14 - Me After You

144 35 1
                                    

Aku ingin bersamamu selamanya. Menghapus jarak yang kita buat karena keegoisan. Kemudian memperbaiki semuanya. Tapi kurasa sudah terlambat. Kamu sudah semakin menjauh dan aku hanya bisa melihat punggungmu dalam rindu.

 Kamu sudah semakin menjauh dan aku hanya bisa melihat punggungmu dalam rindu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melangkahkan kakinya dalam ragu. Chandra tetap berjalan masuk lebih dalam. Entah dapat dorongan dari mana. Bukannya berjalan ke bagian gawat darurat. Chandra justru berjalan lebih ke dalam. Ada sesuatu dari dalam dirinya yang tak bisa ia jelaskan terus memintanya bergerak maju. Chandra tercenung. Ia mengenal perempuan yang berdiri di depan meja kasir kafetaria dengan baju pasien itu. Rambut panjangnya. Tinggi badannya. Pipi yang mulai menirus. Chandra mengenalinya. Teramat kenal bahkan membuat rindunya membuncah. Ke mana perginya pipi gembul yang senang ia cubiti?

"Matur suwun." Rosé berbicara lembut menggunakan frasa jawa yang sedikit canggung. Seseorang dibalik kasir tersenyum sambil menerima uang pemberian Rosé.

Rosé menatap penjaga kasir bingung ketika atensi penjaga itu beralih ke seseorang yang sepertinya berdiri di belakang Rosé. Rosé sadar harus segera menyingkir.

"Roseanne."

Kakinya yang hendak bergeser diurungkan. Dengan ragu Rosé berbalik. Hatinya berdegupan. Mulutnya terkatup rapat dengan mata yang tak bisa fokus pada objek di depannya. Ia belum sanggup untuk bertemu Chandra. Ia takut pertahanannya kembali runtuh. Ia takut airmata yang semalaman turun kembali menjatuhkan diri. Tapi Rosé memberanikan diri menatap laki-laki yang sedari tadi tak ubahnya menatap lekat.

Ada raut khawatir dan rasa bersalah yang bisa Rosé tangkap dari tatapannya dan perempuan itu baru menyadari jika wajah Chandra dipenuhi luka. Tangan Rosé reflek terulur hendak menyentuh wajah Chandra tapi laki-laki itu menang cepat. Chandra sudah lebih dulu menggenggam tangan Rosé. Membuat Rosé tertegun. Membiarkan desiran aneh mengalir di pembuluh hingga membuat jantungnya berdegupan lebih cepat. Dengan lembut Chandra membawa Rosé. Masih dengan menggenggam tangan Rosé dengan lembut dan hangat. Chandra membiarkan tangan lainnya bebas. Tangan Rosé yang masih dibebat kapas dan plester pasti bekas infus yang baru dilepas.

"Bagian gawat darurat bukan ke arah ini," ucap Rosé pelan hampir berbisik. Ia hanya belum siap bertatap muka dengan Chandra.

"Aku nggak butuh dokter kalau obatku aja udah ada."

Rosé menurunkan pandangan. Tak mau bertemu dengan si hitam milik Chandra yang sinarnya entah kenapa Rosé rasa tak berbinar seperti biasa.

***

Chandra menggeleng ketika Rosé menawarkan minuman yang baru saja perempuan itu beli. Sekantung plastik berisi obat merah, plester dan peralatan lain sudah berhasil dibeli. Namun, sedari tadi hanya kecanggungan yang menggerayangi keduanya. Rasa bersalah merundungi Chandra setelah melihat tubuh Rosé yan mengurus.

"Sejak kapan dirawat?"

Rosé menoleh dengan wajah lugu lantas mengalihkan pandangan, "Seminggu yang lalu."

[0.1] Belum Usai (BangRosé) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang