➳ "Apa lagi sih."
Felix melempar selimutnya menjauh, melirik sekilas pada jam weker di atas nakas kemudian mendengus, berusaha sekuat tenaga mengabaikan ketukan di pintu kamar yang berjeda setiap lima detik sekali. "Pintunya kan nggak gue kunci."
Dia akhirnya memutuskan bangkit saat orang di balik pintu nampaknya tak menyerah berusaha membangunkannya. Pemuda itu menghela nafas mengingat pertengkarannya kemarin dengan sang tunangan, yang mungkin sekarang ada di luar dan mengetuk pintu kamarnya.
Felix sadar dia juga terbawa emosi dan melupakan bahwa Hyunjin juga tak sepenuhnya bersalah. Namun rasa berat di hatinya terlalu sulit untuk dilupakan begitu saja.
Sang pemuda mengucek matanya, malas-malasan membuka pintu. "Maaf, gue lagi nggak ada sisa energi buat argumen lagi. Kalo masih mau ribut, nanti aja abis gue tidur siang."
"Selamat pagi, Felix. Apa kabar?"
Kedua mata sang pemuda yang nyaris menutup itu mendadak membelalak. "LHO—"
Orang di balik pintu tersenyum ramah, sepenuhnya mengabaikan wajah terkejut Felix yang komikal. "Belum sarapan, kan? Ayo makan bareng, udah disiapin."
"—tante kok di sini?" Felix mengerjap, masih tak mempercayai penglihatannya. Pemuda itu melongokkan kepala ke luar pintu, tak menemukan tunangannya yang seharusnya ada di sana bersama sang ibu yang entah kenapa bisa berdiri di hadapannya sekarang.
Wanita cantik paruh baya itu tersenyum. "Kita ngobrolnya sambil sarapan dulu aja, gimana? Tante pengen denger kamu yang cerita."
.
[Sakaw]
.
Di sinilah ia sekarang. Duduk di depan calon mertuanya dengan piyama Marvel kebesaran dan wajah setengah mengantuk, menyendok waffle paling enak sejagat raya buatan ibu Hyunjin dan bercerita tentang pertengkarannya kemarin.
"Kayaknya kemarin kita emang lagi sama-sama hectic, nggak ada yang mikir lurus. Fokus sama emosi," Felix terkekeh kecil, malu mengingat tingkah kekanakannya sendiri. "Felix salah banget sih, tan. Teriak-teriak nggak jelas gitu. Siapapun pasti marah kalau digituin."
"Hyunjin sama sekali enggak nyalahin kamu, Fel." Wanita itu tersenyum, sementara Felix mendongak menatapnya dengan mata penuh harap. "Kemarin, kayaknya setelah kalian bertengkar itu, dia langsung nelepon tante, nangis. Katanya dia ngerasa bersalah sama kamu. Maafin dia, ya?"
Felix hendak membuka mulut, berkata bahwa ibu Hyunjin tak perlu meminta maaf untuk sesuatu yang dilakukan anaknya.
"Tante nggak nyuruh kamu maafin dia soal pertengkaran kalian kemarin. Itu tanggung jawab dia buat minta maaf. Tante minta kamu maafin dia karena dia malah milih nyuruh tante ke sini sementara dia nenangin diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
[2/2] Sakaw +Hyunlix
FanfictionHyunjin bukan narkoba, tapi dia bisa buat Felix ketagihan [Candu 2nd Book]