1 - Hari Senin dan Setumpuk Tugas

402 49 0
                                    

Aku sedang berusaha tetap percaya padamu. Karena sebuah kepercayaan mahal harganya.

 Karena sebuah kepercayaan mahal harganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tak ada yang spesial hari itu. Hari seninnya berlalu seperti hari-hari biasa. Setelah kemarin ia menghabiskan weekend dengan seminar dan juga mengerjakan tugas yang terus saja menumpuk walau sudah ia cicil. Hari ini pun demikian. Tugas sudah seperti teman akrabnya yang selalu menyapa tiap hari tanpa jeda. Semester tua membuat masa santainya mulai berkurang.

"Permisi Kak, hot americanonya."

Ia membiarkan pelayan menaruh cangkir pesanannya di atas meja bersama tumpukan buku tebal dan tentu saja laptop. Uap panas mengepul membuat aroma pahit bercampur manis terhirup indera penciumnya.

"Makasih," ucapnya pada pelayan.

Setelah pelayan itu pergi untuk kembali membawa pesanan pengunjung lain. Tangan lentik itu memangku dagu. Dipandanginya kaca kafe yang langsung membawanya kepada suasana ramai jalanan. Terlihat beberapa kendaraan melintas sebagian kendaraan mengeluarkan suara bising yang sampai pada rungunya pun begitu dengan para pejalan kaki. Entah sudah berapa orang yang telah melalui jalan itu sejak ia mendaratkan dirinya di kursi kafe yang empuk. Yang jelas ia mulai jenuh. Omong-omong itu adalah cangkir hot americanonya yang kedua.

Drtt ... Drtt ....

Ponsel yang ia taruh di atas meja menyala. Ada panggilan masuk.

"Halo?"

"Selamat hari senin, teh oce."

Gadis yang dipanggil teh oce itu mengulum senyum walau seseorang dibalik telfon tak bisa melihatnya.

"Kenapa, Ibam?"

"Teh, atuh basa-basi dululah."

"Kebanyakan basa-basi lo sampe basi deh."

Suara tawa khas Ibam terdengar mengelitik rungunya, "Heh. Bambang. Ayo buruan. Lo nelpon gue mau apa? Chandra bilang kelas lo lagi ada tugas kelompok. Udah jangan rusuh lo kasihan temen kelompok lo, keganggu."

"Saha atuh yang tugas kelompok? Kelas abdi teh kosong dari pagi," balas Ibam dengan bahasa gado-gadonya.

"Kosong? Dari pagi?"

"Iya, Roseanneku yang cantik. Tolong jangan ganggu kesenangan senin gue yang free, single and sexy ini ya."

"Jadi kelas lo engga ada tugas kelompok?" tanya gadis bernama Roseanne itu memastikan.

"Iya beneran engga ada. Kelas abdi teh hari ini free tugas. Memangnya kenapa atuh? Teh oce kok nanya tugas mulu? Teteh mau bantuin tugas aing?"

"Aing maung," balas Roseanne asal. Tak berniat bergurau tapi dianggap sebuah gurauan dari seorang Ibrahim Bambang Narajendra yang sebenarnya tak suka dipanggil Bambang. Anak sunda tapi justru tak memiliki nama berbau sunda sama sekali dan justru lebih menjurus ke jawa. Tawa laki-laki itu menggelegar. Tak tau kah jika Roseanne kini sedang ketar-ketir. Ia khawatir serta curiga tanpa sebab. Perasaannya berubah was-was tanpa alasan yang jelas.

[0.1] Belum Usai (BangRosé) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang