2 - 2

19.6K 1.3K 15
                                    

“Aku akan ke ruanganmu sekarang, katakan itu pada resepsionismu agar ia bisa memberitahu penjaga yang menghalangiku menemuimu.”

Dada Javier berdegup kencang tanpa alasan yang jelas.

Lalu terdengar suara respsionisnya yang ragu-ragu. “Sir..?”

“Ya, biarkan dia masuk,” kata Javier dengan suara berat. Sarat oleh emosi tak terduga memikirkan wanita bernama Kelly yang mendatanginya saat ini adalah wanita yang selama enam minggu ini membuat ia hampir gila memikirkannya.

Hanya dalam hitungan menit, wanita itu sudah berada di ruangannya. Javier frustrasi menyadari betapa ia merindukan sosok itu hingga tak mampu mengalihkan pandangannya sedetikpun.

Javier memaksakan sebuah senyum tipis meski jantungnya sedang mengentak-entak seolah ingin me-ngoyak dadanya. Ini hal yang tidak biasa. Jantung Javier tidak pernah berdegup seperti ini saat bertemu seorang wanita.

“Hai... sebuah kejutan istimewa,” ucap Javier kaku.

Kaki langsing bersepatu hak tinggi itu melangkah mendekatinya dan dalam sekejap sudah berdiri tepat di depan mejanya.

“Aku hamil, Javier!”

Suara petir seperti menggelegar tepat di atas kepala Javier, membuat wajah Javier memucat seketika. Napasnya tertahan. Ia menatap wanita itu dengan mata melebar.

Hamil?

Apakah wanita ini ingin ia mati terkena serangan jantung? Tidak ada basa-basi sama sekali!

Bukan ini yang Javier harapkan akan ia dengar saat bertemu lagi dengan wanita ini. Bukan berita bahwa malam panas itu membawanya dalam konsekuensi seperti ini.

Tapi apa lagi yang ia harap akan ia dengar setelah malam itu ia tidak memakai pelindung? Hal yang tidak pernah ia lewatkan selama berpetulang! Gadis itu pasti penyihir hebat hingga mampu melumpuhkan akalnya untuk mengingat tentang pelindung dan hubungan intim aman tanpa resiko.

Javier berusaha bernapas meski terasa sulit. Ia menatap wajah cantik yang terlihat pucat itu. Wajah itu tampak tegang, tidak ada seulas senyum pun yang melengkung di sana. Tidak ada lesung pipi yang malam itu tampil sempurna nan menggoda.

Javier memaksa diri menyeret turun tatapannya ke bawah. Tubuh langsing itu tampak rapuh dalam balutan gaun selututnya. Mata Javier terpaku untuk sesaat di tengah tubuh wanita itu. Perut itu masih rata. Tapi... sebuah sengatan rasa asing menghantam diri Javier dengan dahsyat. Di dalam sana telah tumbuh darah dagingnya.

Entah bagaimana Javier yakin wanita itu tidak berbohong, mengingat sikap wanita itu jauh dari sikap manipulatif yang berusaha memanipulasinya.

Javier berusaha menarik napas meski terasa lebih sulit daripada menghela gunung ke atas bahunya.

Sepertinya oksigen yang ada di ruangannya sangat terbatas karena tak mampu melegakan dadanya yang sesak.

Memaksakan diri, Javier menyeret tatapannya kembali ke wajah itu, yang masih saja tampak tegang. Bibir itu berpoles lipstik transparan—mungkin hanya pelembab bibir—dan hal itu membuatnya tampak jauh lebih pucat.

“Kelly...” tidak susah untuk  mengingat nama itu. Sejak pertama kali mendengarnya dari resepsionis dan mengetahui pemiliknya adalah wanita yang ia cari selama enam minggu ini, nama itu dengan spektakuler langsung terpatri di benaknya

Wanita itu bergeming, diam menatapnya sambil memeluk tubuh. Namun kemudian wanita itu melepas lipatan tangan di depan dadanya.

“Dengar, Javier. Aku datang ke sini tidak untuk memintamu bertanggung jawab. Aku hanya merasa kau berhak tahu akan hal ini.”

Wanita itu menatap Javier sejenak, sedangkan Javier merasa seluruh saraf di tubuhnya menegang. Dengan susah payah ia menelan air liur di tenggorokan yang terasa kering seperti menelan batu kerikil.

Wanita itu berbalik, tampak siap pergi membuat Javier tersentak.

“Tunggu, Kelly!” Apa pun yang akan ia katakan setelah ini, semoga ia tidak menyesalinya karena sepertinya hanya ini yang bisa ia lakukan sebagai pria sejati.

***

 
Bersambung...

Evathink
IG : evathink

2 juni 2019

Playboy Jatuh Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang