengiyakan ajakan Billy. Adina tersenyum, tertawa, terlihat sekali aura bahagianyq. Tapi sejujurnya, Om dan Tante tidak bisa menerima Billy kembali, Ar. Om takut"
"Om saya mengerti apa yang dirasakan Om dan Tante. Tapi, apakah Om sudah menanyakan secara pribadi apa alasan Billy menghilang di acara pernikahannya saat itu, dan sekarang mendadak kembali?"
"Sudah. Dan alasannya sangat tidak masuk akal, Ar. Billy berbicara 4 mata dengan Om begitu Adina sudah tidur karena memang sudah jadwalnya untuk beristirahat. Billy mengatakan dirinya sangat bodoh ketika menghilang diacara pernikahannya sendiri. Billy memberikan alasan bahwa saat itu Billy belum terlalu siap untuk menikahi Adina, sehingga Billy butuh waktu untuk mengasingkan diri ke salah satu negara di Eropa. Dan, alasan Billy muncul kembali dihadapan kami saat ini adalah Billy kembali dengan rasa siap dan mantap untuk menikahi Adina"
Aku masih bingung untuk menyerap maksud dari alasan Billy yang pergi dan muncul kembali. Sedikit tidak logis, seharusnya kalaupun Billy belum siap untuk menikahi Adina, setidaknya Billy bisa berbicara baik-baik sejak jauh hari untuk diundur saja hari pernikahannya. Dan otomatis, Billy dan Adina masih mempunyai lebih banyak waktu untuk saling mengenal dan saling menguatkan cinta masing-masing sebelum memasuki jenjang pernikahan yang tidak bisa dianggap main-main.
"Om tidak habis pikir, terbuat dari apa hatinya Billy dengan seenaknya meninggalkan Adina hingga keadaannya sangat buruk saat itu. Ar, kalau Om boleh jujur, Om hampir putus asa melihat keadaan Adina yang terganggu psikologisnya. Om dan Tante membesarkan Adina dengan penuh kasih sayang sejak lahir, tapi kenapa dengan beraninya Billy menyakiti permata hati kami satu-satunya?"
"Ar, kamu tau kan? Bagaimana menderitanya Adina saat itu? Adina ketakutan, takut kalau bertemu dengan orang. Adina sering menangis secara tiba-tiba, kadang kalau keadaannya sedang tidak stabil, Adina bisa berteriak lalu menangis. Hancur hati Om dan Tante melihatnya, sampai-sampai Om berpikir, dosa apa yang pernah Om lakukan sampai anak Om bisa merasakan hal yang seperti ini?"
"Setiap mengantar Adina therapy, ataupun menemani Adina therapy di rumah, om tidak tega Ar. Kalau saja bisa memilih, lebih baik om saja yang berada diposisi itu daripada Om harus melihat kondisi Adina yang seperti itu. Kalau saja kamu tau, Om sempat marah ke Tante Wanda begitu melihat keadaan Adina yang memburuk psikologisnya, andai saja Tante Wanda tidak memaksa kehendaknya untuk menjodohkan Adina dengan Billy, mungkin tidak seperti ini kejadiannya"
Aku semakin tidak tega mendengar curhatan Om Herry, sebagai seorang Ayah akupun pasti merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan oleh Om Herry. Tapi, percayalah. Dibalik kejadian ini pasti ada hal yang berbuah manis nantinya untuk Adina.
***
Sejak kemarin siang, Aghnia sedang demam. Namun malam ini, demam Aghnia sudah tinggi sekali mencapai 39,2°c. Aku panik bukan main, sampai-sampai aku meminta tolong Faldy untuk menemaniku membawa Aghnia ke UGD rumah sakit terdekat untuk segera diambil tindakan.
"Fal, anter gue ke rumah sakit. Aghnia demam tinggi banget" untung saja Faldy belum tidur, masih menonton pertandingan sepak bola sampai dini hari.
Dengan sigap, Faldy bergegas berganti baju lalu membantuku menggendong Aghnia selagi aku menyiapkan baju yang aku bawa untuk ke rumah sakit.
"Gue yang nyetir aja, Kak. Tenang, jangan panik"
Untung saja perjalanan sangat lenggang, hanya sekitar 15 menit diperjalanan hingga sampai dirumah sakit. Sesampainya disana, aku langsung mendatangi UGD agar bisa langsung ditangani oleh dokter.
"Selamat malam, Pak. Silahkan anaknya ditidurkan disini ya" ucap perawat yang bertugas.
Perawat tersebut meminta beberapa data mengenai Aghnia, menanyakan sejak kapan Aghnia terkena demam, dan apa saja yang dirasa oleh Aghnia selama demam. Tak lama kemudian, dokter memeriksa Aghnia.
"Pak, saya akan mengambil sample darah untuk dibawa ke lab ya" ucap dokternya,
"Baik, dok"
"Untuk hasil pastinya, kita tunggu hasil dari cek lab ya, Pak. Hasilnya akan terlihat 30 menit ke depan"
Rasanya duniaku hancur melihat Aghnia yang tergulai lemah di rumah sakit. Aku merasa bersalah membuat Aghnia merasakan sakit seperti ini. Untung saja Faldy belum kembali ke Surabaya, jadi aku bisa bergerak cepat membawa Aghnia ke rumah sakit karena kebetulan malam ini orangtuaku dan mertuaku sedang tidak menginap dirumah.
Dan menurut anjuran dokter, perawat menginfus tangan Aghnia. Aghnia menangis kesakitan begitu jarum infus masuk. Ini adalah pertama kalinya Aghnia sakit dan harus mendapati perawatan medis seperti ini. Lekas sembuh, kesayangan ayah.
***
Zheyang, jangan lupa vote dan komen yaaa❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Arkendra, Si Duda Anak Satu
Romance-On Going- Hampir 1 tahun yang lalu, takdir benar-benar mengoyak hatinya. Arkendra harus menerima ketika dokter berkata, "Maaf pak Arkendra, dengan berat hati saya harus mengatakan bahwa istri bapak tidak bisa kami diselamatkan, dari lubuk hati yang...