23 - Kata Maaf

155 34 0
                                    

Matahari bersinar amat terik hari itu. Di jam-jam rawan seperti siang hari. Jalanan akan berubah sangat ramai. Kendaraan akan merapatkan barisan di jalanan kota. Tak peduli dengan sengatan matahari pun dengan gas karbon yang dihasilkan oleh kendaraan itu sendiri. Mereka memadati jalanan sesekali membunyikan klakson hingga menimbulkan suara yang bising.

Hal yang paling Pamela benci adalah kehilangan orang yang ia sayangi. Ia sadar. Hidupnya sudah tak sempurna sejak hari itu. Ibu juga bersikap acuh tak acuh. Tak peduli pada anak gadisnya sendiri bahkan untuk menanyakan kabar saja sangat jarang sekali ia dapati. Jika saja ibu tidak menikah lagi. Mungkin Pamela sudah berakhir menjadi perempuan liar. Beruntunglah ia masih memiliki kakak tiri yang perhatian walau tidak bisa dibilang perhatian juga.

"Hei! Kenapa nyebrang nggak liat-liat sih?"

Karena panik, Rosé menarik lengan Pamela hingga membuat perempuan itu jatuh terduduk.

"Pamela? Sakit ya? Aduh. Maaf ya. Gue nariknya kekencengan ya? Maaf ya maaf. Abis panik sih. Itu bentar lagi lo keserempet mobil pick up."

Rosé makin panik karena Pamela tiba-tiba menangis.

"Eh kok nangis? Beneran sakit ya? Ada yang luka? Siku kamu? Kaki? Atau bokong? Bokong ya?"

Tangis Pamela bukannya berhenti justru makin keras membuat Rosé semakin kalang kabut.

"Ih. Kok tambah kenceng sih? Mau gue anter pulang? Bentar gue cari taksi dul-"

Tangan Rosé dicekal ketika perempuan itu berusaha mencari kendaraan umum.

"Kenapa sih?" tanya Pamela dengan suara seraknya.

"Kenapa apanya?" balas Rosé tidak mengerti.

"Kenapa sih lo masih baik sama gue? Padahal gue itu udah jahat sama lo. Gue sengaja pengen lo sama Chandra putus. Tapi kenapa lo masih aja nolongin gue? Dua kali lagi. Lo manusia Rosé, bukan malaikat."

Rosé mengatupkan mulutnya lalu membantu Pamela untuk berdiri, "Bokong kamu udah baikan?"

"Ini tuh bukan masalah bokong Rosé!"

Menatap canggung, Rosé meringis karena merasa telah salah berbicara.

"Gue juga yang nyebarin foto lo sama Jayden. Udah gue mau-"

"Mau main ke rumah gue?" potong Rosé. Rosé balas menatap Pamela yang setengah tak percaya dengan ajakan darinya.

"Lo beneran nawarin gue?"

"Eum. Engga sih. Gue nawarin itu, nawarin nenek di belakang lo," gurau Rosé mencoba mencairkan ketegangan di antara mereka.

Pamela tersenyum kecut namun belum juga mengiyakan. Rosé sudah lebih dulu menghentikan taksi.

***

Mama sedang sibuk di dapur ketika Rosé dan Pamela datang. Mereka juga berpapasan dengan Joy yang hendak pergi ke kampus.

"Lho. Bukannya Kak Joy lagi libur semesteran juga?" tanya Rosé.

"Ada kegiatan lainlah. Oh ya, mau nitip apa kamu?"

"Terserah deh. Asal kalau di makan kenyang," jawab Rosé.

"Eh temennya masih lama juga nggak? Kalau masih mau Kakak beliin sekalian juga," balas Joy.

Rosé yang sudah berada di tangga rumah menyahut, "Iya. Beliin aja."

"Yuk!"

[0.1] Belum Usai (BangRosé) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang