Tango

9.6K 1.6K 392
                                    

➳ "Kakak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➳ "Kakak?"

"Hm."

Jeongin meremat pelan tangannya sendiri. "Kakak udah minum obatnya?"

"Udah tadi." Gadis itu berucap sambil lalu, melirik adiknya tanpa minat. "Mau ngapain?"

"Laporan." Jeongin menghela nafas. "Soal—"

"Nggak usah disebut namanya. Gue jijik."

Jeongin mengangguk pelan, mulai menceritakan semua yang terjadi dari awal. Dapat dilihatnya kedua mata sang kakak berbinar mendekati akhir cerita.

"Lo memang adek gue." Gadis itu tersenyum lebar, memeluk Jeongin yang membalasnya erat, begitu merindukan dekap hangat sang kakak. "Dan dia belum tau hubungan lo sama gue?"

Jeongin menggeleng. "Dia nggak tau."

"Bagus. Lanjutin rencana kita, jangan ragu-ragu lagi."

Jeongin tertegun, antara mengangguk dan menggeleng. "Tapi, apa ini nggak keterlaluan?"

"Keterlaluan?" Gadis itu mendengus. "Lo belum lupa sama kejadian dua tahun lalu kan, Jeongin? Mana yang lebih keterlaluan antara rencana kita sama waktu itu?"

Tentu saja Jeongin ingat kejadian dua tahun lalu. Tidak mungkin ia melupakan saat-saat di mana ia berharap dengan begitu putus asa bahwa Tuhan atau kekuatan apapun yang disembah seluruh makhluk di dunia itu benar-benar ada, dan bersedia menolongnya.

.

[Sakaw]

.

Hari itu Jeongin baru pulang ke rumah.

Pemuda yang baru dua minggu lepas dari masa sekolah menengah pertama itu begitu semangat sejak turun dari pesawat, tak sabar untuk kembali bertemu orang tua dan kakak sulungnya. Tiga tahun yang dihabiskannya sekolah di luar negeri tak ayal lagi membuatnya begitu merindukan suasana rumah.

Dia berekspektasi akan melihat ayah, ibu, dan kakaknya di gerbang kedatangan. Namun yang terjadi hanyalah ada supir keluarga mereka, membawa papan berisi nama Jeongin di depan gerbang kedatangan internasional.

"Lho, pak? Mama, papa, sama kakak nggak jemput?"

Supirnya hanya tersenyum dan menggeleng, kemudian membawakan koper Jeongin ke dalam mobil.

Sepanjang perjalanan dari bandara, keadaan hening. Di situlah Jeongin mulai berpikir ada sesuatu yang salah. Supir itu sudah begitu akrab dengan keluarganya, dia sudah bekerja untuk mereka bahkan saat Jeongin masih balita. Baru saat itu lah pertama kalinya dia tak berbicara sepatah katapun pada Jeongin.

Dan jalan yang mereka tempuh mengkonfirmasi kecurigaan pemuda itu. Jalan itu tidak menuju rumahnya sendiri.

Melainkan rumah sakit.

[2/2] Sakaw +HyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang