Papa

11.4K 1.9K 373
                                    

➳ "Jadi, kamu mau saya bantu apa, Jeongin?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➳ "Jadi, kamu mau saya bantu apa, Jeongin?"

Pemuda di hadapan Hyunjin menghela nafas, menyesap caramel macchiatonya dalam-dalam. "Aku—gak tau kak. Susah punya alter ego, aku kadang gak sadar kalo dia ngelakuin sesuatu yang ngerugiin aku."

"Sori, tapi, setau saya alter ego gak kayak gitu." Hyunjin mengernyitkan kening menatapnya. "Kasus di mana kamu kehilangan beberapa episode hidupmu, itu kayaknya bukan alter ego."

Jeongin menggigit bibir. "Terus?"

"DID, mungkin. Kamu udah coba konsul ke psikolog?"

"Aku konsul ke kakak."

"Kakak bukan psikolog, Jeongin. Belum." Hyunjin tertawa kecil. "Ada baiknya kamu konsultasi ke yang udah ahli. Kakak juga masih belajar kayak kamu."

"Kak Hyunjin baik, ya." Jeongin memainkan sedotan minumannya dengan tatapan menerawang. "Pacarnya kakak pasti beruntung dapetin kakak."

"Siapa? Saya gak punya pacar."

Jeongin mengerjap. "Seriusan?"

"Iya."

"Lho terus tadi—"

"Oh," Hyunjin tersenyum. "Itu bukan pacar. Itu calon istri saya. Lagipula, yang beruntung itu saya, bisa dapetin dia."

Jeongin ikut tersenyum, lucu rasanya melihat orang yang saling mencintai seperti itu.

Namun pemuda itu mengingat kakaknya. Semua cerita kakaknya tentang Hyunjin dan kekasihnya dan apa yang mereka lakukan. Mengingat bau memuakkan obat dan cairan pembersih khas bangsal rumah sakit tempat kakaknya dirawat lama karena mencoba bunuh diri setelah kejadian itu. Dan sontak senyumnya menghilang.

"Kak Hyunjin udah lama pacaran sama kak Felix?"

Hyunjin mengangguk. "Udah sekitar tiga tahunan, kayaknya. Dari pas kita masih SMA, di Korea."

Jeongin tertawa dalan hati. Tentu saja. "Wah dari masih muda banget ya," Pemuda itu tersenyum. "Gak bosen kak?" pancingnya.

Hyunjin menatapnya bingung. "Gimana?"

"Pasti enggak lah ya, kak Felix kan lucu gitu orangnya." Jeongin berujar santai. "Anyway, ehm—aku agak gak berani konsultasi ke psikolog—keluargaku bisa overreact kalo tau. Gak masalah kan kalo aku cerita-cerita gini sama kakak aja? Aku—gak mau nambah rumit masalah."

Jeongin mengetukkan jari di atas meja, menunggu hingga Hyunjin mengangguk.

Gotcha.

.

[Sakaw]

.

"Ai? Gue pulang nih." Hyunjin mengusak rambutnya sendiri setelah menutup pintu, nyaris melompat kaget saat melihat ibu Felix sudah duduk di sofa ruang tamu. "Eh—malam, auntie."

[2/2] Sakaw +HyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang