➳ "Halo, mama? Hyunjin di Korea. Felix ada sama mama?"
Kernyitan di kening sang pemuda jangkung mendalam saat suara ayu sang ibu dengan lembut menjelaskan bahwa tunangannya itu tak lagi bersama sang ibu.
Tunangan, Hyunjin tersenyum pahit. Setelah semua yang dia lakukan, setelah menyakitinya begitu dalam, masihkah pantas Hyunjin menyebut Felix sebagai tunangannya?
Hyunjin bergidik pelan saat ibunya memberitahu dengan murah hati bahwa Felix terakhir kali pamit ingin menginap di rumah kakak sepupunya. Pemuda itu masih mengingat dengan jelas kemarahan Minho untuknya, pun ancamannya.
Namun sekali lagi, jika berkaitan dengan Felix, Hyunjin ingin menjadi bebal. Dia bersedia menerima apapun yang akan dilakukan Minho nanti karena kebodohannya sendiri. Maka dengan tekad itu, dia memberanikan diri melangkahkan kaki ke depan pintu rumah sang dokter hewan dan mengetuknya.
Perlu beberapa bujukan dan permohonan hingga Minho mengizinkannya masuk ke dalam rumahnya, Hyunjin belum sempat terheran kenapa pemuda itu begitu mudah menerimanya kembali, sebelum satu pukulan mendarat di rahangnya.
"Kan udah gue bilang. Kalo gue sempet liat lo, gue jamin lo masuk rumah sakit setelahnya."
Raut wajah Minho terlihat jelas penuh amarah. Kedua tangannya terkepal dengan geligi mengerit, menatap Hyunjin tajam.
Hyunjin hanya bisa diam, tak membalas pukulan demi pukulan yang dilayangkan Minho ke dahi, pipi, maupun perutnya. Dia sadar itu yang pantas dia dapatkan.
Satu pukulan ke perut membuat Hyunjin berlutut, memegangi perutnya dan tersengal. Minho mungkin memang bukan judoka seperti adik sepupunya, Felix, namun dia tahu persis bagaimana harus meletakkan pukulan telak ke diafragma dan membuat Hyunjin kesusahan menarik nafas. Satu pukulan menyusul ke sudut bibir, dan Hyunjin meringis saat merasakan perih dan rasa anyir darah tercecap di lidahnya.
Dia menerima beberapa pukulan lagi sebelum suara pekikan nama yang lebih tua menginterupsi, diucapkan dengan suara yang sangat dikenalnya.
Hyunjin menoleh cepat ke suara. "Ai—"
Felixnya, cintanya, berdiri di depan pintu, meremat bungkusan plastik yang dibawanya dengan raut wajah terkejut, tatapan mata mengerling bergantian ke arah Hyunjin dan Minho. Ada setitik raut khawatir di sana. Hyunjin menggigit bibir, Felix masih peduli padanya setelah semua yang terjadi.
"Masuk kamar, Felix." Yang paling tua di sana berujar tajam, tatapan matanya tak lepas dari Hyunjin.
"Dia bisa mati—!"
"MASUK KAMAR, GUE BILANG!" bentak Minho. Felix nampak terperanjat.
Hyunjin merasa seakan ada yang meremat jantungnya dari dalam. Felix tidak bisa mendengar orang yang berbicara dengan meninggikan nada suara, itu salah satu trigger untuknya. Ingin sekali rasanya Hyunjin merengkuh pemuda itu dan menenggelamkannya dalam pelukan. Namun dia tahu dia tidak berhak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2/2] Sakaw +Hyunlix
FanficHyunjin bukan narkoba, tapi dia bisa buat Felix ketagihan [Candu 2nd Book]