5

19.1K 1.1K 7
                                    

5

Dengan perasaan enggan, Javier keluar dari mobil mewahnya yang terparkir rapi di pekarangan luas rumah mewah orangtuanya. Ia berdiri sejenak di samping mobilnya, menatap rumah mewah orangtuanya yang bergaya klasik modern, lalu menghela napas berat.

Sudah lama sejak ia memilih tinggal terpisah dari kedua orangtuanya. Biasanya setiap akhir pekan, atau hari-hari senggang yang ia miliki, ia akan mengunjungi kedua orangtuanya. Tapi selama ini, sekalipun Javier tidak pernah bermimpi, ia akan ke rumah orangtuanya dengan misi spektakuler seperti ini. Ia harus memberitahu orangtuanya tentang rencananya menikahi Kelly—dengan berita tentang kehamilan Kelly yang harus ia sembu-nyikan tentunya.

Javier tidak ingin menyimpan rahasia pada kedua orangtuanya, tapi sungguh memalukan menikah karena terlanjur menghamili anak gadis orang lain. Apalagi ia memiliki adik perempuan yang masih sangat muda. Seharusnya ia menjadi panutan bagi adiknya. Selama ini, meski seorang playboy, tapi ia tak pernah menunjukkan dengan gamblang sepak terjangnya di hadapan Tessa, adiknya. Javier bahkan sangat protektif pada Tessa, jadi tak heran kalau sekarang adiknya itu tidak memiliki kekasih. Kekasih terakhir adiknya babak belur saat tanpa sengaja ia melihat pria itu mengerayangi Tessa di taman rumah mewah kedua orangtuanya di suatu sabtu malam.

Javier sudah mewanti-wanti adiknya untuk menjaga diri sebaik-baiknya—menjaga keperawanannya. Sebagai pria, Javier sangat tahu, tubuh wanita bagaikan candu bagi pria. Terlepas ada rasa cinta atau tidak, pria selalu menginginkan tubuh wanita untuk melampiaskan ke-butuhan bilogisnya, hasratnya. Dan Javier tidak mau adiknya hanya menjadi objek seks.

Javier melangkah enggan menuju rumah megah orangtuanya. Langit kemerahan berangsur menggelap, pertanda malam perlahan datang mengusir cahaya ter-akhir matahari.

Pikirannya yang berkelana tak tentu arah tanpa sadar telah membawa Javier tiba di ruang keluarga rumah mewah orangtuanya. Tampak kedua orangtuanya yang berusia lebih setengah abad, dan adik perempuannya, duduk di sofa ruang keluarga, bersantai sambil menunggu jam makan malam tiba.

“Hai, Sayang. Senang melihatmu datang,” Marissa, ibu Javier yang masih menampakkan kecantikan masa mudanya, tersenyum senang menyambut Javier.

Javier beranjak membungkuk di dekat ibunya, me-ngecup lembut pipi yang masih mulus itu. Lalu Javier duduk di samping Tessa, tepat di depan ayahnya yang juga tampak senang akan kedatangannya dari senyum tipis yang melengkung di wajahnya yang masih terlihat tampan meski usianya kini tak muda lagi.

“Aku akan menikah,” ujar Javier serak setelah beberapa menit mereka berbincang-bincang santai.

Seketika suasana hangat di ruang keluarga membeku. Hening. Javier menatap ketiga orang yang ada di ruangan itu dan merasa jengkel mendapati reaksi ketiganya yang berlebihan. Tampak mata-mata yang melebar dengan bibir yang sedikit terbuka.

Lalu gelak tawa di sebelahnya yang memecah keheningan membuat Javier menancapkan tatapan kesalnya ke sana. Tessa dengan tak sopan menertawakan beritanya.

“Wow. Ada yang jatuh cinta setengah mati rupanya hingga tiba-tiba mau menikah.”

Javier merasa ingin menangkup bibir adiknya dengan telapak tangannya agar diam.

“Berita yang menyenangkan, Sayang,” Marissa tersenyum manis tanpa memedulikan Tessa yang tampak senang menggoda kakaknya.

“Ehm!” Andreas Kenrick, ayah Javier, berdeham. “Ya, menyenangkan. Jadi, kapan rencananya?”

Javier menghela napas lega, meski keterkejutan jelas menghantam kedua orangtuanya sesaat tadi, namun respons positif ini sangat berarti untuk mentalnya.

“Bulan depan.”

Mata kedua orangtuanya terbeliak, Tessa di sampingnya justru mengeluarkan suara berisik.

“Mendadak sekali, Javier. Apakah kekasihmu—“ ibunya melirik Tessa sejenak, ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

Javier sebenarnya tidak mau membuka aib dirinya. Tapi membohongi kedua orangtuanya sepertinya tidak ada dalam kamusnya. Akhirnya Javier mengangguk, meski sebenarnya Kelly bukanlah kekasihnya, melainkan wanita memesona yang pernah singgah semalam di ranjangnya—ranjang kamar tamu rumah mewahnya, tepatnya—dan menyihirnya hingga melupakan pelindung.

“Kenapa?” tanya Tessa tak mengerti. Menatap Javier dan ibunya silih berganti.

“Sebaiknya anak kecil tidak ikut campur urusan orang dewasa,” omel Javier pura-pura jengkel. Javier memang tidak ingin adiknya tahu tentang pernikahannya yang disebabkan ia menghamili Kelly. Karena hal tersebut bukan panutan yang baik.

Tessa merengut, dan Javier mencubit gemas pipi adiknya yang spontan mendapat tepisan dan omelan.

Javier tertawa kecil melihat reaksi Tessa. Dadanya terasa sedikit lapang. Setidaknya saat ini, satu beban terangkat dari bahunya.

***

Bersambung....

Evathink

Playboy Jatuh Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang