PERJUANGAN(part 1)

5.5K 424 37
                                    

Seperti janjinya, pagi ini Elas pergi untuk menemui kaum iblis kuno.
"Tidak perlu ku temani?" tanya Liary untuk kesekian kalinya, gadis itu khawatir.

"Tidak perlu, Luna. Aku akan kembali petang nanti." jawab Elas halus. "Sebaiknya anda pakai waktu anda untuk berlatih." tambahnya. Liary menangguk
"Berhati-hatilah."

Elas pun pergi, dan Liary akan memulai harinya sesuai rencananya. Zalo sudah nunggunya di area latihan bersama paraMagus sudah ada disana untuk berlatih sejak pagi buta. Liary menghampiri mereka "Selamat pagi, Tuan Zalo." sapa Liary.

Zalo menoleh "Kemarilah, Luna." di Samping Necro itu ada seorang gadis belia.
"Ini Aera, belajarlah dengannya, Luna. Dan aku akan secara khusus melatih putramu." kata Zalo.

Aera tersenyum "Saya Aera Salam, Luna."

"Ah.. Aku Liary, panggil Liary saja." balas Liary ramah. Zalo pun meninggalkan mereka berdua. Pria itu memiliki rencana untuk si bocah elf.

Aera mulai menjelaskan dasar-dasar dari sihir. Liary dengan antusias mendengarkan setiap kata yang keluar dari bibir gadis itu. "Sihir dibagi menjadi 5 elemen, angin, air, api, tanah dan es. Seorang penyihir butuh sekurang-kurangnya 5 tahun untuk bisa mengusai tahapam dalam satu elemen." jelas gadis yang usianya masih 14 tahun.

"Selama itu!?" pekik Liary kaget. Aera mengerti apa yang di pikirkan Liary. "Tapi kita tak punya waktu sebanyak itu, benar Luna?" Liary menganggukkan.

"Maka dari itu, saya hanya akan mengajarkan sihir yang sederhana, setidaknya untuk melindungi diri anda sendiri."

Liary terdiam, tiba-tiba tatapannya berubah menjadi sedih. "Aku tidak peduli dengan diriku sendiri, asalkan bisa menolong Gaelich sudah cukup untukku." ucapnya. Rasa khawatir, takut, cemas dan marah akan selalu menghantui hati Liary. Ingatlah Liary tak memiliki siapapun di dunia ini kecuali pria itu. Kebersamaan mereka memang masih tergolong singkat, namun Liary tau Gaelich tulus mencintai dan menyayanginya. Bagi Liary Gaelich bukanlah sosok yang cacat, Gaelich adalah sosok untuk dirinya berpulang dan bersandar.

Aera menatap langit biru tanpa awan. "Saya yakin kekasih anda akan bertahan sampai kita bisa menyelamatkannya, anda tidak boleh ragu, Luna. Tuan Zalo pernah berkata padaku jika keraguan bisa melemahkan seseorang, setelah mendengar kata-kata itu aku tak pernah ragu lagi untuk melakukan segala hal, yang perlu kulakukan adalah terus berjuang, begitupun dengan Kekasih anda. Saat ini pasti dia sedang berjuang dengan caranya sendiri. Anda harus yakin dia bisa, Anda harus tegar dan jangan ragu, Luna." ucap Aera panjang lebar. Sedikit kata-kata dari Aera membuat wajah Liary kembali cerah. Gadis muda itu benar, Liary harus percaya bahwa Galeich bisa bertahan.

"Aku merasa malu padamu, dari kemarin aku hanya bisa bersedih saja. Terimakasih, Aera." kata Liary. Aera tersenyum manis dia malanjutkan mengajarkan sihir pada Liary.

Disisi lain Reon tengah bersama Zalo, pria berambut putih itu memberikan sebuah buku tipis dengan lambang rune pada bocah itu.
"Baca mantra-mantra itu."
Titahnya.

"Tak ada teori?" tanyanya.

"Jangan membohongiku bocah, aku tau kau tak butuh teori." jawab Zalo.

Reon mendengus, bocah itu membuka buku yang di berikan Zalo. Sejenak dia terkejut "Ini mantra sihir yang kuat, kenapa langsung memberiku mantra-mantra seperti ini, tuan?"

"Panggil aku Guru, kau tak mau pelajari itu?" Zalo balik bertanya. Sedikit mengulum senyum mengejek.

Reon diam "Aku tak yakin bisa mempelajari semuanya" jujurnya.

Zalo mengangguk "Kalau begitu lewati batasanmu dan kuasai semua mantra itu. Kami sangat butuh dirimu saat perang tiba."
Zalo berkomat-kamit membaca mantra, lalu melambaikan tangannya, seketika pohon yang tumbuh disekitar menjadi hidup dan bergerak. Kemudian dia kembali membaca mantra dan pohon-pohon itu berubah menjadi manusia pohon yang cukup mengerikan, dengan gigi tajam dan liur yang menetes.

ALPHAKU TUNANETRA(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang