11 - Problema

147 33 0
                                    

Aku memandangi garis bumi. Bisa kulihat dua sisi di sana. Yaitu warna birunya langit dan warna birunya laut. Laut dan langit sama-sama berwarna biru tapi mereka membuatku memiliki persepsi yang berbeda. Mereka indah tapi menakutkan pula.

Rosé sebenarnya merasa tidak tega kepada sang mama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rosé sebenarnya merasa tidak tega kepada sang mama. Karena Rosé yang tak bisa menjaga kesehatannya dengan benar. Mama harus rela datang dari Jakarta hanya untuk merawatnya.

"Kamu mau Mama kupasin jeruk?"

Rosé menggeleng, "Engga usah, Ma. Lidah Rosé pahit."

Mama menepuk pelan tangan Rosé yang bebas dari selang infus, "Hus, kamu tuh calon dokter, yang namanya lagi sakit ya mau makan apa-apa rasanya pahit. Perut kamu tuh harus diisi. Pengen cepet sembuh engga sih?"

Rosé memberengut, sikap manjanya jika sedang sakit datang.

"Ih, Mama. Setelah hampir tiga bulan engga ketemu. Kenapa malah ngomel-omel sih? Kakak tuh lagi sakit. Harusnya dibaikin, dimanja, ditanya pengennya apa."

Mama yang diam-diam mengupas buah jeruk mengacak rambut Rosé sambil tersenyum.

"Kamu ya. Kamu tuh udah dewasa harusnya bisa jaga diri. Jangan bikin keluarga khawatir, jangan bikin Mama jantungan karena tiba-tiba dapet kabar kamu pingsan," ucap mama membuat Rosé menundukan kepala semakin merasa bersalah.

"Iya, Ma."

Mama memberikan buah jeruk yang selesai dikupas kepada sang anak tengah.

"Omong-omong A' Chandra lagi sibuk sama latihannya ya? Kok dari pagi Mama engga liat?"

Rosé yang hendak menyuap jeruk ke dalam mulut terhenti. Tangannya kembali turun. Setelah menghela napas barulah ia memaksakan diri untuk tersenyum walau hatinya terasa sakit.

"Iya, Ma. Semalem Chandra udah nelpon Kakak kok."

Bohong? Tentu saja. Mana tega Rosé mengungkapkan kebenarannya kepada mama. Mama itu sangat menyayangi Chandra. Bahkan sudah dianggap seperti anak sendiri karena mama tak memiliki anak laki-laki. Rasa sayang mama itu tulus bahkan kepada kekasih Joy-Kakak Rose- mama tidak sesayang itu.

"Ih, kamu kenapa? Kok tiba-tiba meluk?"

Rosé makin menenggelamkan wajahnya di ceruk leher mama sambil memeluknya erat.

Mama tersenyum maklum. Anak tengahnya ini pasti ingin bermanja-manja karena dari ketiga anaknya hanya Rosé yang jauh dari rumah. Rosé pasti sangat merindukan rumah. Mama lantas mengelus lembut rambut sang anak.

"Rosé jadilah perempuan yang kuat. Apa pun yang terjadi nantinya. Saat kamu ngerasa berat. Cerita sama Mama. Ceritain beban pikiran kamu itu. Karena Mama pasti akan dengerin kamu. Nguatin kamu."

[0.1] Belum Usai (BangRosé) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang