Pagi-pagi itu Liary sudah bangun, bersama Aera dia berlatih dibelakang kastil sang Necro. Meski selalu merasa kesulitan. Tapi dia tetep berusaha, Liary merasa tidak enak dengan Aera. Dia sudah berkali-kali mengajarkan Liary tapi masih saja sulit untuk Luna itu mengerti."Maaf Aera...." ucap Liary yang kini tengah menenguk segelas air. Aera ada disebelahnya ikut meneguk cairan bening tak berasa itu.
"Tak apa, Luna. Aku pun dulu sama seperti anda. Anda hanya perlu berusaha lebih keras lagi."
Mantra sihir yang Liary pelajari tidak begitu sulit, hanya karena dia bukan mahluk immortal seperti yang lain itu menyulitkannya. Jelas energi dan kekuatan manusia berbeda dari mahluk immortal.
Sudah dua jam mereka berlatih, Liary jatuh terlentang ditanah, tubuhnya sudah sangat lelah, bajunya sudah basah dengan keringat. Tapi semua itu tidak sia-sia,gadis muda itu sudah bisa membuat bola-bola cahaya dengan tanganya. Semakin Liary rajin berlatih bola-bola cayaha itu akan semakin bisa dia kuasai dan nantinya bisa dia bentuk sesuai kebutuhannya seperti perisai atau pedang.
"Anda belajar dengan cepat." ucap Aera mengulurkan tangannya berniat membantu Liary bangkit.
"Tidak akan secepat ini tanpa bantuanmu." Balasnya.
"Kalau begitu anda beristirahatlah, kita lanjutkan besok." saran Aera.
Liary menepuk-nepuk punggungnya, membersihkan tanah dari sana. "Apa ada kabar dari Elas?" tanyanya.
Aera menggeleng "Sejauh ini belum, tapi firasatku mengatakan dia akan cepat kembali."
Liary mengangguk paham,lalu dia teringat pada putra angkatnya. Penasaran dengan latihan seperti apa yang dijalani putranya itu. "Aera, aku akan melihat Reon." ujarnya.
Aera menyetujuinya dan mengantarkan Liary dimana bocah itu sedang berlatih dengan sang Necro.
BAMM!
Suara dentuman keras menbuat Liary dan Aera saling pandang, seperkian detik kemudian mereka berlari kearah sumber suara. Liary melongo melihat begitu banyak pohon yang tumbang, mungkin ada sekitar 8 pohon besar yang tumbang.
Tak jauh dari sana ada dua mahluk hidup yang saling berhadapan.Zalo membersihkan jubahnya yang terkena tanah, sementara didepannya ada bocah laki-laki yang berlumuran tanah, wajahnya begitu cemong dan kotor.
"Reon!" teriak Liary menghampirinya.
"Mom? Kenapa disini?" tanya Reon yang jutru bingung melihat ibunya menghampirinya.
Liary mendelik lebar-lebar melihat betapa kotornya bocah itu. "Kalian sedang mandi lumpur atau berlatih?!" tanyanya tidak santai.
"Ya tentu saja berlatih, Mom." jawab Reon santai.
Zalo menepuk bahu bocah Elf itu. Mengisyaratkan sesuatu. Gareon mengerti dan mengangguk, dia sedikit menjauh dari Liary.
"Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu, Mom."Liary mengernyit binggung.
"Apa, Reon?""Lihatlah ini." lalu bibir Reon komat-kamit membaca mantra, cahaya abu-abu keluar menyelimutinya hingga tak terlihat. Setelah cahaya itu hilang, mulut Liary langsung terbuka lebar. Sosok didepannya bukan lagi Gareon tapi seorang pria dewasa dengan kuping khas Elf, rambut pirang dan tentu wajahnya yang tampan.
"Astaga, sihir macam apa ini?" tanya Liary dengan terkejut dan tidak mempercayai apa yang dia lihat.
Sosok Gareon yang telah berubah menjadi pria dewasa itu tersenyum, percayalah Gareon mode dewasa sangatlah tampan dan gagah. "Aku terlihat tampankan, Mom? Kira-kira berapa banyak wanita yang akan jatuh Cinta padaku ya?" tanyanya dibarengi dengan kekehan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALPHAKU TUNANETRA(END)
WerewolfCerita lengkap pindah ke Dream! Silahkan baca kelanjutannya full cerita di DREAM!! SUDAH TERBIT (EBOOK) BEBERAPA PART SUDAH DI HAPUS! SILAHKAN BELI DI PLAYSTORE DENGAN HARGA TERJANGKAU. Note: READERS YANG BUDIMAN, FOLLOW DULU DONG SEBELUM BACA:)...