17 - Telah Usai?

159 37 1
                                    

Bisa saja aku bertahan. Tapi maaf. Ada masanya sakit itu tak lagi bisa dibendung. Dan hati bukan tempat untuk main-main.

Dulu ia pikir pasti akan menyenangkan menjalin sebuah hubungan dan berpikir hubungan tersebut akan terus terjalin untuk selamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dulu ia pikir pasti akan menyenangkan menjalin sebuah hubungan dan berpikir hubungan tersebut akan terus terjalin untuk selamanya. Menikmati setiap rasa yang hadir. Mendapati cinta membuat mabuk kepayang. Berpikir bila rasa itu akan terus bertahan. Tak peduli nanti, segenap rasa yang tumbuh mereka nikmati. Tak peduli tentang masa depan. Masa bodo tentang perasaan yang sewaktu-waktu dapat berubah. Mereka menjalaninya dengan suka cita tanpa berpikir perasaan itu bisa jadi berubah. Berbelok dari tempat yang seharusnya. Bisa jadi suka itu menjadi duka. Karena tak ada yang abadi di dunia. Termasuk perasaan.

"Lo yakin?"

Menanggapi pertanyaan Lisa, Rosé menganggukan kepala.

"Beneran nih? Engga bakal nyesel?"

Lisa bertanya lagi.

"Terus lo maunya gue gimana?"

Lisa duduk di sofa rumah Rosé dengan perasaan tidak nyaman. Ia pun tidak mungkin melarang Rosé. Perempuan itu yang lebih tahu mengenai perasaannya sendiri. Dan sebagai sahabat, Lisa hanya bisa mendukung apa pun pilihan sahabatnya.

"Kalau Cici ada di sini, cewek itu juga bakal tanya hal yang sama ribuan kali. Lo yakin? Engga mau dipikirin lagi?"

"I think it's over. Hati seseorang juga ada batasnya. Dan batas gue cuma sampe sini."

Alih-alih merasa tenang. Lisa justru merasa kasihan. Tapi ia tak bisa melakukan apa pun. Rosé sudah memilih. Dan jalan apa pun yang perempuan itu pilih semoga tak berakhir dengan sebuah penyesalan.

"Mau berangkat sekarang?" tanya Lisa saat sadar Rosé sudah memakai tas slempangnya.

Rosé mengangguk, "I'm okey, Lis. Just don't worry about me."

***

Sudah sejam Chandra hanya duduk termangu di ruang tamu rumahnya dengan ponsel yang tak lepas dari tangan.

"A' kenapa?"

Bunda datang dari arah dapur kemudian duduk di sebelah Chandra. Walaupun dulu sempat menentang pernikahan ayah dan bunda. Chandra justru sekarang lebih dekat dengan bunda ketimbang ayahnya sendiri.

"Aa ada masalah ya?" tebak bunda.

"Emang keliatan jelas ya, Bun?"

"Masalah Ayah engga usah dipikirin banget. Kita berjuang bareng-bareng. Kamu masih punya Bunda jadi jangan takut."

"Iya, Bun," balas Chandra.

[0.1] Belum Usai (BangRosé) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang