PERTEMUAN KEMBALI

3.7K 385 20
                                    

"APA?! MEREKA MENGHILANG KATAMU?." teriak Rofftos pada iblis bawahannya.

"Benar Tuan. kami sudah mencari kemana-mana,tapi tidak menemukan tanda-tanda keberadaan mereka." jawabnya.
Rofftos berdecak marah, sementara putrinya tengah bergelayut manja dilengan Gaelich. Gaelich menatap datar Rofftos, dia merasa ada yang aneh tapi tidak tahu itu apa.

"Teruskan mencari mereka, aku yakin mereka hanya sedang bersembunyi bersama penyihir itu." kata Rofftos pada bawahannya itu.

Gaelich tiba-tiba berdiri "Aku sendiri yang akan mencari mereka." ujarnya.

Gilea tampak tak setuju "Jangan Lich, mereka itu jahat dan licik. Aku takut terjadi apa-apa padamu." dengan wajah sedihnya itu, Gilea mencoba mencegah Gaelich.

Gaelich tersenyum, membelai lembut rambut Gilea.
"Tidak perlu khawatir, mereka tidak akan bisa menyentuhku."

"Kalau begitu biarkan aku menemanimu." jawab Gilea cepat.

"Baiklah, tapi berjanjilah untuk tidak jauh-jauh dariku."
Gilea tersenyum licik, dia mengangguk dan memeluk Gaelich.

****

Sudah sehari penuh mereka berada di tempat persembunyian namun tak kunjung menemukan rencana.
Kantung mata terlihat jelas di mata Liary, matanya pun sembab. Gadis itu tak berhenti memikirkan cara untuk menyelamatkan Gaelich.

Dari kejauhan, terlihat Elas dan Aera tengah membawa buah-buahan untuk dimakan.

"Makanlah, Luna." ucap Elas memberikan dua buah Pir untuk Liary. Gadis itu menggelengkan, dia tak ada nafsu makan.

Elas tak kehabisan ide "Luna. Jika anda tidak mau makan dan bersedih terus begini Alpha akan marah pada saya."

Liary menetap Elas dengan mata sembabnya. "Kau masih menganggap Gaelich Alphamu?"

"Sampai saya mati dia tetap Alpha saya, Luna. Alpha menitipkan keselamatan dan hidup Luna pada saya. Untuk itu kumohon Luna, jangan membuat saya mengingkari janji saya sendiri."
Liary tersenyum, dia mengambil dua Pir yang Elas berikan padanya. Dan tanpa nafsu gadis itu makan sambil menahan air mata. Ia.... rindu Gaelich.

"Aaargghh.. Kepalaku benar-benar tidak bisa berfikir!" erang Zalo menjambaki rambut putihnya. Raja Dyrus yang berada disebelahnya tidak berkomentar.
"Apakah iblis ini tidak memiliki kelemahan?" guman Zalo.

"Gaelich maksudmu?"

"Kau pikir siapa lagi huh?" Raja Dyrus mengangguk, tapi tidak menjawab.

"Aku jadi memikirkan sebuah legenda kuno." kata Zalo.

"Apa?"

"Suku yang memakai api biru."

"Mereka sudah punah."

Zalo menatap serius Raja Dyrus. Lalu dengan sihirnya dia menampilkan sepintas pesan sihir. Didalam pesan tersebut sebelum suku itu menghilang, mereka sempat menyimpan kekuatan mereka pada sebuah batu kristal.
Namun hanya berhenti sampai disitu, tak ada kelanjutan tentang bagaimana suku tersebut bisa menghilang.

"Dari mana kau mendapatkannya?" tanya Raja Dyrus yang kelihatanya cukup terkejut.

Zalo tersenyum "Jangan terkejut dulu, lihat ini." Zalo mengeluarkan peti sihir, dia memberikan peti tersebut kepada Raja Dyrus.
"Bukalah."

Sedikit aneh Raja Dyrus membukanya. Lalu matanya melebar "Ini!?" Sebuah kristal biru yang sama persis seperti sepintas pesan sihir yang Zalo tunjukan padanya.
Raja Dyrus menatap Zalo, meminta penjelasan dari pria penyihir itu.

ALPHAKU TUNANETRA(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang