PART 1 - 1

24.7K 1.3K 4
                                    

PART 1

Matahari pagi yang bersinar cemerlang menembus gorden tipis jendela kamar kondominium Kelly Earnest yang sedang duduk di sisi ranjang sambil memegang perutnya.

Kelly sedang mual. Dan saat rasa mual itu mengaduk perutnya makin dahsyat, ia segera meninggalkan ranjang dan berlari kecil menuju kamar mandi yang ada di kamar.

Tiba di kamar mandi, Kelly membungkuk di depan wastafel dengan posisi sebelah tangan bertumpu pada bibir wastafel, sedangkan sebelah lainnya memegang perut. Cairan bening yang terasa tidak enak di tenggorokan, keluar dari mulutnya.

Kelly membuka keran dan membasahi mulutnya dengan air. Lalu mengatur napasnya saat rasa mual yang mengaduk perutnya sedikit berkurang. Ia mengangkat wajah dan matanya yang memerah menatap pantulan dirinya yang tampak pucat di cermin wastafel. Sinar cemas berpijar di mata cokelat keemasan yang biasanya selalu bersinar cemerlang itu.

Ini untuk yang kesekian kalinya dalam dua hari terakhir ini ia merasa mual, yang selalu berakhir dengan muntah-muntah yang menyebalkan, atau rasa pusing yang membuatnya jadi banyak menghabiskan waktu di atas tempat tidur.

Dengan perasaan gundah, Kelly keluar dari kamar mandi saat rasa mualnya berkurang. Ia berjalan dengan langkah lemah ke ranjang yang ada di tengah-tengah kamar kondominium mewahnya. Ia duduk di sisi ranjang sambil memejamkan mata untuk mengurangi rasa pusing yang menyerang kepalanya tanpa henti. Saat rasa pusing itu sedikit berkurang, ia membuka mata, hanya untuk merasa frustrasi tatkala melihat sesuatu yang tergeletak di atas nakas samping ranjang.

Kelly mengembus napas panjang-panjang. Alat tes kehamilan itu sudah dari kemarin tergeletak di sana tanpa ada keberanian untuk menyobek kemasannya dan melakukan tes yang seharusnya sudah ia lakukan sejak kesadaran akan haidnya yang sudah terlambat dua minggu menyerangnya dengan telak kemarin pagi.

Kejadian enam minggu lalu melintas di benaknya. Malam pesta dan hujan itu...

Kelly mengerang frustrasi. Betapa bodoh dirinya! Sebagai wanita yang selalu berusaha menghindari hubungan intim sebelum menikah, ia justru berakhir dengan mengenaskan. Kehilangan keperawanan dalam pelukan seorang pria asing yang baru dikenalnya tak sampai satu jam!

Entah apa yang merasuki dirinya hingga melakukan hal terlarang tersebut malam itu, bahkan dengan polos membiarkan pria itu menumpahkan diri di dalam dirinya, sedangkan ia tidak mengonsumsi pil pencegah kehamilan.

Tubuh Kelly bergetar saat bayangan menakutkan akibat hubungan malam itu melingkupi dirinya semakin kuat. Meremas hatinya hingga keringat dingin membanjiri sekujur tubuhnya, membuatnya menggigil padahal alat pendingin suhu ruangan sudah dimatikan sejak tadi.

Jika benar ia hamil, apa yang harus ia lakukan? Pertanyaan itu berputar di benak Kelly.

Apakah ia harus meminta pertanggungjawaban pria itu? Dan maukah dia? Dari Dorothy, sahabatnya yang mengajaknya ke pesta itu, Kelly tahu pria itu playboy, tidak pernah mau berkomitmen. Pria itu bangga dengan status lajangnya dan berganti pasangan kencan setiap malam.

Jadi, jika pria itu tidak mau menikahinya—bahkan demi bayi yang ada di rahimnya—apa yang harus Kelly lakukan? Ia tidak mungkin menggugurkan kandungannya, bukan? Itu bukan perbuatan terpuji. Itu perbuatan keji. Hati nurani Kelly menolak melakukan hal itu.


Playboy Jatuh Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang