DUA PULUH DUA

7.8K 365 24
                                    

Setelah 8 hari melakukan rawat inap, Aghnia pagi ini diperbolehkan pulang karena keadaannya sudah lumayan stabil. Pagi ini, diruangan Aghnia sangat ramai. Ada para nenek dan kakek, Om Faldy, Tante Alaya, dan Tante Adina yang akan mengantar Aghnia pulang ke rumah.

"Aghnia cantik, sudah bisa pulang sekarang. Sehat-sehat ya cantik, jangan sakit lagi" kata Suster Zila yang selama ini setia membantu proses perawatan Aghnia disini.

"Sus, terima kasih banyak ya sudah membantu mengobati Aghnia sampai bisa pulang. Semoga kebaikan suster dibalas oleh Allah SWT. Sampaikan juga salam dan rasa terima kasih saya untuk dokter Prasetya ya. Kami pamit pulang dulu, selamat siang" aku permitan pada suster Zila dan beberapa susten lainnya yang sedang berjaga di sekitaran ruang inap yang ditempati oleh Aghnia.

Sesampainya kami dirumah, aku dan Aghnia dikejutkan oleh kejutan kecil yang dibuat oleh Kakek dan Neneknya Aghnia. Banyak balon bertebaran di kamar tidur Aghnia, dan ada ucapan "Welcome Home, Aghnia" yang didekor sedemikan cantiknya dan ada beberapa cupcakes lucu disana.

Aghnia berteriak kesenangan, lalu berjalan perlahan menuju tempat tidurnya untuk meraih balon-balon yang diletakan disana. "Aghnia, happy?" Tanya Ibu,

"Happy, nenek. Thank you" lalu mencium pipi kedua kakek dan neneknya bergantian.

Lalu, Alaya memberikan satu kado yang ukurannya lumayan besar untuk Aghnia, "Aghnia, ini kado untuk Aghnia. Karena sudah sembuh dan ceria lagi. Jangan sakit lagi, ya cantik" kata Alaya, lalu Aghniapun mencium pipi Alaya. "Terima kasih Ante Alaya" ucapnya.

"Sama-sama cantik" balasnya.

Aku bersyukur ketika memiliki keluarga dan sahabat yang tingkat kepedulian dan kasih sayangnya sangat tinggi kepada Aghnia. Aku yakini bahwa Aghnia memang ditakdirkan lahir di dunia untuk memberikan kebahagiaan untuk orang-orang sekitarnya. Aghnia, beruntungnya Ayah memiliki putri cantik, pintar, dan penyayang sepertimu. Teruslah menebar kasih sayang itu, Ibu mu disana pasti akan bangga dan bersyukur telah melahirkan bidadari sepertimu.

Kegiatan hari ini dilanjutkan dengan makan siang bersama. Tadi, begitu sampai di rumah Adina langsung mengambil alih dapurku untuk memasak aneka menu makan siang hari ini. "Kendra, aku masak spesial khusus Aghnia" katanya, sambil meletakkan piring yang berisi hidangan yang baru saja matang ke meja makan.

Aku tersenyum, walaupun masih ada rasa yang menganjal ketika Aghnia mengatakan itu, "Terima kasih, Adina. Padahal kamu tidak perlu repot-repot memasak sebanyak ini. Kita bisa pesan ke restoran"

"Tidak masalah, Kendra. Lebih berasa kalau masak sendiri"

Setelah semua hidangan siap, kami semua melakukan makan siang bersama. Semua masakan Adina memang sudah tidak usah diragukan lagi, benar-benar enak dan pas di lidah.

"Enak banget Din masakan lo" puji Faldy, begitu selesai makan.

"Ah masa sih, jangan bohong" balas Adina.

"Bohong dosa din, ngapain juga gue bohong. Ampe nambah kan gue tadi"

"Hahahaha, bisa aja. Laper atau enak?"

"Beneran enak din, Kakak aja sampai semangat gitu makannya. Iya kan kak?"

Aku tertawa, "Iya, enak. Alhamdulillah, rejeki kita hari ini dimasakin aneka makanan enak sama Bu Adina"

"Oh iya. Kebetulan nih, disekolah cateringnya sedang tidak jalan karena orang yang biasa handle catering pindah kota. Kalau berkenan, kenapa tidak kamu saja yang handle catering untuk anak-anak?" Tawar Alaya,

"Tuh din, silahkan dicoba misalnya sanggup. Lumayan loh, usaha sampingan" jawabku.

"Sepertinya menarik ya, Al. Coba ya nanti aku bicarakan dulu ke Papi dan Mami bagaimana baiknya. Kalau aku pribadi sih, mau banget" jawab Adina.

Kisah Arkendra, Si Duda Anak Satu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang