HELION

5.8K 461 32
                                    


Sudah sejak dua jam lalu Liary menunggu si bocah elf terbangun, bocah itu memiliki wajah yang elok dan tampan khas anak kecil. Dan tentunya sangat mirip dengan elf dengan telinga runcing dan rambut pirang. Namun yang unik dari bocah itu adalah warna matanya yang semerah darah.

Perlahan-lahan kelopak mata bocah itu terbuka. Dia tampak bingung, sedetik kemudian dia berteriak histeris. Gaelich yang berada tak jauh dari ruangan tempat bocah itu langsung berlari. Tentu saja khwatir karena matenya berada di dalam sana.

"Hei hei.. Adik tenanglah.. Kami tidak jahat..." bujuk Liary mencoba menenangkannya. Namun bocah elf itu masih tak berhenti berteriak. Para dokter datang lalu mencoba menenangkan bocah itu dengan obat. Untung berhasil, kini dia sudah tenang. Hanya terlihat linglung.

' astaga aku hampir jantungan karena bocah tengil ini! ' mindlink Evon.

"Ada apa dengannya?" tanya Gaelich pada dokter.

"Hanya terkejut dan sedikit takut, Alpha." jawabnya.
"Sekarang sudah tak apa, Alpha. dia sudah tenang." lanjut sang dokter.

Liary mendekati bocah itu, tangannya terulur mengusap kepala bocah tersebut.
Bocah itu menatap Liary, dari tatapannya terlihat takut.

"Jangan takut. Namaku Liary, siapa namamu?" tanya Liary ramah.

"He---he---li-heli---on..." jawabnya terbata.

Liary tersenyum lembut. "Namamu Helion? Benar?"  Helion mengangguk kaku.

"Ja-jangan bu-nuh aku, aku mohon..."

"Kami tidak akan membunuhmu, katakan kenapa kau bisa nyasar ke wilayahku, Bocah?! Apa maumu?! Apa kau mata-mata?" kini Gaelich yang bertanya, nada bicara tak ada ramah-ramahnya terhadap anak kecil. Membuat Helion gemetar ketakutan.

' apa kau tidak bisa lembut sedikit!? lihat dia ketakutan begitu. Kau benar-benar calon ayah yang buruk! ' cemoh evon.

"Tentu aku akan berbeda jika dengan anak kandungku"

"Lich, tidak baik membuat anak kecil ketakutan begitu, lembutlah sedikit." omel Liary.

' hahahaha, dasar bodoh! Bahkan mateku juga memarahimu '

"Diam saja kau sialan!"

"Lich, kau dengar aku tidak!?"
Gaelich tersentak.

"Aku mendengarkanmu sayang, maaf, aku tidak pernah menghadapi anak kecil." alasan Gaelich, ya memang itu fakta sih.  Hati pria itu masih sekeras batu, setajam jarum. Gaelich menyayangi rakyatnya, namun dia juga tak segan jika ada yang membuatnya marah, bahkan anak kecil sekalipun.

"Ya sudah, lain kali belajarlah untuk tidak galak-galak terhadap anak kecil ya?" Gaelich mengangguk "Aku coba, sayang..."

"Hei bocah. Jangan takut padaku, dagingmu tidak enak dan nyawamu itu tidak berharga, jadi aku tidak akan membunuh. Tapi kau harus jujur padaku, apa yang terjadi padamu hingga kau bisa nyasar sampai di daerahku?" tanya Gaelich lagi pada Helion, nada bicaranya tetap saja datar. Apakah kelembutannya itu hanya untuk Liary saja?

Liary menggeleng "Lich-----"

"Aku mencoba sayang, aku mencoba." potongnya, tau jika matenya akan menegurnya lagi.

"Hei anak kecil. kau masih punya mulutkan? Cepat jawab pertanyaanku, atau aku akan memukul bokongmu!"

Helion memandang Gaelich takut-takut, baginya Gaelich seperti anjing pemburu yang sangat galak. Dia tak menyukai pria itu.
"Ap-pa kau bu-buta?" justru kata-kata yang tak terduga yang keluar dari mulut bocah tersebut.

ALPHAKU TUNANETRA(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang