6

18.1K 1.1K 5
                                    

6

Sejak sore Kelly sudah berada di rumah kedua orangtuanya, makan malam bersama, lalu melewatkan waktu dengan mengobrol santai di ruang keluarga sambil menonton televisi yang suaranya disetel pelan.

Sebenarnya, tidak ada yang terlalu tertarik untuk menonton. Sejak tadi Kelly dan kedua orangtuanya lebih fokus pada bincang-bincang seputar hari-hari Kelly selama mengurus restoran ayahnya. Ayahnya yang berusia enam puluh tahun, dan ibunya yang beberapa tahun lebih muda dari sang ayah, lebih memilih menikmati hari tua dengan mengelola badan amal untuk membuat hidup lebih berarti. Hanya sesekali ayahnya membantu Kelly mengurusi restoran.

Kelly duduk manja di samping ibunya. Seperti inilah biasanya kegiatannya di akhir pekan. Sejak dua tahun yang lalu Kelly memilih tinggal terpisah, karena ia lebih suka tinggal di kondominium dibandingkan rumah mewah orangtuanya. Kelly sangat suka akan panorama kota pada malam hari yang disajikan dengan indah dari balkon kondominiumnya.

Tapi hari ini bukan akhir pekan, dan Kelly me-ngunjungi kedua orangtuanya bukan tanpa alasan. Ia ingin memberitahu prihal rencana pernikahannya. Kelly tidak mau kedua orangtuanya mendadak pingsan karena terkejut jika nanti Javier bersama kedua orangtuanya datang untuk meminang dirinya.

“Ibu...” Kelly menoleh pada ibunya, lalu melirik sekilas pada sang ayah. “Aku akan menikah.” Sedikit beban Kelly terangkat setelah mengatakan kalimat itu. Kelly menunduk menatap jemarinya yang saling ber-jalinan di atas pangkuan.

“Oh, ini kejutan menyenangkan,” setelah beberapa detik yang hening yang serasa selamanya, Angela, ibu Kelly, bersuara.

Kelly mengangkat wajah dan menatap lega wajah ibunya, lalu wajah ayahnya yang tampak tersenyum tipis.

“Kapan Rafel akan datang melamar?”

Deg!

Pertanyaan ibunya menghantam jantung Kelly de-ngan dahsyat. Seketika tenggorokan Kelly terasa kering. Dengan susah payah ia menelan air ludah yang serasa menelan pasir, lalu bernapas semampu yang ia bisa. Untuk sesaat tadi Kelly lupa, kedua orangtuanya belum tahu ia sudah putus hubungan dengan Rafel.

“Bukan dengan Rafel, Ibu...” dengan susah payah Kelly mengucapkan kalimat itu. Dan melihat riak terkejut di wajah kedua orangtuanya, Kelly merasa sesak. Oksigen seakan pergi dari sekitarnya.

“Tapi kenapa? Bukankah—”

Suara ibunya yang berlumur nada terkejut dan heran, lalu kerutan di kening ayahnya, membuat mata Kelly memanas. Pada akhirnya ia harus jujur bahwa ia telah hamil, bukan?

“Hubunganku dan Rafel sudah lama berakhir. Aku akan menikah dengan Javier.” Suara Kelly serak. Sebisa mungkin ia menghindari tatapan ayah dan ibunya di kedua bola matanya.

Tangannya terasa digenggam ibunya. “Siapa Javier, Sayang? Kami belum mengenalnya.”

Mau tidak mau Kelly menatap ibunya. Dan pertahanannya runtuh. Air matanya berlomba menetes membasahi pipi.

“Ssstt...” Angela mengusap pipi Kelly.

“Aku hamil, dengan Javier.” Jika ada kalimat terberat yang harus Kelly ucapkan di hadapan kedua orangtuanya, maka itulah kalimatnya. Kelly memejamkan mata. Merasa malu atas perbuatannya. Tadinya Kelly pikir ia tak harus berkata jujur, tapi entah mengapa, ia tak bisa. Sejak kecil ia sudah terbiasa terbuka akan segala hal pada kedua orangtuanya.

Ruang keluarga terasa sangat hening. Bahkan suara televisi pun menghilang. Kelly membuka matanya dan sekilas melirik televisi yang layarnya telah dalam kondisi gelap. Mungkin ayah atau ibunya yang mematikannya selama ia memejamkan mata tadi.

Dari matanya yang mengabur oleh air mata, Kelly dapat melihat wajah ayahnya yang memucat dengan rahang yang menegang. Sedangkan wajah ibunya berubah cemas dan pucat.

“Maafkan aku, Ibu, Ayah.” Isak tangis Kelly pecah. Dan ia bersyukur ibunya merengkuhnya ke dalam pelukan lengan yang penuh kasih sayang itu. Kelly menangis sesenggukan. Usapan ibunya di punggungnya makin menambah kesedihannya. Kelly merasa malu dan bersalah telah mengecewakan kedua orangtuanya.

“Sssttt.. tidak apa-apa, Sayang. Sudah berapa minggu?”

Kelly menatap wajah ibunya. “Enam...” jawab Kelly parau di sela isak tangis.

Dan kata-kata menenangkan dari ibunya bergulir bersamaan dengan elusan hangat di punggung.

***

Bersambung...

Evathink
16 juni 2019

Playboy Jatuh Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang