3

20.8K 1.2K 10
                                    

3

“Jadi akhirnya playboy sejati kita terkena kutukan cinta?” Lando menyeringai lebar sambil menyulut rokoknya.

Wajah Javier memanas. Mereka sedang berkumpul di ruang VVIP bar seperti biasa.

Davian turut menyeringai, sedangkan Alven tampak tersenyum samar.

Oh, memang ia terkena kutukan, pikir Javier sebal. Dulu ia mengejek Davian dan Lando habis-habisan, bersikap sinis pada keduanya, namun sekarang dirinya yang diejek. Rasanya ia ingin mematahkan tulang seseorang untuk menghilangkan amarah yang memenuhi dadanya. Siapa yang kira-kira bisa ia ajak adu jotos untuk melampiaskan seluruh rasa frustrasi dalam dirinya?

“Aku tidak sengaja menghamilinya,” ucap Javier apa adanya, terselip nada putus asa dalam suaranya. “Apalagi yang bisa kulakukan selain menikahinya? Aku sendiri tidak mau menikah, kalian tahu itu.” Javier meneguk anggurnya dengan kasar.

“Kenapa kau tidak memakai pelindung? Terdengar seperti bukan playboy,” sela Davian dengan seringai mengejek.

Javier menghela napas panjang. “Aku tak pernah lupa selama ini, entah mengapa malam itu... kau tahu, mungkin dia terlalu membakar hasratku.” Kenang Javier dengan mata menerawang, mengingat malam penuh gairah di rumah mewahnya.

“Mungkin dia memang jodohmu, Bung. Terkadang saat kita bertemu wanita yang memang diperuntukkan untuk kita, hal-hal seperti itu terlupakan,” komentar Lando santai.

“Terdengar seperti kau sering melupakan pelindung saat bersama Sharen sebelum menikah?” goda Davian sambil menoleh dan menatap Lando sekilas.

Lando terkekeh kecil, sikapnya sekarang lebih hangat dibandingkan dulu. “Bisa dikatakan seperti itu, lupa tempat, lupa waktu,” Lando menyeringai lebar.

“Oh, hentikan, Kawan! Kalian terdengar seperti pria cengeng yang dimabuk cinta!” cetus Javier jengkel.

Lando dan Davian saling pandang, lalu mengangkat bahu tak acuh.

“Jadi kapan kau akan menikah?” tanya Alven tenang.

Nah, Javier merasa beruntung memiliki sahabat seperti Alven yang selalu tenang, meski terkadang membuatnya terganggu dengan ketenangannya yang menurut Javier membosankan. Tapi sikap Alven yang tenang itu sangat ia butuhkan malam ini.

“Mungkin bulan depan, sebelum kandungan Kelly kian membesar. Aku benci mengingat harus melepas masa lajangku sebentar lagi,” keluh Javier sambil bersandar di sofa dengan putus asa.

Ia tidak punya pilihan lain selain menikahi Kelly Earnest—wanita yang sedang mengandung anaknya, yang bahkan namanya saja baru ia ketahui tadi siang saat wanita itu mendatangi kantornya dan melemparkan bom berdaya ledak tinggi padanya.

Meski sangat membenci ide pernikahan, tapi tentu saja Javier pria yang bertanggung jawab, ia tidak mungkin dengan pengecut menyuruh Kelly menggugurkan kandungannya, melenyapkan darah dagingnya sendiri, atau membiarkan wanita itu hamil tanpa suami dan menanggung semua beban sendirian, sedangkan malam itu mereka merasakan nikmat bersama-sama.

“Aku sedang berpikir akan memberimu hadiah apa..?” ujar Lando pelan dengan nada menggoda. “Sepertinya tidak perlu mobil mewah, karena kau memilikinya lebih dari lima, Kawan. Mungkin sekardus besar pelindung? Agar bisa kau kenakan nanti selama istrimu hamil.”

“Apa maksudmu, Lando? Bukankah aku sudah tidak butuh pelindung? Toh Kelly sudah hamil!” dengus Javier jengkel.

Lando menyeringai lebar. “Oh, jadi kau berniat jadi suami setia? Berita yang membahagiakan. Aku pikir kau akan tetap berpetualang, apalagi mengingat istri yang sedang hamil membuat suami harus banyak menahan diri.”

Javier menyugar rambutnya dengan kesal. “Pengalaman kalian, eh?” Javier balas mengejek.

“Ya, seperti itu, hanya di awal-awal kehamilan, mungkin setelah melewati tiga bulan pertama, kau justru akan kewalahan, karena mereka, maksudku sang istri, yang akan memintanya,” Davian menyeringai samar.

Javier mendengus mendengar itu. Ia belum memutuskan atau memikirkan apakah ia akan menjadi suami yang setia? Namun sepertinya jika ia memilih hal tersebut, mungkin tidak terlalu sulit untuk dijalani. Terbukti, selama enam minggu terakhir ini ia belum menyentuh wanita manapun, hal yang tak pernah terjadi padanya mengingat ia selalu berganti wanita hampir setiap malam.

Javier terlalu sibuk dengan pikirannya mencari tahu gadis perawan yang ia tiduri hingga tak bergairah untuk berkencan, yang ternyata gadis itu hari ini datang membawa berita, yang membuat gairah Javier untuk menyentuh wanita-wanita yang biasa ia kencani, benar-benar menguap.

“Oh, sudahlah! Aku lelah membicarakan ini!” Javier mengisap rokoknya dalam-dalam.

“Jadi? Kau ingin aku membantumu mencari wanita seksi malam ini, Bung?” Lando menyeringai menggoda.

Javier menatap Lando dengan tatapan kesal. “Aku sedang frustrasi, Lando, aku tidak membutuhkan semua itu malam ini!”

“Bukankah kau pernah bilang kalau saraf yang tegang harus dikendurkan oleh wanita cantik?” Goda Lando lagi, puas bisa mengerjai Javier.

“Hentikan, Lando!” sergah Javier kesal.

Lando tergelak kecil, Davian menyeringai lebar, sedangkan Alven tersenyum samar.

***

Bersambung...

Evathink

3 juni 2019




Playboy Jatuh Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang