SEMBUNYI

3.1K 349 4
                                    

Happy reading.

Seekor serigala putih berlari sangat cepat melewati hutan, dipunggungnya ada seorang gadis dan bocah laki-laki.
Beberapa menit saat Liary dan Elas keluar dari hutan suara dentuman besar terdengar dari tempat dan yang lainya berada.

"Kita harus kembali El, mereka dalam bahaya!" teriak Liary disela Xin yang berlari begitu cepat.

"Maaf Luna.. Tidak bisa."

"Ta-tapi.. "

"Luna! Pikirkan jika kita semua tertangkap, tidak ada yang akan menghentikan semua ini! Saya mohon singkirkan rasa khawatir anda." ucap Xin meyakinkan Liary.

"AAAAA!! huu..hiks...hiks.." Teriak Liary menumpahkan semua kekesalannya. Suara tangisnya yang memilukan membuat siapapun yang mendengarkan akan langsung merasa iba.

Xin dan Reon hanya membisu, mereka tak ada kata-kata untuk sekedar menenangkan Liary.

'Kemana kita harus pergi, El?" Mindlink Xin.

"Kita pergi ke dunia manusia, untuk sementara kurasa dunia manusia yang paling aman untuk saat ini." Jawab Elas.

'Aku juga sepemikiran.'

Sementara Raja Dyrus, Zalo dan Aera menjadi tahanan Gilea dan Rofftos di kerajaan demon. Gilea melarang Gaelich membunuh mereka, karena mereka akan menjadi umpan untuk menangkap Liary dan Elas nantinya. Kondisi Aera semakin parah akibat pukulan Gaelich. Tubuh gadis itu berkeringat dingin dengan nafasnya yang terasa berat. Zalo yang kehabisan energi sihirnya tidak bisa berbuat apa-apa dan tempat Gilea mengurung mereka sudah di lindungi oleh sihir. Sehingga mereka tidak bisa menggunakan kekuatan sihir mereka.

"Gaelich sadarlah! Yang kau bela itu adalah musuh yang sebenarnya!" Teriak Raja Dyrus pada Gaelich yang ingin pergi dari sel.

"Jangan mengihina mateku jika kau masih ingin hidup!" tekan Gaelich.

"Mate? Dia bukan matemu bodoh! Sadarlah! Dia sudah membohongimu. Akh! Dasar Alpha goblok!" kali ini Zalo yang berucap. Emosinya naik ke ubun-ubun.

Gaelich terdiam, dia menatap Gilea. Dengan sandiwara yang begitu epic, Gilea menangis. Seolah dia adalah orang yang paling tersakiti. Gaelich memeluknya, mengusap rambutnya dengan sayang.

"Sampah! Mateku sudah berbaik hati membiarkan kalian hidup mahluk-mahluk menjijikkan! Kuperingatkan kalian untuk menutup mulut busuk kalian atau aku akan membunuh kalian saat ini juga!" tekan Gaelich melangkah pergi meninggalkan tanahanan bersama Gilea.

"Jalang itu benar-benar..!" Geram Raja Dyrus penuh dendam pada Gilea. "Aku sendiri yang akan membunuhnya suatu saat nanti!"

Semnetara Zalo sibuk memeriksa kondisi Aera, Karena tiba-tiba gadis itu kejang-kejang. Tubuhnya semakin dingin, dia mencoba menyalurkan sedikit tenaga untuk Aera, agar gadis tersebut setidaknya mampu bertahan sampai ada bantuan datang.

"Apa selanjutnya?" tanya Raja Dyrus pada Zalo. Zalo menggeleng tidak tahu.

"Yahh.. Kurasa manusia itu dan Elas harapan kita satu-satunya."

Ditempat Liary dan Elas sudah sampai di dunia manusia. Mereka pergi kerumah Liary yang dulu dia tinggali. Karena rumah Liary cukup sepi, mungkin akan menyulitkan mereka menemukan mereka.
Saat mereka melewati hutan menuju rumah Liary, gadis itu teringat akan dirinya yang pernah diselamatkan Gaelich dan Evon. Sulit dipercaya bahwa Gaelichnya sekarang sudah benar-benar melupakannya.

Akhirnya mereka sama pada sebuah apartmen kecil, itu rumah Liary. Terlihat banyak daun-daun kering dan kotor karena lama tidak dihuni. Barang-barang Liary pun masa ada didalam, karena saat Gaelich membawanya dia tidak membawa apapun dari rumahnya.

"Ini rumahmu, Mom?" tanya Reon.

Liary tersenyum.
"Iya dulu Mom tinggal disini." jawabnya.

"Dengan siapa?"

"Sendiri sayang..."

"Dimana orang tua, Mom?"

"Sudah disurga.. "

Reon pun menunduk "Maaf aku terlalu banyak bertanya, Mom."

Liary mengusap-usap kepala Reon "Tidak apa-apa.. Sementara kita tinggal disini, El?"

Elas mengangguk "Kurasa ini tempat yang aman, Luna. Sambil kita mencari orang yang bisa mengendalikan kristal itu."

Mereka berdua pun masuk, didalam tidak telalu berdebu dan cukup dibersihkan seadanya saja. Ruangan persegi itu hanya ada tempat tidur lipat, sofa panjang, dapur dan kamar mandi. Liary duduk disofa, dia mengeluarkan kristal biru yang diberikan Zalo padanya.

"Bagaimana caranya kita menemukan seseorang yang bisa menggunakan kristal ini?" Liary tampak frustasi. Dia sama sekali tidak tahu menahu masalah kristal itu dan sekarang Zalo menyerahkan tanggung jawab kristal tersebut pada Liary.

Reon melihat krital itu dan ibunya bergantian. Sesuatu sedang dia pikirkan. Dia merasa ada sesuatu antara kristal itu dengan Liary. Reon masih bungkam dan memilih duduk disamping Liary. Elas sedang duduk bersandar di dinding, tampak sedang memulihkan kekuatanya.

"Mom akan membersihkan kamar mandi, kau mau membantu, Reon?"

"Tentu, Mom."

Disisi lain,Gaelich berdiri di balkon. Dia memikirkan gadis yang hampir dia bunuh tadi. Rasanya tidak asing dengan wajahnya, tapi gaelich tak bisa mengingat apapun. Kenapa dia tidak bisa ingat apapun? Itu sangat menganggunya. Lalu Gilea datang dengan Rofftos.

"Aku menemukan mereka, Lich." kata Gadis bergelayut manja di lengan Galeich..
"Mereka bersembunyi didunia manusia."

Gaelich mengangguk "Aku akan mencarinya sendiri, kalian tak perlu ikut."

"Tapi Lich ak.. "

"Aku tidak suka dibantah, kau harusnya tau itu." jawab Gaelich cepat dan dingin. Dia lalu terbang meninggalkan Gilea dan Rofftos.

"Argh.. Beraninya dia berbicara dingin padaku!" geram Gilea.

"Kita harus mencari cara untuk membunuhnya setelah semua tujuan kita tercapai." kata Rofftos. Dan Gilea mengangguk saja. Meskipun Gaelich sekarang ada di pihaknya, tidak menutup kemungkinan pria itu tidak akan membunuh mereka di masa depan. Dan untuk jaga-jaga, Gilea dan Rofftos harus membunuhnya.

-------------------------------------
---------------------
------------

Jangan lupa Votenya!!

Terimakasih sudah baca!

ALPHAKU TUNANETRA(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang